Sabtu, 10 Maret 2012

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN, AGRESIFITAS DAN KONTROL DIRI PADA PETARUNG PERESEAN


Oleh: Mastur Sonsaka
 
PENGANTAR
Masyarakat Sasak di pulau Lombok Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki  warisan budaya yang disebut Peresean. Seni peresean ini merupakan warisan budaya Sasak yang menunjukkan ketangkasan dan kedigdadayaan seorang pepadu (petarung). Drs. H. Lalu Ratmadji, ketua Majelis Krama Adat Sasak, mengatakan bahwa:
“aktualisasi kejantanan lelaki Sasak disalurkan melalui permainan rakyat yang   mengandalkan ketangkasan dan kekuatan fisik. Permainan-permainan tersebut memiliki tingkatan sesuai dengan kualitas ketangkasan yang dibutuhkan. Tingkat pertama disebut berampes (gulat) yaitu sejenis permainan gulat, tingkat kedua belanjakan, yang mengandalkan permainan kaki, berikutnya mesepok (menyatu), permainan tangan kosong dengan sasaran kepala. Tingkatan keempat disebut peresean, sejenis permainan perang tanding menggunakan senjata rotan dan perisai. Untuk tingkat ini, di samping kekuatan dan daya tahan tubuh serta stamina, juga sering dijadikan ajang adu ilmu kekebalan. Pada tingkat tertentu, permainan ini menjadi lebih serius dan lebih berat dengan mempergunakan senjata tajam yang dinamakan begelepukan (berkelahi) dan mempergunakan tombak, yang disebut dengan pelengkungan. Pola penyaluran aktualisasi kejantanan ini dimaksudkan untuk menghindari penyaluran-penyaluran yang bersifat negatif, seperti mencuri (maling), membuat keributan, dan mencari gara-gara.”

 Permainan peresean ini menggunakan beberapa alat, antara lain sebagai berikut: Masing-masing pepadu (petarung) yang akan bertanding membawa sebuah ende (perisai/tameng) yang dipegang dengan tangan sebelah, dan disebelah lagi memegang alat pukul yang terbuat dari sebilah penjalin/penyalin (rotan). Permainan peresean ini dipimpin oleh beberapa orang wasit (Pekembar), yang terdiri dari pekembar seri (wasit pinggir) yang berjumlah dua sampai empat orang dan pekembar tengaq (wasit tengah) yang berjumlah satu orang. Pekembar seri (wasit pinggir) ini bertugas menanding (memilih) pasangan yang akan bertarung, sedangkan pekembar tengaq (wasit tengah) bertugas memimpin jalannya  pertandingan, pada umumnya permainan peresean ini berlangsung selama lima tarungan (ronde).
Observasi awal peneliti terhadap perilaku keseharian petarung menunjukkan bahwa petarung peresean ini pada umumnya memiliki perilaku suka bergaul, menyukai tantangan, gesit, suka berkelahi, demonstratif dalam mengekspresikan emosi, ceroboh dan mudah marah. Ciri-ciri perilaku yang ditunjukkan oleh petarung peresean tersebut tentu sangat berpengaruh terhadap pola pergaulan sehari-hari dengan individu lain dan ciri-ciri perilaku tersebut pula yang mempengaruhi petarung peresean dalam beradaptasi dengan lingkungannya. Niven (2002), menyatakan bahwa kesukaan pada orang lain , sikap positif, daya tarik seseorang individu dalam melakukan tindakan dan perilaku keseharian seseorang di pengaruhi oleh 2 hal yaitu personal dan situasional. Faktor-faktor personal yang mempengaruhi hal tersebut diantaranya adalah karakteristik kepribadian mereka. Karakteristik kepribadian yang berbeda-beda menjadikan seseorang mempunyai perbedaan emosi dalam suatu peristiwa.
Kepribadian merupakan sesuatu yang memberi tata tertib dan keharmonisan terhadap segala macam tingkah laku berbeda-beda yang dilakukan individu termasuk didalamnya usaha-usaha menyesuaikan diri yang beraneka ragam namun khas yang dilakukan oleh tiap individu. (Hall & Lindzey, 1993). Sedangkan Lersen & Bus (2002), menyebutkan bahwa kepribadian merupakan sekumpulan trait psikologis dan mekanisme dalam diri individu yang diorganisasikan, relatif bertahan dan mempengaruhi interaksi juga adaptasi individu dengan lingkungnnya, baik lingkungan fisik maupun sosial.
Goldberg, dkk (2006) mengkonstruk item tes untuk mengukur kepribadian manusia, pengukuran kepribadian ini penting dalam rangka memprediksi tingkah laku manusia terkait cara-cara unik yang dimiliki oleh individu dalam beradaptasi dengan lingkungannya. Sedangkan Barrack & Mount (1991) menemukan bahwa dimensi-dimensi kepribadian pada individu berpengaruh terhadap  bagaimana individu beradaptasi dan bersikap terhadap perlakuan individu lain.
Dalam praktiknya di arena pertarungan, petarung peresean ini menunjukkan kesan agresif. Corak agresif yang ditunjukkan oleh petarung permainan peresean ini terkait tujuan maupun bentuknya yang menampilkan perilaku saling melukai dan menyakiti dengan menggunakan tameng dan rotan (penjalin; sasak) sebagai alat pukulnya. Secara teoritik, agresi merupakan perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun psikis (Anderson & Huesman, 2007). Aspek terpenting dari agresif adalah maksud mencelakai dan secara sosial tidak dapat diterima (Gamayanti, dkk 2006). Berkaitan dengan agresi Anderson & Bushman (2000) menemukan bahwa dalam permainan yang bernuansa kekerasan terdapat potensi agresifitas didalamnya. Sedangkan Young (2009), menunjukkan bukti terkait permainan online yang sedang digandrungi oleh remaja, menurut penemuan Young, game online bagi para remaja saat ini sudah menjadi candu, lebih jauh Young menemukan bahwa game online yang bercorak agresif berkontribusi terhadap kecenderungan agresif pada remaja. Selain temuan Young tersebut, Ando, Asakura, Ando & Morton. (2007) menemukan bahwa perilaku agresif pada manusia dibentuk oleh pengalaman sosial. Pengalaman anak terhadap perlakuan agresif oleh orang dewasa terhadapnya membentuk  kecenderungan agresif pada saat dewasa.
            Selain kesan agresif yang ditunjukkan oleh petarung permainan peresean pada saat di arena, terdapat juga sikap lain yakni ketaatan pada aturan yang di bacakan oleh wasit tengah (pekembar tengak) sesaat sebelum bertarung dan sepanjang sejarah permainan ini tidak pernah ditemukan terdapat dendam diantara petarung diluar lapangan. Hal ini menunjukkan bahwa kontrol diri merupakan satu  aspek psikologis yang ada pada petarung peresean. Kontrol diri merupakan suatu kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi diri dan lingkungannya serta kemampuan untuk mengontrol dan mengelola faktor-faktor perilaku agar sesuai dengan situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi. Averill (1973) menyatakan bahwa kontrol diri merupakan kemampuan seseorang untuk mengendalikan perilaku, kecenderungan untuk menarik perhatian, keinginan untuk mengubah perilaku agar sesuai untuk orang lain, menyenangkan orang lain, selalu konform dengan orang lain, dan menutup perasaannya. Dalam konteks ini, Augustin (1998) menemukan bahwa kontrol diri dan kontrol sosial yang tinggi pada individu berpengaruh positif terhadap berkurangnya angka kriminalitas disuatu daerah.
            Fenomena perilaku keseharian dan perilaku di arena yang ditunjukkan oleh petarung peresean inilah yang menjadikan judul penelitian “Kecenderungan Tipe Kepribadian, Agresifitas dan Kontrol Diri Pada Petarung Peresean: Studi Deskriptif-Kuantitatif Terhadap Petarung Permainan Tradisional Sasak” ini penting untuk dieksplorasi.
A.    Rumusan Masalah
            Fenomena yang penulis ungkapkan di atas selanjut terkonseptualisasi dalam rumusan masalah berikut:
1.      Bagaimana kecenderungan tipe kepribadian petarung peresean (Pepadu)?
2.      Bagaiman tingkat agresifitas petarung peresean (Pepadu) ?
3.      Bagaimana tingkat kontrol diri pada petarung peresean (Pepadu)?
4.      Bagiamana hubungan antara tipe kepribadian, agresifitas dan kontrol diri petarung peresean?
B.     Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1.      Untuk mengetahui kecenderungan tipe kepribadian yang dimiliki oleh petarung permainan peresean (Pepadu)
2.      Untuk mengetahui kecenderungan agresifitas pada petarung permainan peresean (Pepadu)
3.      Untuk mengetahui kualitas kontrol diri pada petarung permainan peresean (Pepadu)
4.      Untuk mengetahui hubungan tipe kepribadian, agresifitas dan knotrol diri pada petarung peresean.
C.    Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
  1. Manfaat teoritis
Diharapkan, dari penelitian ini dapat bermanfaat dalam menambah hasanah pengetahuan tentang tradisi permainan peresean pada Suku Sasak dan aspek-aspek psikologis yang menyertainya, dan selanjutnya penelitian ini diharap dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi perkembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi perkembangan dan psikologi lintas budaya.
  1. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pintu masuk (entry point) bagi penelitian selanjutnya, mengingat jarangnya penelitian ilmiah terkait perilaku petarung peresean.
D.    Keaslian Penelitian
          Penelitian mengenai  tipe kepribadian, agresifitas, dan kontrol diri telah banyak dilakukan oleh peneliti dalam dan luar negeri, antara lain sebagai berikut:
1.      Buhler dan Land (2004) menyatakan bahwa kecenderungan tipe kepribadian merupakan pengaruh yang kuat dalam menentukan burnout, terutama saat mereka berada dalam lingkungan sosial karena hal ini akan menghasilkan hasil yang negatif bagi aktifitas mereka.
2.      Grant & Langan-Fox (2007) meneliti kaitan antara lima faktor kepribadian dengan tekanan kerja pada pekerja pabrik.
3.      Daele (2005) menggunakan Eysenck Personality Questionaire (EPQ) untuk mengungkap pengaruh kepribadian extraversion terhadap kemampuan berbahasa.
4.      Aluja, Garcia & Garcia (2003) mencari hubungan antara kepribadian extraversian, keterbukaan terhadap pengalaman dan pencari sensasi.
5.      Valentine, Bettencourt, Talley & Benjamin (2006) menggunakan meta analisis untuk menggambarkan hubungan antara kepribadian dan perilaku agresif orang yang berada di bawah provokasi dan yang tidak di bawah provokasi.
6.        Elfida, D. (2005). Meneliti hubungan kontrol diri dengan perilaku delinkuen pada remaja.
7.      Tangney, Baumeister & Boone. (2004). Menggambarkan bahwa kemampuan kontrol diri yang tinggi berhubungan dengan kesuksesan dalam membangun hubungan interpersonal, penyesuaian diri yang baik dan mengurangi kecenderungan patologis.
8.      Harmon-Jones & Peterson (2008) meneliti efek sifat dan pendekatan motivasi terhadap kecenderungan agresif. Hasilnya, sifat dan status pendekatan motivasional dapat mempengaruhi kecenderung agresif individu
            Berdasarkan beberapa uraian hasil penelitian mengenai tipe kepribadian, agresifitas, dan kontrol diri di atas, maka dapat dijelaskan bahwa penelitian ini berbeda dalam hal fenomena sosial, subjek dan lokasi penelitian. Oleh karena itu, topik ini layak diteliti untuk mengetahui tipe kepribadian, agresifitas dan kontrol diri petarung permainan peresean, dikarenakan belum ada yang melakukan penelitian ini. Penelitian yang penulis lakukan ini adalah asli, sehingga keaslian penelitiannya dapat dipertanggungjawabkan.
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Peresean Sebagai Sebuah Tradisi
1.      Sejarah peresean
Peresean merupakan permainan adu keberanian dan ketangkasan pada masyarakat Sasak yang diwariskan secara turun temurun dari generasi kegenerasi. Proses transmisi atau pewarisan budaya peresean ini berada pada tiga fase hingga sekarang yakni a) fase pembentukan, b) fase mistifikasi dan c) fase pelestarian.
Secara teoritis, terjadinya pergeseran dalam parktik dan orientasi permainan peresean ini dapat dijelaskan dengan teori perubahan sosial dan budaya, sebab dalam konteks sosial budaya, perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan budaya. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagian, yang meliputi kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat dan lainnya. Akan tetapi perubahan tersebut tidak mempengaruhi  organisasi sosial masyarakatnya. Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas dibandingkan perubahan sosial. Namun demikian dalam praktiknya di lapangan kedua jenis perubahan tersebut sangat sulit untuk dipisahkan (Soekanto, 1990). Sedangakn Vygotsky (dalam Salkind, 2004) menyebut perubahan sosial dan budaya  ini sebagai interaksi sosial dan cultural dalam perkembangan manusia, karena interaksi sosial mempengaruhi perubahan pemikiran individu dan selanjutnya perilaku mereka. Vygotsky meyakini bahwa perilaku individu berakar pada konteks sosial dan budaya dimana individu tersebut berkembang.
2.      Peraturan dan alat dalam permainan peresean
Permaianan peresean ini menggunakan beberapa alat, antara lain sebagai berikut: Masing-masing pepadu (pemain/petarung) yang akan bertanding membawa sebuah ende (perisai/tameng) yang dipegang dengan tangan sebelah, dan disebelah lagi memegang alat pukul yang terbuat dari sebilah penjalin/penyalin (rotan). Disamping alat yang digunakan oleh masing-masing pepadu tersebut, ada juga alat musik sebagai instrument dalam mengiringi jalannya pertandingan dan berfungsi membangkitkan semangat para petarung, alat musiknya  sangat sederhana tapi cukup menggugah semangat para pepadu (pemain/petarung) dan penonton dalam pertandingan. Adapun alat musiknya berupa Gong, sepasang kendang, Rincik / simbal, Kajar dan Suling
Sedangkan peraturan dalam permainan peresean ini disebut awiq-awiq yang menjadi pegangan dalam memainkan permainan. Awiq-awiq (peraturan) tersebut berupa larangan memukul bagian pinggang ke bawah, dilarang mendendang dan meninju, tidak boleh nujah (menusuk) dan berdarah dibagian kepala dari salah satu pemain berarti permainan berakhir. Biasanya awiq-awiq ini dijelaskan oleh pekembar tengaq (wasit tengah) dihadapan pemain sesaat sebelum permainan dimulai. Permaianan peresean dipimpin oleh beberapa orang wasit (Pekembar), yang terdiri dari pekembar seri (wasit pinggir) yang berjumlah dua sampai empat orang dan pekembar tengaq (wasit tengah) yang berjumlah satu orang. Pekembar seri (wasit pinggir) ini bertugas menanding (memilih) pasangan yang akan bertarung, sedangkan pekembar tengaq (wasit tengah) bertugas memimpin jalannya  pertandingan, pada umumnya permainan peresean ini berlangsung selama lima tarungan (ronde).
B.     Peresean Sebagai Perilaku Individu
            Tradisi peresean sebagai sebuah produk budaya tentu tidak lepas dari peran serta individu-individu dimana tradisi peresean tersebut berada, baik dalam konteks penciptaan maupun pelestariannya. Dalam konteks ini, peran dan kontribusi individu dalam menciptakan dan mempertahankan tradisi peresean dapat sebagai pemain atau petarung maupun pihak yang mendukung pagelaran tradisi peresean.
1.      Kecenderungan Tipe Kepribadian
              Teori penggolongan tipe kepribadian yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Eysenck salah satu Psikolog pertama yang mempelajari kepribadian dengan metode faktor analisis, sebuah tehnik statistik yang diperkenalkan oleh Charles Spearman. Eysenck dan Wilson (1982) mengklasifikasikan ciri-ciri tingkah laku yang operasional pada tipe kepribadian extravert dan introvert menurut faktor-faktor kepribadian yang mendasarinya, yaitu : a) Activity, b) Sociability, c) Risk Taking, d) Impulsiveness, e) Expressiveness, f) Reflectiveness dan g) Responbility
2.      Agresifitas          
              Sedangkan dalam konteks agresifitas, penelitian ini menggunakan teori Murray (dalam Krahe’, 2005) mengenai perilaku agresif meliputi: a) Agresi emosional verbal, b) Agresi fisik sosial, c) Agresi fisik a sosial, dan d) Agresi destruktif
3.      Kontrol Diri
              Adapun untuk variabel kontrol diri, penelitian ini menggunakan perspektif teori berdasarkan konsep Averill (dalam Latipah, 2002), yang menyebutkan bahwa terdapat 3 jenis kemampuan mengontrol diri yang meliputi 5 aspek. Averill (dalam Latipah, 2002) menyebut kontrol diri dengan sebutan kontrol personal, yaitu kontrol perilaku (behavior control), Kontrol kognitif (cognitive control), dan mengontrol keputusan (decisional control).
4.      Hubungan Antara Kecenderungan Tipe Kepribadian, Agresifitas dan Kontrol Diri
            Pada dasarnya setiap orang mengadakan orientasi terhadap dunia sekitarnya, tergantung karakteristik atau tipe kepribadiannya sehingga orientasi orang yang satu dengan orang lainnya berbeda. Orientasi manusia ada yang memiliki arah keluar (ekstrovert) dan ke dalam (introvert). Jung (dalam Naisaban. 2003) menyatakan bahwa dimensi orang ekstovert dalam perilaku aktual digambarkan sebagai orang yang terbuka, periang, suka bergaul dengan orang lain, cenderung berinteraksi dengan masyarakat dan tidak sensitif menghadapi kehidupan sehari-hari, tidak menyukai keteraturan, agresif, kurang bertanggungjawab, optimis, impulsif dan bersifat praktis. Senada dengan Jung, Eysenck & Wilson (1992) menyatakan bahwa salah satu karakteristik orang ekstrovert diantaranya Risk taking, yaitu senang hidup di dalam bahaya dan mencari pekerjaan yang memberikan imbalan yang baik dengan hanya sedikit menghiraukan konsekuensi yang merugikan keselamatan dan keamanannya, mereka cenderung nampak lebih hebat, menjadi pihak yang benar, dihormati, disetujui oleh orang-orang yang terpilih.
METODE PENELITIAN
A. Variabel Penelitian
1.      Kecenderungan Tipe Kepribadian
2.      Agresifitas
3.      Kontrol Diri
B. Definisi Operasional
1.      Kecenderungan Tipe Kepribadian
            Kecendeungan tipe kepribadian dalam penelitian ini mengacu pada batasan teoritis dari Eysenck dan Wilson (1982) yang membedakan tipe kepribadian menjadi tipe kepribadian extrovert dan introvert.
2.      Agresifitas
            Agresifitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kesan agresif yang ditunjukkan oleh petarung peresean dalam permainan peresean. Untuk mengukur kecenderungan agresif pada petarung peresean ini digunakan skala agresifitas yang  disusun berdasarkan teori Murray (dalam Krahe’, 2005).
3.      Kontrol Diri
            Kontrol diri merupakan suatu kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi diri dan lingkungannya serta kemampuan untuk mengontrol dan mengelola faktor-faktor perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi. Dalam penelitian ini akan diukur kualitas kontrol diri petarung permainan peresean berdasarkan teori Averill (Latipah, 2002).
C. Subjek Penelitian
            Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah  petarung peresean yang sudah punya istri, punya anak dan telah mencapai derajat pepadu dan memiliki julukan (jejuluk). Sedangkan jumlah petarung peresean yang akan menjadi subyek dalam penelitian ini sebanyak 30 orang. Penentuan jumlah 30 orang ini disebabkan oleh terbatasnya petarung peresean dengan karakteristik di atas.
D. Metode dan Alat Pengumpulan Data
            Data dalam penelitian ini akan dikumpulkan melalui metode angket berbentuk skala. Menurut Azwar (1998) penggunaan angket didasari oleh beberapa anggapan, yaitu subyek adalah paling tahu tentang dirinya sendiri; apa yang dinyatakan subyek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya; interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya adalah sama dengan yang dimaksud. Adapun skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Skala Tipe Kepribadian
2.      Skala Agresifitas
3.      Skala kontrol diri
E. Prosedur Penelitian
            Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu: prapenelitian, pelaksanaan penelitian dan analisis data.
F. Rancangan Analisis Data
            Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji statistik deskriptif dan uji korelasi Kendall tau-b dan Spearman. Uji statistik deskriptif dimaksudkan untuk menggambarkan tipe kepribadian, tingkat agresifitas dan kontrol diri petarung peresean, sedangkan untuk memperkaya analisis pada pembahasan, penulis merasa perlu unuk mencari korelasi antara variabel tipe kepribadian, agresifitas dan kontrol diri.
HASIL PENELITIAN
A.    Hasil Penelitian
1.      Uji coba skala
            Data penelitian ini didapatkan dari hasil uji coba terpakai, artinya angket yang disebar kepada subyek dilakukan sekalgus untuk kemudian dianalisis tingkat validitas dan reliabilitas aitemnya dengan menggunakan  teknik Alpha Cronbach melalui jasa komputer program SPSS for MS Windows release 17.00.
            Sedangkan validitas butir aitem skala ditemukan bahwa pada skala tipe kepribadian, dari 55 aitem soal terdapat 38 aitem valid dan 17 aitem gugur, pada skala agresifitas dari 52 aitem soal terdapat 30 aitem valid dan 22 aitem gugur, sedangkan pada skala kontrol diri jumlah aitem soal sebanyak 50 terdapat 26 aitem valid dan 24 aitem yang gugur. Aitem-aitem skala yang gugur disebabkan oleh bias sosial (social desirability) dan ambivalensi yang terdapat pada butir aitem. Dengan demikian, butir skala yang dapat dianalisis pada tahap berikutnya adalah 38 aitem pada skala tipe kepribadian, 30 aitem pada skala agresifitas dan 26 aitem pada skala kontrol diri.
2.      Analisis deskriptif
            Hasil analisis menunjukkan mean sebesar 122.70 dan standar deviasi sebesar 12.523 untuk skala tipe kepribadian, mean sebesar 82.60 dan standar deviasi sebesar 21.598 untuk skala agresifitas, sedangkan untuk skala kontrol diri ditemukan mean sebesar 65.47 dan standar deviasi sebesar 13.459. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini:
Tabel 8
Hasil analisis statistik deskriptif

N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Kepri
30
78
142
122.70
12.523
Agresif
30
32
110
82.60
21.598
Kontrol
30
34
96
65.47
13.459
Valid N (listwise)
30





3.      Kategorisasi subyek
a.       Tipe kepribadian
            Variabel tipe kepribadian ini terdiri dari dua yaitu extraversion dan introversion. Skala extrovert-introvert ini terdiri dari 38 butir pernyataan untuk mengungkap kecenderungan ekstraversion yang dimiliki subyek. Jadi aitem-aitem yang ada mengungkap kecenderungan atau derajat ekstraversi subyek. Setiap subyek memiliki total skor yang diperoleh dari penjumlahan skor setiap jawaban aitem. Skor setiap aitem terendah yang dapat diperoleh subyek adalah = 0 dan skor tertinggi = 4, dengan demikian dapat diketahui skor total terendah yang dapat dimiliki oleh subyek adalah 0 dan skor total tertinggi adalah 152.
            Adapun distribusi subyek penelitian dilihat dari kecenderungan tipe kepribadian yang dimiliki dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini:
Tabel 9
Distribusi subyek berdasar kecenderungan tipe kepribadian
Tipe Kepribadian
Subyek
Prosentase (%)
Extrovert
20 subyek
66.67 %
Introvert
10 Subyek
33.33 %
Jumlah
30
100 

b.       Agresifitas
            Variabel agresifitas terdiri dari 30 butir pernyataan untuk mengungkap kecenderungan agresif pada subyek. Aitem-aitem yang ada dimaksudkan untuk mengungkap kecenderungan agresif pada petarung peresean. Setiap subyek memiliki total skor yang diperoleh dari penjumlahan skor setiap jawaban aitem. Skor setiap aitem terendah yang dapat diperoleh subyek adalah = 0 dan skor tertinggi = 4, dengan demikian dapat diketahui skor total terendah yang dapat dimiliki oleh subyek adalah 0 dan skor total tertinggi adalah 120.
            Adapun kategori yang digunakan dalam menentukan tingkat agresifitas subyek adalah tinggi, sedang dan rendah dengan rumus kategorisasi sebagai berikut:
Mean + 1 sd (p+1.0s) ≥ tinggi dan Mean – 1 sd (p-1.0s) < rendah
Mean – 1 sd £  X  < mean + 1 sd{ (p-1.0s) ≥ X < (p+1.0s) }= sedang (Azwar, 1998)
            Berdasarkan rumus di atas ditemukan bahwa kecenderungan tingkat agresifitas tinggi digambarkan dengan angka sebesar ≥ 104.198, agresifitas sedang antara 62. 00 sampai 103.00 sedangkan agresifitas rendah £ 61.002 dari mean sebesar 82.60 dan standar deviasi sebesar 21.598.
            Adapun distribusi subyek penelitian dilihat dari kecenderungan agresif yang dimiliki dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini:
Tabel 10
Distribusi subyek berdasar kecenderungan agresif
Agresifitas
Subyek
Prosentase (%)
Tinggi
6  subyek
20.00 %
Sedang
18 subyek
60.00 %
Rendah
6 Subyek
20.00 %
Jumlah
30
100 %

c.       Kontrol diri
            Variabel kontrol diri dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kontrol diri yang dimiliki oleh subyek penelitian, yakni petarung peresean. Adapun skor setiap aitem terendah yang dapat diperoleh subyek adalah = 0 dan skor tertinggi = 4, dengan demikian dapat diketahui skor total terendah yang dapat dimiliki oleh subyek adalah 0 dan skor total tertinggi adalah 104. Dan kategori yang digunakan dalam menentukan tingkat kontrol diri subyek adalah tinggi, sedang dan rendah dengan rumus kategorisasi sebagai berikut:
Mean + 1 sd (p+1.0s) ≥ tinggi dan Mean – 1 sd (p-1.0s) < rendah
Mean – 1 sd £  X  < mean + 1 sd{ (p-1.0s) ≥ X < (p+1.0s) }= sedang (Azwar, 1998)
            Berdasarkan rumus di atas ditemukan bahwa kecenderungan tingkat kontrol diri tinggi digambarkan dengan angka sebesar ≥ 78.929, kontrol diri sedang antara 52. 011 sampai 77.00 sedangkan kontrol diri rendah ≤ 52.011 dari mean sebesar 65.47 dan standar deviasi sebesar 13.459.
             Adapun distribusi subyek penelitian dilihat dari kecenderungan kontrol diri yang dimiliki dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini:
Tabel 11
Distribusi subyek berdasar kecenderungan kontrol diri
Agresifitas
Subyek
Prosentase (%)
Tinggi
4 subyek
13.33 %
Sedang
24 subyek
80.00 %
Rendah
2 Subyek
6.67 %
Jumlah
30
100 

4.      Uji hipotesis
            Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Ada hubungan antara tipe kepribadian dan agresifitas pada petarung peresean
2.       Ada hubungan antara tipe kepribaadian dan kontrol diri pada petarung peresean
3.      Ada hubungan antara agresifitas dan kontrol diri pada petarung peresean
            Teknik uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji korelasi. Korelasi adalah salah satu teknik untuk mencari hubungan antara dua variabel atau lebih yang sifatnya kuantitatif dan kualitatif. (Sudjana, 1989)  Uji statistik nonparametrik yang digunakan untuk melihat hubungan antara dua variabel atau lebih adalah korelasi Spearman, korelasi Kendall tu_b dan koefisien kontingensi. Uji statistik nonparametrik yang digunakan untuk melihat hubungan antar variabel dalam penelitian ini adalah korelasi Spearman & Kendall tau_b. (Priyatno, 2009)
            Berdasarkan rumusan tersebut maka diketahui bahwa korelasi Kendall tau-b menunjukkan tidak ada korelasi antara variabel tipe kepribadian dan variabel agresifitas, begitupula antara variabel tipe kepribadian dan variabel kontrol diri. Hal ini ditunjukkan dengan koefesien sebesar -148  untuk variabel tipe kepribadian dan variabel agresifitas, dan koefesien sebesar -033 untuk variabel tipe kepribadian dan kontrol diri.  Sementara itu, pada analisis Spearman rho didapat koefesien sebesar -180 untuk variabel tipe kepribadian dan variabel agresifitas, dan koefesien sebesar -040 untuk variabel tipe kepribadian dan kontrol diri.
            Sedangkan variabel agresifitas dan kontrol diri terdapat korelasi yang rendah, hal ini tampak pada analisis korelasi Kendall tau_b terdapat koefesien sebesar 0.377.  Adapun pada analisis korelasi Spearman didapat koefesian sebesar 0.472.
B.     Pembahasan
1.      Kecenderungan tipe kepribadian
            Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecenderungan tipe kepribadian yang dimiliki oleh petarung peresean adalah ekstraversion. Hal ini dibuktikan dengan hasil  analisis deskriptif terhadap skor skala kecenderungan tipe kepribadian yang menunjukkan sebanyak 66.67 % atau 20 dari 30 subyek (petarung peresean) memiliki kecenderungan tipe kepribadian ekstraversion dengan skor rata-rata diatas 135.223, dari rerata empirik sebesar 122.70 yang dihasilkan dari skor komulatif dibagi jumlah subyek. Sedangkan hanya 33.33 % atau 10 subyek (petarung peresean) yang memiliki kecenderungan tipe kepribadian introvert.
            Banyak penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti psikologi terkait kecenderunagn tipe kepribadian manusia, walaupun Eyesenck (2004) mengakui bahwa tidak ada orang yang benar-benar memiliki tipe kepribadian ekstraversion dan introvert secara tegas, yang bisa dilihat hanya kecenderungan. Di antara beberapa penelitian yang telah dipublikasikan terkait kecenderunga tipe kepribadian ini dilakukan oleh McCrae & Costa (1997). Dengan metode meta analisis McCrae & Costa mengumpulkan konsep kepribadian dari Amerika, Jerman, Portugis, Ibrani, Cina, Korea dan Jepang, ditemukan bahwa diberbagai peradaban ternyata konsep kepribadian merupakan konsep yang umum. Sedangkan Heaven, Leeson & Ciarrochi (2009) menemukan bahwa hasil evaluasi pembelajaran guru terhadap murid dipengaruhi oleh aspek kepribadian murid.   Adapun Petrides, Jackson, Furnham & Levine (2003) menguji kemampuan ukur Eysenck Personality Profilier (EPP) terhadap perbedaan gender terkait distribusi tipe kepribadian antara laki-laki dan perempuan. Hasilnya, terdapat perbedaan yang signifikan pada tipe kepribadian psychoticism antara laki-laki dan perempuan, kecenderungan psychoticism lebih tinggi pada laki-laki dari pada perempuan, sedangkan pada tipe kepribadian ekstraversion tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
            Hasil penelitian ini dan penelitian terkait sebelumnya menegaskan bahwa tipe kepribadian merupakan salah satu aspek psikologis yang melendasi kecenderungan perlaku pada individu.
2.      Kecenderungan agresifitas
            Hasil analisis deskriptif terhadap kecenderungan agresif pada petarung peresean yang menjadi subyek dalam penelitian ini menunjukkan jumlah petarung yang memiliki kecenderungan agresif sedang lebih banyak, yakni sebanyak 60.00 % dari 30 subyek dari pada yang memiliki kecenderungan agresif tinggi dan rendah, yakni sebesar masing-masing 20.00 % dari 30 subyek dengan rerata empirik 82.60. Hasil analisis deskriptif ini menginformasikan bahwa petarung peresean cenderung agresif.
            Huesman (2003) melakukan penelitian longitudinal untuk mengetaui kecenderungan agresif dan tindakan kekerasan pada orang dewasa tengah yang disebabkan oleh pengaruh tayangan kekerasan pada TV sejak usia anak. Hasil penelitian ini menunjukkan orang dewasa tengah yang sering melihat tayangan kekerasan di TV pada usia anak-anak cenderung agresif dan melakukan tindakan kekerasan. Adapun Aluja & Gracia (2007) menemukan bahwa kecenderungan agresif pada individu berhubungan dengan total testosterone (TT) dan sex hormone binding globulin (SHBG). Sedangkan Young (2009) menemukan bahwa permainan atau game yang bernuansa kekerasan dapat menstimulasi kecenderungan agresif pada individu.
3.      Kecenderungan kontrol diri
            Hasil analisis deskriptif terhadap kecenderungan kontrol diri pada petarung peresean yang menjadi subyek dalam penelitian ini menunjukkan jumlah petarung yang memiliki kecenderungan kontrol diri sedang lebih banyak, yakni sebanyak 80.00 % dari 30 subyek dari pada yang memiliki kecenderungan kontrol diri tinggi dan rendah, yakni sebesar masing-masing 13.33 % dari 30 subyek untuk subyek yang memiliki kontrol diri tinggi dan 6.67 % dari 30 subyek yang memiliki kecenderungan kontrol diri rendah, dengan rerata empirik 65.47. Hasil analisis deskriptif ini menunjukkan bahwa petarung peresean cenderung memiliki kontrol diri baik.
            Kualitas kontrol diri yang baik pada petarung peresean, seperti terlihat dalam hasil analisis deskriptif tersebut tidak lepas dari adanya aturan yang harus ditaati oleh para petarung dalam permainan peresean. Aturan-aturan seperti tidak boleh memukul pinggang kebawah, tidak boleh menusuk, tidak boleh memukul lawan yang terjatuh dan lain-lain menjadi semacam ukuran dalam menilai seorang petarung peresean yang baik. Setiap petarung peresean tentu memiliki kepentingan untuk diakui secara kultural sebagai petarung yang baik. Dalam konteks ini, Calhoun dan Acocella (1990), mengemukakan bahwa ada dua alasan yang mengharuskan individu untuk mengontrol diri secara kontinyu. Pertama, individu hidup bersama kelompok sehingga dalam memuaskan keinginannya individu harus mengontrol perilakunya agar tidak menggangu kenyamanan orang lain. Kedua, masyarakat mendorong individu untuk secara konstan menyusun standar yang lebih baik bagi dirinya, sehingga dalam rangka memenuhi tuntutan tersebut dibutuhkan pengontrolan diri agar dalam proses pencapaian standar tersebut individu tidak melakukan hal-hal yang menyimpang dan tidak diterima oleh lingkungan sosialnya.
4.      Hubungan antara kecenderungan tipe kepribadian, agresifitas dan kontrol diri
            Hasil analisis korelasi Kendall tau-b menunjukkan tidak ada korelasi antara variabel tipe kepribadian dan variabel agresifitas, begitupula antara variabel tipe kepribadian dan variabel kontrol diri. Hal ini ditunjukkan dengan koefesien sebesar -148  untuk variabel tipe kepribadian dan variabel agresifitas, dan koefesien sebesar -033 untuk variabel tipe kepribadian dan kontrol diri.  Sementara itu, pada analisis Spearman’s rho didapat koefesien sebesar -180 untuk variabel tipe kepribadian dan variabel agresifitas, dan koefesien sebesar -040 untuk variabel tipe kepribadian dan kontrol diri.
            Sedangkan variabel agresifitas dan kontrol diri terdapat korelasi yang rendah, hal ini tampak pada analisis korelasi Kendall tau_b terdapat koefesien sebesar 0.377.  Adapun pada analisis korelasi Spearman didapat koefesian sebesar 0.472. Hasil analisis korelasional Spearman dan Kendall tau_b dalam penelitian ini tidak sesuai dengan asumsi teoritik yang diungkapkan oleh Harder & Lewis, (dalam Sarwono, 2002) karena tidak terdapat hubungan antara kecenderungan tipe kepribadian dan kecenderungan kontrol diri pada subyek penelitian ini.
KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
            Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.      Kecenderungan tipe kepribadian yang dimiliki oleh petarung peresean adalah tipe ekstraversion.
2.      Kecenderungan agresifitas yang dimiliki oleh petarung peresean adalah sedang, karena hasil penelitian menunjukkan mayoritas subyek berada pada kategori sedang yakni sebesar 60.00 % atau 18 dari 30 subyek. Sedangakan yang memiliki agresifitas tinggi dan rendah berjumlah sama, yakni masing-masing sebesar 20.00 atau masing-masing 6 dari 30 subyek.
3.      Kecenderungan kontrol diri yang dimiliki oleh petarung peresean adalah sedang, karena hasil penelitian menunjukkan mayoritas subyek berada pada kategori sedang yakni sebesar 80.00 % atau 24 dari 30 subyek. Adapun yang memiliki kontrol diri tinggi lebih besar yakni sebesar 13.33 % atau 4 dari 30 subyek dari pada subyek yang memiliki kontrol diri rendah yakni sebanyak 6.67 % atau 2 dari 30 subyek.
4.      Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa:
a.       Tidak ada hubungan antara tipe kepribadian dengan agresifitas pada petarung peresean.
b.      Tidak ada hubungan antara tipe kepribadian dengan kontrol diri pada petarung peresean.
c.       Terdapat hubungan antara agresifitas dengan kontrol diri pada petarung peresean.
          Dengan kata lain, hipotesis penelitian 1 dan 2 ditolak atau tidak terbukti, sedangkan hipotesis penelitian 3 diterima atau terbukti
B.     Saran
1.      Kepada subyek penelitian
            Hasil pengukuran dan telaah teoritik dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kecenderungan tipe kepribadian yang dimiliki oleh subyek adalah tipe ekstraversion. Individu yang memiliki kecenderungan kepribadian ekstraversion cenderung tidak hati-hati, tidak terlalu memperdulikan resiko, kurang bertanggung jawab, tapi juga terbuka, mudah bergaul dan optimis. Sedangkan dalam konteks agresifitas dan kontrol diri, subyek berada pada kategori sedang, artinya, tidak tinggi juga tidak rendah. Oleh karena itu, tradisi peresean ini patut dipertahankan namun harus mengikuti peraturan yang berlaku dalam bertarung.
2.      Kepada penelitian selanjutnya
            Sepanjang pengetahuan peneliti, belum ada penelitian yang berupaya mengungkap aspek-aspek psikologis pada tradisi peresean yang berkembang di masyarakat Sasak. Penelitian ini dimaksudkan sebagai uapaya awal dalam mengungkap aspek-aspek psikologis pada petarung peresean. Oleh sebab itu, tentu banyak kelemahan yang ditemukan dalam penelitian ini, terutama pada aspek metodologis, jumlah subyek dan aspek psikologis lain yang terdapat dalam tradisi peresean ini. Peneliti selanjutnya diharapakan mampu mengungkap lebih jauh terkait aspek-aspek psikologis yang terapat dalam tradisi peresean ini secara lebih mendalam dengan metode dan jumlah subyek yang lebih banyak.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar