Oleh: Mastur Sonsaka
PENGANTAR
Masyarakat Sasak di pulau Lombok Nusa
Tenggara Barat (NTB) memiliki warisan
budaya yang disebut Peresean. Seni
peresean ini merupakan warisan budaya Sasak yang menunjukkan ketangkasan dan
kedigdadayaan seorang pepadu
(petarung). Drs. H. Lalu Ratmadji, ketua Majelis Krama Adat Sasak, mengatakan
bahwa:
“aktualisasi kejantanan lelaki Sasak
disalurkan melalui permainan rakyat yang
mengandalkan ketangkasan dan kekuatan fisik. Permainan-permainan
tersebut memiliki tingkatan sesuai dengan kualitas ketangkasan yang dibutuhkan.
Tingkat pertama disebut berampes
(gulat) yaitu sejenis permainan gulat, tingkat kedua belanjakan, yang mengandalkan permainan kaki, berikutnya mesepok (menyatu), permainan tangan kosong dengan sasaran kepala. Tingkatan keempat
disebut peresean, sejenis permainan
perang tanding menggunakan senjata rotan dan perisai. Untuk tingkat ini, di
samping kekuatan dan daya tahan tubuh serta stamina, juga sering dijadikan
ajang adu ilmu kekebalan. Pada tingkat tertentu, permainan ini menjadi lebih
serius dan lebih berat dengan mempergunakan senjata tajam yang dinamakan begelepukan (berkelahi) dan mempergunakan
tombak, yang disebut dengan pelengkungan.
Pola penyaluran aktualisasi kejantanan ini dimaksudkan untuk menghindari
penyaluran-penyaluran yang bersifat negatif, seperti mencuri (maling), membuat
keributan, dan mencari gara-gara.”
Permainan peresean
ini menggunakan beberapa alat, antara lain sebagai berikut: Masing-masing pepadu (petarung) yang akan bertanding
membawa sebuah ende (perisai/tameng)
yang dipegang dengan tangan sebelah, dan disebelah lagi memegang alat pukul
yang terbuat dari sebilah penjalin/penyalin
(rotan). Permainan peresean ini dipimpin oleh beberapa orang wasit
(Pekembar), yang terdiri dari pekembar
seri (wasit pinggir) yang berjumlah dua sampai empat orang dan pekembar tengaq (wasit tengah) yang
berjumlah satu orang. Pekembar seri (wasit pinggir) ini bertugas
menanding (memilih) pasangan yang akan bertarung, sedangkan pekembar tengaq (wasit tengah) bertugas memimpin jalannya pertandingan, pada umumnya permainan peresean
ini berlangsung selama lima tarungan (ronde).
Observasi awal
peneliti terhadap perilaku keseharian petarung menunjukkan bahwa petarung
peresean ini pada umumnya memiliki perilaku suka bergaul,
menyukai tantangan, gesit, suka berkelahi, demonstratif dalam mengekspresikan
emosi, ceroboh dan mudah marah. Ciri-ciri perilaku yang ditunjukkan oleh
petarung peresean tersebut tentu sangat berpengaruh terhadap pola pergaulan
sehari-hari dengan individu lain dan ciri-ciri perilaku tersebut pula yang
mempengaruhi petarung peresean dalam beradaptasi dengan lingkungannya. Niven
(2002), menyatakan bahwa kesukaan pada orang lain , sikap positif, daya tarik
seseorang individu dalam melakukan tindakan dan perilaku keseharian seseorang
di pengaruhi oleh 2 hal yaitu personal dan situasional. Faktor-faktor personal
yang mempengaruhi hal tersebut diantaranya adalah karakteristik kepribadian
mereka. Karakteristik kepribadian yang berbeda-beda menjadikan seseorang
mempunyai perbedaan emosi dalam suatu peristiwa.
Kepribadian
merupakan sesuatu yang memberi tata tertib dan keharmonisan terhadap segala
macam tingkah laku berbeda-beda yang dilakukan individu termasuk didalamnya
usaha-usaha menyesuaikan diri yang beraneka ragam namun khas yang dilakukan
oleh tiap individu. (Hall & Lindzey, 1993). Sedangkan Lersen & Bus
(2002), menyebutkan bahwa kepribadian merupakan sekumpulan trait psikologis dan
mekanisme dalam diri individu yang diorganisasikan, relatif bertahan dan
mempengaruhi interaksi juga adaptasi individu dengan lingkungnnya, baik
lingkungan fisik maupun sosial.
Goldberg, dkk
(2006) mengkonstruk item tes untuk mengukur kepribadian manusia, pengukuran
kepribadian ini penting dalam rangka memprediksi tingkah laku manusia terkait
cara-cara unik yang dimiliki oleh individu dalam beradaptasi dengan
lingkungannya. Sedangkan Barrack & Mount (1991) menemukan
bahwa dimensi-dimensi kepribadian pada individu berpengaruh terhadap bagaimana individu beradaptasi dan bersikap
terhadap perlakuan individu lain.
Dalam praktiknya di arena pertarungan, petarung
peresean ini menunjukkan kesan agresif. Corak agresif yang ditunjukkan oleh
petarung permainan peresean ini terkait tujuan maupun bentuknya yang
menampilkan perilaku saling melukai dan menyakiti dengan menggunakan tameng dan
rotan (penjalin; sasak) sebagai alat
pukulnya. Secara teoritik, agresi merupakan perilaku yang
dimaksudkan untuk menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun psikis
(Anderson & Huesman, 2007). Aspek terpenting dari agresif adalah maksud
mencelakai dan secara sosial tidak dapat diterima (Gamayanti, dkk 2006).
Berkaitan dengan agresi Anderson & Bushman (2000) menemukan bahwa dalam
permainan yang bernuansa kekerasan terdapat potensi agresifitas didalamnya.
Sedangkan Young (2009), menunjukkan bukti terkait permainan online yang sedang
digandrungi oleh remaja, menurut penemuan Young, game online bagi para remaja saat ini sudah menjadi candu, lebih
jauh Young menemukan bahwa game online
yang bercorak agresif berkontribusi terhadap kecenderungan agresif pada remaja.
Selain temuan Young tersebut, Ando,
Asakura, Ando & Morton. (2007) menemukan bahwa
perilaku agresif pada manusia dibentuk oleh pengalaman sosial. Pengalaman anak
terhadap perlakuan agresif oleh orang dewasa terhadapnya membentuk kecenderungan agresif pada saat dewasa.
Selain kesan agresif yang
ditunjukkan oleh petarung permainan peresean pada saat di arena, terdapat juga
sikap lain yakni ketaatan pada aturan yang di bacakan oleh wasit tengah
(pekembar tengak) sesaat sebelum bertarung dan sepanjang sejarah permainan ini
tidak pernah ditemukan terdapat dendam diantara petarung diluar lapangan. Hal
ini menunjukkan bahwa kontrol diri merupakan satu aspek psikologis yang ada pada petarung
peresean. Kontrol
diri merupakan suatu kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi diri dan
lingkungannya serta kemampuan untuk mengontrol dan mengelola faktor-faktor
perilaku agar sesuai dengan situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam
melakukan sosialisasi. Averill (1973) menyatakan bahwa kontrol diri merupakan
kemampuan seseorang untuk mengendalikan perilaku, kecenderungan untuk menarik
perhatian, keinginan untuk mengubah perilaku agar sesuai untuk orang lain,
menyenangkan orang lain, selalu konform dengan orang lain, dan menutup
perasaannya. Dalam konteks ini, Augustin (1998) menemukan bahwa kontrol diri
dan kontrol sosial yang tinggi pada individu berpengaruh positif terhadap
berkurangnya angka kriminalitas disuatu daerah.
Fenomena
perilaku keseharian dan perilaku di arena yang ditunjukkan oleh petarung
peresean inilah yang menjadikan judul penelitian “Kecenderungan Tipe Kepribadian, Agresifitas dan Kontrol Diri Pada
Petarung Peresean: Studi Deskriptif-Kuantitatif Terhadap Petarung Permainan
Tradisional Sasak” ini penting untuk dieksplorasi.
A. Rumusan
Masalah
Fenomena yang
penulis ungkapkan di atas selanjut terkonseptualisasi dalam
rumusan masalah berikut:
1.
Bagaimana
kecenderungan tipe kepribadian petarung peresean (Pepadu)?
2.
Bagaiman
tingkat agresifitas petarung peresean (Pepadu) ?
3.
Bagaimana
tingkat kontrol diri pada petarung peresean (Pepadu)?
4.
Bagiamana
hubungan antara tipe kepribadian, agresifitas dan kontrol diri petarung
peresean?
B. Tujuan
Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1.
Untuk
mengetahui kecenderungan tipe kepribadian yang dimiliki oleh petarung permainan
peresean (Pepadu)
2.
Untuk
mengetahui kecenderungan agresifitas pada petarung permainan peresean (Pepadu)
3.
Untuk
mengetahui kualitas kontrol diri pada petarung permainan peresean (Pepadu)
4.
Untuk
mengetahui hubungan tipe kepribadian, agresifitas dan knotrol diri pada
petarung peresean.
C. Manfaat
Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
- Manfaat teoritis
Diharapkan, dari penelitian ini dapat bermanfaat
dalam menambah hasanah pengetahuan tentang tradisi permainan peresean
pada Suku Sasak dan aspek-aspek psikologis yang menyertainya, dan selanjutnya penelitian ini diharap
dapat memberikan sumbangan yang
berarti bagi perkembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi perkembangan
dan psikologi lintas budaya.
- Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
pintu masuk (entry point) bagi
penelitian selanjutnya, mengingat jarangnya penelitian ilmiah terkait perilaku
petarung peresean.
D.
Keaslian
Penelitian
Penelitian mengenai tipe
kepribadian, agresifitas, dan kontrol diri telah banyak dilakukan oleh peneliti dalam dan luar negeri, antara lain sebagai berikut:
1.
Buhler dan Land (2004) menyatakan bahwa
kecenderungan tipe kepribadian merupakan pengaruh yang kuat dalam menentukan burnout,
terutama saat mereka berada dalam lingkungan sosial karena hal ini akan
menghasilkan hasil yang negatif bagi aktifitas mereka.
2.
Grant
& Langan-Fox (2007) meneliti kaitan antara lima faktor kepribadian dengan
tekanan kerja pada pekerja pabrik.
3.
Daele
(2005) menggunakan Eysenck Personality Questionaire (EPQ) untuk mengungkap
pengaruh kepribadian extraversion terhadap kemampuan berbahasa.
4.
Aluja,
Garcia & Garcia (2003) mencari hubungan antara kepribadian extraversian,
keterbukaan terhadap pengalaman dan pencari sensasi.
5.
Valentine,
Bettencourt, Talley & Benjamin (2006) menggunakan meta analisis untuk
menggambarkan hubungan antara kepribadian dan perilaku agresif orang yang
berada di bawah provokasi dan yang tidak di bawah provokasi.
6.
Elfida, D. (2005). Meneliti hubungan kontrol
diri dengan perilaku delinkuen pada remaja.
7.
Tangney,
Baumeister & Boone. (2004). Menggambarkan bahwa kemampuan kontrol diri yang
tinggi berhubungan dengan kesuksesan dalam membangun hubungan interpersonal,
penyesuaian diri yang baik dan mengurangi kecenderungan patologis.
8.
Harmon-Jones
& Peterson (2008) meneliti efek sifat dan pendekatan motivasi terhadap kecenderungan
agresif. Hasilnya,
sifat dan status pendekatan motivasional dapat mempengaruhi kecenderung agresif
individu
Berdasarkan beberapa uraian hasil
penelitian mengenai tipe kepribadian, agresifitas, dan kontrol diri di atas,
maka dapat dijelaskan bahwa penelitian ini berbeda dalam hal fenomena
sosial, subjek dan lokasi penelitian. Oleh karena itu, topik ini layak diteliti
untuk mengetahui tipe kepribadian, agresifitas dan kontrol diri petarung
permainan peresean, dikarenakan belum ada yang melakukan penelitian ini.
Penelitian yang penulis lakukan ini adalah asli, sehingga keaslian
penelitiannya dapat dipertanggungjawabkan.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Peresean
Sebagai Sebuah Tradisi
1. Sejarah
peresean
Peresean merupakan permainan adu
keberanian dan ketangkasan pada masyarakat Sasak yang diwariskan secara turun
temurun dari generasi kegenerasi. Proses transmisi atau pewarisan budaya
peresean ini berada pada tiga fase hingga sekarang yakni a) fase pembentukan,
b) fase mistifikasi dan c) fase pelestarian.
Secara teoritis, terjadinya pergeseran
dalam parktik dan orientasi permainan peresean ini dapat dijelaskan dengan
teori perubahan sosial dan budaya, sebab dalam konteks sosial budaya, perubahan
sosial merupakan bagian dari perubahan budaya. Perubahan dalam kebudayaan
mencakup semua bagian, yang meliputi kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi,
filsafat dan lainnya. Akan tetapi perubahan tersebut tidak mempengaruhi
organisasi sosial masyarakatnya. Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas
dibandingkan perubahan sosial. Namun demikian dalam praktiknya di lapangan
kedua jenis perubahan tersebut sangat sulit untuk dipisahkan (Soekanto, 1990).
Sedangakn Vygotsky (dalam Salkind, 2004) menyebut perubahan sosial dan
budaya ini sebagai interaksi sosial dan
cultural dalam perkembangan manusia, karena interaksi sosial mempengaruhi
perubahan pemikiran individu dan selanjutnya perilaku mereka. Vygotsky meyakini
bahwa perilaku individu berakar pada konteks sosial dan budaya dimana individu
tersebut berkembang.
2. Peraturan dan alat dalam permainan peresean
Permaianan peresean ini menggunakan
beberapa alat, antara lain sebagai berikut: Masing-masing pepadu (pemain/petarung) yang akan bertanding membawa sebuah ende (perisai/tameng) yang dipegang
dengan tangan sebelah, dan disebelah lagi memegang alat pukul yang terbuat dari
sebilah penjalin/penyalin (rotan).
Disamping alat yang digunakan oleh masing-masing pepadu tersebut, ada juga alat musik sebagai instrument dalam
mengiringi jalannya pertandingan dan berfungsi membangkitkan semangat para
petarung, alat musiknya sangat sederhana
tapi cukup menggugah semangat para pepadu
(pemain/petarung) dan penonton dalam pertandingan. Adapun alat musiknya
berupa Gong, sepasang kendang, Rincik
/ simbal, Kajar dan Suling
Sedangkan peraturan dalam permainan
peresean ini disebut awiq-awiq yang
menjadi pegangan dalam memainkan permainan. Awiq-awiq
(peraturan) tersebut berupa larangan memukul bagian pinggang ke bawah,
dilarang mendendang dan meninju, tidak boleh nujah (menusuk) dan berdarah dibagian kepala dari salah satu pemain
berarti permainan berakhir. Biasanya awiq-awiq
ini dijelaskan oleh pekembar tengaq (wasit
tengah) dihadapan pemain sesaat sebelum permainan dimulai. Permaianan peresean
dipimpin oleh beberapa orang wasit (Pekembar), yang terdiri dari pekembar seri (wasit pinggir) yang
berjumlah dua sampai empat orang dan pekembar
tengaq (wasit tengah) yang berjumlah satu orang. Pekembar seri (wasit
pinggir) ini bertugas menanding (memilih) pasangan yang akan bertarung,
sedangkan pekembar tengaq (wasit tengah) bertugas memimpin
jalannya pertandingan, pada umumnya
permainan peresean ini berlangsung selama lima tarungan (ronde).
B. Peresean
Sebagai Perilaku Individu
Tradisi peresean sebagai sebuah
produk budaya tentu tidak lepas dari peran serta individu-individu dimana
tradisi peresean tersebut berada, baik dalam konteks penciptaan maupun
pelestariannya. Dalam konteks ini, peran dan kontribusi individu dalam menciptakan
dan mempertahankan tradisi peresean dapat sebagai pemain atau petarung maupun
pihak yang mendukung pagelaran tradisi peresean.
1.
Kecenderungan
Tipe Kepribadian
Teori penggolongan tipe
kepribadian yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Eysenck salah satu
Psikolog pertama yang mempelajari kepribadian dengan metode faktor analisis,
sebuah tehnik statistik yang diperkenalkan oleh Charles Spearman. Eysenck dan
Wilson (1982) mengklasifikasikan ciri-ciri tingkah laku yang operasional pada
tipe kepribadian extravert dan introvert menurut faktor-faktor kepribadian yang
mendasarinya, yaitu : a) Activity, b)
Sociability, c) Risk Taking, d) Impulsiveness,
e) Expressiveness, f) Reflectiveness dan g) Responbility
2.
Agresifitas
Sedangkan dalam konteks agresifitas,
penelitian ini menggunakan teori Murray (dalam Krahe’, 2005) mengenai perilaku
agresif meliputi: a) Agresi emosional verbal, b) Agresi fisik sosial, c) Agresi
fisik a sosial, dan d) Agresi destruktif
3. Kontrol Diri
Adapun untuk variabel kontrol diri,
penelitian ini menggunakan perspektif teori berdasarkan konsep Averill (dalam Latipah, 2002), yang
menyebutkan bahwa terdapat 3 jenis kemampuan mengontrol diri yang meliputi 5
aspek. Averill (dalam Latipah, 2002) menyebut kontrol diri dengan sebutan kontrol
personal, yaitu kontrol perilaku (behavior
control), Kontrol kognitif (cognitive
control), dan mengontrol keputusan (decisional
control).
4. Hubungan
Antara Kecenderungan Tipe Kepribadian, Agresifitas dan Kontrol Diri
Pada
dasarnya setiap orang mengadakan orientasi terhadap dunia sekitarnya,
tergantung karakteristik atau tipe kepribadiannya sehingga orientasi orang yang
satu dengan orang lainnya berbeda. Orientasi manusia ada yang memiliki arah
keluar (ekstrovert) dan ke dalam (introvert). Jung (dalam Naisaban. 2003) menyatakan
bahwa dimensi orang ekstovert dalam perilaku aktual digambarkan sebagai orang
yang terbuka, periang, suka bergaul dengan orang lain, cenderung berinteraksi
dengan masyarakat dan tidak sensitif menghadapi kehidupan sehari-hari, tidak
menyukai keteraturan, agresif, kurang bertanggungjawab, optimis, impulsif dan
bersifat praktis. Senada dengan Jung, Eysenck & Wilson (1992) menyatakan
bahwa salah satu karakteristik orang ekstrovert diantaranya Risk taking, yaitu senang hidup di dalam
bahaya dan mencari pekerjaan yang memberikan imbalan yang baik dengan hanya
sedikit menghiraukan konsekuensi yang merugikan keselamatan dan keamanannya,
mereka cenderung nampak lebih hebat, menjadi pihak yang benar, dihormati,
disetujui oleh orang-orang yang terpilih.
METODE
PENELITIAN
A. Variabel Penelitian
1.
Kecenderungan
Tipe Kepribadian
2.
Agresifitas
3.
Kontrol
Diri
B. Definisi Operasional
1.
Kecenderungan Tipe Kepribadian
Kecendeungan
tipe kepribadian dalam penelitian ini mengacu pada batasan teoritis dari
Eysenck dan Wilson (1982) yang membedakan tipe kepribadian menjadi tipe
kepribadian extrovert dan introvert.
2. Agresifitas
Agresifitas yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah kesan agresif yang ditunjukkan oleh petarung peresean
dalam permainan peresean. Untuk mengukur kecenderungan agresif pada
petarung peresean ini digunakan skala agresifitas yang disusun berdasarkan teori Murray (dalam
Krahe’, 2005).
3.
Kontrol Diri
Kontrol diri merupakan suatu
kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi diri dan lingkungannya serta
kemampuan untuk mengontrol dan mengelola faktor-faktor perilaku sesuai dengan
situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi. Dalam
penelitian ini akan diukur kualitas kontrol diri petarung permainan peresean berdasarkan
teori Averill (Latipah, 2002).
C. Subjek Penelitian
Subyek penelitian dalam penelitian ini
adalah petarung peresean yang sudah
punya istri, punya anak dan telah mencapai derajat pepadu dan memiliki julukan (jejuluk).
Sedangkan jumlah petarung peresean yang akan menjadi subyek dalam penelitian
ini sebanyak 30 orang. Penentuan jumlah 30 orang ini disebabkan oleh
terbatasnya petarung peresean dengan karakteristik di atas.
D. Metode dan Alat Pengumpulan
Data
Data dalam penelitian ini akan
dikumpulkan melalui metode angket berbentuk skala. Menurut Azwar (1998) penggunaan
angket didasari oleh beberapa anggapan, yaitu subyek adalah paling tahu tentang
dirinya sendiri; apa yang dinyatakan subyek kepada peneliti adalah benar dan
dapat dipercaya; interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan kepadanya adalah sama dengan yang dimaksud. Adapun skala yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Skala
Tipe Kepribadian
2.
Skala Agresifitas
3.
Skala kontrol diri
E.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam
tiga tahap yaitu: prapenelitian, pelaksanaan penelitian dan analisis data.
F.
Rancangan Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian
ini menggunakan uji statistik deskriptif dan uji korelasi Kendall tau-b dan
Spearman. Uji statistik deskriptif dimaksudkan untuk menggambarkan tipe
kepribadian, tingkat agresifitas dan kontrol diri petarung peresean, sedangkan
untuk memperkaya analisis pada pembahasan, penulis merasa perlu unuk mencari
korelasi antara variabel tipe kepribadian, agresifitas dan kontrol diri.
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
1. Uji coba skala
Data
penelitian ini didapatkan dari hasil uji coba terpakai, artinya angket yang
disebar kepada subyek dilakukan sekalgus untuk kemudian dianalisis tingkat
validitas dan reliabilitas aitemnya dengan menggunakan teknik
Alpha Cronbach melalui jasa komputer program SPSS for MS Windows
release 17.00.
Sedangkan
validitas butir aitem skala ditemukan bahwa pada skala tipe kepribadian, dari
55 aitem soal terdapat 38 aitem valid dan 17 aitem gugur, pada skala
agresifitas dari 52 aitem soal terdapat 30 aitem valid dan 22 aitem gugur,
sedangkan pada skala kontrol diri jumlah aitem soal sebanyak 50 terdapat 26
aitem valid dan 24 aitem yang gugur. Aitem-aitem skala yang gugur disebabkan
oleh bias sosial (social desirability) dan ambivalensi yang terdapat
pada butir aitem. Dengan demikian, butir skala yang dapat dianalisis pada tahap
berikutnya adalah 38 aitem pada skala tipe kepribadian, 30 aitem pada skala
agresifitas dan 26 aitem pada skala kontrol diri.
2. Analisis deskriptif
Hasil
analisis menunjukkan mean sebesar
122.70 dan standar deviasi sebesar
12.523 untuk skala tipe kepribadian, mean
sebesar 82.60 dan standar deviasi sebesar
21.598 untuk skala agresifitas, sedangkan untuk skala kontrol diri ditemukan mean sebesar 65.47 dan standar deviasi sebesar 13.459. Untuk
lebih jelas dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini:
Tabel
8
Hasil
analisis statistik deskriptif
N
|
Minimum
|
Maximum
|
Mean
|
Std. Deviation
|
|
Kepri
|
30
|
78
|
142
|
122.70
|
12.523
|
Agresif
|
30
|
32
|
110
|
82.60
|
21.598
|
Kontrol
|
30
|
34
|
96
|
65.47
|
13.459
|
Valid N
(listwise)
|
30
|
3. Kategorisasi subyek
a.
Tipe kepribadian
Variabel tipe kepribadian ini terdiri
dari dua yaitu extraversion dan introversion. Skala extrovert-introvert ini
terdiri dari 38 butir pernyataan untuk mengungkap kecenderungan ekstraversion
yang dimiliki subyek. Jadi aitem-aitem yang ada mengungkap kecenderungan atau
derajat ekstraversi subyek. Setiap subyek memiliki total skor yang diperoleh
dari penjumlahan skor setiap jawaban aitem. Skor setiap aitem terendah yang
dapat diperoleh subyek adalah = 0 dan skor tertinggi = 4, dengan demikian dapat
diketahui skor total terendah yang dapat dimiliki oleh subyek adalah 0 dan skor
total tertinggi adalah 152.
Adapun
distribusi subyek penelitian dilihat dari kecenderungan tipe kepribadian yang
dimiliki dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini:
Tabel 9
Distribusi subyek berdasar kecenderungan
tipe kepribadian
Tipe Kepribadian
|
Subyek
|
Prosentase (%)
|
Extrovert
|
20
subyek
|
66.67 %
|
Introvert
|
10
Subyek
|
33.33 %
|
Jumlah
|
30
|
100
|
b.
Agresifitas
Variabel
agresifitas terdiri dari 30 butir pernyataan untuk mengungkap kecenderungan
agresif pada subyek. Aitem-aitem yang ada dimaksudkan untuk mengungkap
kecenderungan agresif pada petarung peresean. Setiap subyek memiliki total skor
yang diperoleh dari penjumlahan skor setiap jawaban aitem. Skor setiap aitem
terendah yang dapat diperoleh subyek adalah = 0 dan skor tertinggi = 4, dengan
demikian dapat diketahui skor total terendah yang dapat dimiliki oleh subyek
adalah 0 dan skor total tertinggi adalah 120.
Adapun
kategori yang digunakan dalam menentukan tingkat agresifitas subyek adalah
tinggi, sedang dan rendah dengan rumus kategorisasi sebagai berikut:
Mean + 1 sd (p+1.0s) ≥ tinggi dan Mean – 1 sd
(p-1.0s) < rendah
Mean – 1 sd £ X <
mean + 1 sd{ (p-1.0s) ≥ X <
(p+1.0s) }=
sedang (Azwar, 1998)
Berdasarkan
rumus di atas ditemukan bahwa kecenderungan tingkat agresifitas tinggi
digambarkan dengan angka sebesar ≥
104.198, agresifitas sedang antara 62. 00 sampai 103.00 sedangkan agresifitas
rendah £
61.002 dari mean sebesar 82.60 dan standar deviasi sebesar 21.598.
Adapun
distribusi subyek penelitian dilihat dari kecenderungan agresif yang dimiliki
dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini:
Tabel 10
Distribusi subyek berdasar kecenderungan agresif
Agresifitas
|
Subyek
|
Prosentase (%)
|
Tinggi
|
6 subyek
|
20.00 %
|
Sedang
|
18
subyek
|
60.00 %
|
Rendah
|
6 Subyek
|
20.00 %
|
Jumlah
|
30
|
100 %
|
c.
Kontrol diri
Variabel
kontrol diri dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kontrol diri yang dimiliki
oleh subyek penelitian, yakni petarung peresean. Adapun skor setiap aitem terendah
yang dapat diperoleh subyek adalah = 0 dan skor tertinggi = 4, dengan demikian
dapat diketahui skor total terendah yang dapat dimiliki oleh subyek adalah 0
dan skor total tertinggi adalah 104. Dan kategori yang digunakan dalam
menentukan tingkat kontrol diri subyek adalah tinggi, sedang dan rendah dengan
rumus kategorisasi sebagai berikut:
Mean + 1 sd (p+1.0s) ≥ tinggi dan Mean – 1 sd
(p-1.0s) < rendah
Mean – 1 sd £ X <
mean + 1 sd{ (p-1.0s) ≥ X <
(p+1.0s) }=
sedang (Azwar, 1998)
Berdasarkan
rumus di atas ditemukan bahwa kecenderungan tingkat kontrol diri tinggi
digambarkan dengan angka sebesar ≥
78.929, kontrol diri sedang antara 52. 011 sampai 77.00 sedangkan kontrol diri
rendah ≤ 52.011
dari mean sebesar 65.47 dan standar deviasi sebesar 13.459.
Adapun distribusi subyek penelitian dilihat
dari kecenderungan kontrol diri yang dimiliki dapat dilihat pada Tabel 11
berikut ini:
Tabel 11
Distribusi subyek berdasar kecenderungan kontrol
diri
Agresifitas
|
Subyek
|
Prosentase (%)
|
Tinggi
|
4 subyek
|
13.33 %
|
Sedang
|
24
subyek
|
80.00 %
|
Rendah
|
2 Subyek
|
6.67 %
|
Jumlah
|
30
|
100
|
4. Uji hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Ada
hubungan antara tipe kepribadian dan agresifitas pada petarung peresean
2.
Ada hubungan antara tipe kepribaadian dan
kontrol diri pada petarung peresean
3.
Ada
hubungan antara agresifitas dan kontrol diri pada petarung peresean
Teknik
uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji korelasi. Korelasi
adalah salah satu teknik untuk mencari hubungan antara dua variabel atau lebih
yang sifatnya kuantitatif dan kualitatif. (Sudjana, 1989) Uji statistik nonparametrik yang digunakan
untuk melihat hubungan antara dua variabel atau lebih adalah korelasi Spearman,
korelasi Kendall tu_b dan koefisien kontingensi. Uji statistik nonparametrik yang digunakan untuk
melihat hubungan antar variabel dalam penelitian ini adalah korelasi Spearman
& Kendall tau_b. (Priyatno, 2009)
Berdasarkan rumusan tersebut maka
diketahui bahwa korelasi Kendall tau-b menunjukkan tidak ada korelasi antara
variabel tipe kepribadian dan variabel agresifitas, begitupula antara variabel
tipe kepribadian dan variabel kontrol diri. Hal ini ditunjukkan dengan
koefesien sebesar -148 untuk variabel
tipe kepribadian dan variabel agresifitas, dan koefesien sebesar -033 untuk
variabel tipe kepribadian dan kontrol diri.
Sementara itu, pada analisis Spearman rho didapat koefesien sebesar -180
untuk variabel tipe kepribadian dan variabel agresifitas, dan koefesien sebesar
-040 untuk variabel tipe kepribadian dan kontrol diri.
Sedangkan
variabel agresifitas dan kontrol diri terdapat korelasi yang rendah, hal ini
tampak pada analisis korelasi Kendall tau_b terdapat koefesien sebesar
0.377. Adapun pada analisis korelasi
Spearman didapat koefesian sebesar 0.472.
B.
Pembahasan
1. Kecenderungan tipe kepribadian
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa kecenderungan tipe kepribadian yang dimiliki oleh petarung peresean
adalah ekstraversion. Hal ini
dibuktikan dengan hasil analisis
deskriptif terhadap skor skala kecenderungan tipe kepribadian yang menunjukkan
sebanyak 66.67 % atau 20 dari 30 subyek (petarung peresean) memiliki
kecenderungan tipe kepribadian ekstraversion
dengan skor rata-rata diatas 135.223, dari rerata empirik sebesar 122.70 yang
dihasilkan dari skor komulatif dibagi jumlah subyek. Sedangkan hanya 33.33 %
atau 10 subyek (petarung peresean) yang memiliki kecenderungan tipe kepribadian
introvert.
Banyak penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti psikologi terkait kecenderunagn tipe kepribadian
manusia, walaupun Eyesenck (2004) mengakui bahwa tidak ada orang yang
benar-benar memiliki tipe kepribadian ekstraversion
dan introvert secara tegas, yang bisa
dilihat hanya kecenderungan. Di antara beberapa penelitian yang telah
dipublikasikan terkait kecenderunga tipe kepribadian ini dilakukan oleh McCrae
& Costa (1997). Dengan metode meta analisis McCrae & Costa mengumpulkan
konsep kepribadian dari Amerika, Jerman, Portugis, Ibrani, Cina, Korea dan
Jepang, ditemukan bahwa diberbagai peradaban ternyata konsep kepribadian
merupakan konsep yang umum. Sedangkan Heaven, Leeson & Ciarrochi (2009)
menemukan bahwa hasil evaluasi pembelajaran guru terhadap murid dipengaruhi oleh
aspek kepribadian murid. Adapun
Petrides, Jackson, Furnham & Levine (2003) menguji kemampuan ukur Eysenck
Personality Profilier (EPP) terhadap perbedaan gender terkait distribusi tipe
kepribadian antara laki-laki dan perempuan. Hasilnya, terdapat perbedaan yang
signifikan pada tipe kepribadian psychoticism
antara laki-laki dan perempuan, kecenderungan psychoticism lebih tinggi pada laki-laki dari pada perempuan,
sedangkan pada tipe kepribadian ekstraversion
tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
Hasil penelitian ini dan penelitian
terkait sebelumnya menegaskan bahwa tipe kepribadian merupakan salah satu aspek
psikologis yang melendasi kecenderungan perlaku pada individu.
2. Kecenderungan
agresifitas
Hasil analisis deskriptif terhadap
kecenderungan agresif pada petarung peresean yang menjadi subyek dalam
penelitian ini menunjukkan jumlah petarung yang memiliki kecenderungan agresif
sedang lebih banyak, yakni sebanyak 60.00 % dari 30 subyek dari pada yang
memiliki kecenderungan agresif tinggi dan rendah, yakni sebesar masing-masing
20.00 % dari 30 subyek dengan rerata empirik 82.60. Hasil analisis deskriptif
ini menginformasikan bahwa petarung peresean cenderung agresif.
Huesman (2003) melakukan penelitian
longitudinal untuk mengetaui kecenderungan agresif dan tindakan kekerasan pada
orang dewasa tengah yang disebabkan oleh pengaruh tayangan kekerasan pada TV
sejak usia anak. Hasil penelitian ini menunjukkan orang dewasa tengah yang
sering melihat tayangan kekerasan di TV pada usia anak-anak cenderung agresif
dan melakukan tindakan kekerasan. Adapun Aluja & Gracia (2007) menemukan
bahwa kecenderungan agresif pada individu berhubungan dengan total testosterone (TT) dan sex hormone binding globulin (SHBG).
Sedangkan Young (2009) menemukan bahwa permainan atau game yang bernuansa
kekerasan dapat menstimulasi kecenderungan agresif pada individu.
3. Kecenderungan
kontrol diri
Hasil analisis deskriptif terhadap
kecenderungan kontrol diri pada petarung peresean yang menjadi subyek dalam
penelitian ini menunjukkan jumlah petarung yang memiliki kecenderungan kontrol
diri sedang lebih banyak, yakni sebanyak 80.00 % dari 30 subyek dari pada yang
memiliki kecenderungan kontrol diri tinggi dan rendah, yakni sebesar
masing-masing 13.33 % dari 30 subyek untuk subyek yang memiliki kontrol diri
tinggi dan 6.67 % dari 30 subyek yang memiliki kecenderungan kontrol diri
rendah, dengan rerata empirik 65.47. Hasil analisis deskriptif ini menunjukkan
bahwa petarung peresean cenderung memiliki kontrol diri baik.
Kualitas kontrol diri yang baik pada
petarung peresean, seperti terlihat dalam hasil analisis deskriptif tersebut
tidak lepas dari adanya aturan yang harus ditaati oleh para petarung dalam
permainan peresean. Aturan-aturan seperti tidak boleh memukul pinggang kebawah,
tidak boleh menusuk, tidak boleh memukul lawan yang terjatuh dan lain-lain
menjadi semacam ukuran dalam menilai seorang petarung peresean yang baik.
Setiap petarung peresean tentu memiliki kepentingan untuk diakui secara kultural
sebagai petarung yang baik. Dalam konteks ini, Calhoun dan Acocella (1990),
mengemukakan bahwa ada dua alasan yang mengharuskan individu untuk mengontrol
diri secara kontinyu. Pertama, individu hidup bersama kelompok sehingga dalam
memuaskan keinginannya individu harus mengontrol perilakunya agar tidak
menggangu kenyamanan orang lain. Kedua, masyarakat mendorong individu untuk
secara konstan menyusun standar yang lebih baik bagi dirinya, sehingga dalam
rangka memenuhi tuntutan tersebut dibutuhkan pengontrolan diri agar dalam
proses pencapaian standar tersebut individu tidak melakukan hal-hal yang
menyimpang dan tidak diterima oleh lingkungan sosialnya.
4. Hubungan
antara kecenderungan tipe kepribadian, agresifitas dan kontrol diri
Hasil
analisis korelasi Kendall tau-b menunjukkan tidak ada korelasi antara variabel
tipe kepribadian dan variabel agresifitas, begitupula antara variabel tipe
kepribadian dan variabel kontrol diri. Hal ini ditunjukkan dengan koefesien
sebesar -148 untuk variabel tipe
kepribadian dan variabel agresifitas, dan koefesien sebesar -033 untuk variabel
tipe kepribadian dan kontrol diri.
Sementara itu, pada analisis Spearman’s rho didapat koefesien sebesar
-180 untuk variabel tipe kepribadian dan variabel agresifitas, dan koefesien
sebesar -040 untuk variabel tipe kepribadian dan kontrol diri.
Sedangkan
variabel agresifitas dan kontrol diri terdapat korelasi yang rendah, hal ini
tampak pada analisis korelasi Kendall tau_b terdapat koefesien sebesar
0.377. Adapun pada analisis korelasi
Spearman didapat koefesian sebesar 0.472. Hasil analisis korelasional Spearman
dan Kendall tau_b dalam penelitian ini tidak sesuai dengan asumsi teoritik yang
diungkapkan oleh Harder & Lewis, (dalam Sarwono, 2002) karena tidak
terdapat hubungan antara kecenderungan tipe kepribadian dan kecenderungan
kontrol diri pada subyek penelitian ini.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang telah dikemukakan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1.
Kecenderungan tipe kepribadian yang dimiliki
oleh petarung peresean adalah tipe ekstraversion.
2.
Kecenderungan agresifitas yang dimiliki oleh
petarung peresean adalah sedang, karena hasil penelitian menunjukkan mayoritas
subyek berada pada kategori sedang yakni sebesar 60.00 % atau 18 dari 30
subyek. Sedangakan yang memiliki agresifitas tinggi dan rendah berjumlah sama,
yakni masing-masing sebesar 20.00 atau masing-masing 6 dari 30 subyek.
3.
Kecenderungan kontrol diri yang dimiliki oleh
petarung peresean adalah sedang, karena hasil penelitian menunjukkan mayoritas
subyek berada pada kategori sedang yakni sebesar 80.00 % atau 24 dari 30
subyek. Adapun yang memiliki kontrol diri tinggi lebih besar yakni sebesar
13.33 % atau 4 dari 30 subyek dari pada subyek yang memiliki kontrol diri
rendah yakni sebanyak 6.67 % atau 2 dari 30 subyek.
4.
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa:
a.
Tidak ada hubungan antara tipe kepribadian
dengan agresifitas pada petarung peresean.
b.
Tidak ada hubungan antara tipe kepribadian
dengan kontrol diri pada petarung peresean.
c.
Terdapat hubungan antara agresifitas dengan
kontrol diri pada petarung peresean.
Dengan kata lain, hipotesis penelitian
1 dan 2 ditolak atau tidak terbukti, sedangkan hipotesis penelitian 3 diterima
atau terbukti
B. Saran
1. Kepada subyek penelitian
Hasil pengukuran dan telaah teoritik
dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kecenderungan tipe kepribadian yang
dimiliki oleh subyek adalah tipe ekstraversion.
Individu yang memiliki kecenderungan kepribadian ekstraversion cenderung tidak hati-hati, tidak terlalu
memperdulikan resiko, kurang bertanggung jawab, tapi juga terbuka, mudah
bergaul dan optimis. Sedangkan dalam konteks agresifitas dan kontrol diri,
subyek berada pada kategori sedang, artinya, tidak tinggi juga tidak rendah. Oleh
karena itu, tradisi peresean ini patut dipertahankan namun harus mengikuti
peraturan yang berlaku dalam bertarung.
2. Kepada penelitian selanjutnya
Sepanjang pengetahuan peneliti,
belum ada penelitian yang berupaya mengungkap aspek-aspek psikologis pada tradisi
peresean yang berkembang di masyarakat Sasak. Penelitian ini dimaksudkan
sebagai uapaya awal dalam mengungkap aspek-aspek psikologis pada petarung
peresean. Oleh sebab itu, tentu banyak kelemahan yang ditemukan dalam
penelitian ini, terutama pada aspek metodologis, jumlah subyek dan aspek
psikologis lain yang terdapat dalam tradisi peresean ini. Peneliti selanjutnya
diharapakan mampu mengungkap lebih jauh terkait aspek-aspek psikologis yang
terapat dalam tradisi peresean ini secara lebih mendalam dengan metode dan
jumlah subyek yang lebih banyak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar