tag:blogger.com,1999:blog-47529656685183194622024-02-08T05:28:03.711-08:00MASJID TUA SONGAK LOTIM NTBAWALNYA MASJID INI BERNAMA MASJID SANGAPATI NAMUN KINI BERUBAH MENJADI MASJID AL-FALAH SONGAK.SELAIN SEBAGAI TEMPAT IBADAH SHOLAT LIMA WAKTU, MASJID INI JUGA DIGUNAKAN SEBAGAI TEMPAT MELAKSANAKAN RITUAL NGAYU-AYU BAGI MASYARAKAT YANG BERMINAT SETIAP SENIN DAN KAMIS, PERAYAAN BUBUR PUTIK PADA BULAN MUHARAM, RITUAL BUBUR BEAK PADA BULAN SAPAR, MULUD ADAT 12 RABI'UL AWAL YANG DI SERTAI DENGAN RITUAL BEJARI' MINYAK SONGAK DAN HARI-HARI BESAR ISLAM LAINNYA.masjidsongakhttp://www.blogger.com/profile/12717190540968208177noreply@blogger.comBlogger11125tag:blogger.com,1999:blog-4752965668518319462.post-9846257869771529722012-03-13T03:42:00.001-07:002012-03-13T03:45:46.655-07:00MASJID KUNO SONGAK<a href="http://blog.travelpod.com/travel-blog/masjid/1/tpod.html">http://blog.travelpod.com/travel-blog/masjid/1/tpod.html</a>masjidsongakhttp://www.blogger.com/profile/12717190540968208177noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4752965668518319462.post-15911929222636323892012-03-10T21:56:00.000-08:002012-03-10T22:24:17.505-08:00HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN, AGRESIFITAS DAN KONTROL DIRI PADA PETARUNG PERESEAN<m:smallfrac m:val="off">
<m:dispdef>
<m:lmargin m:val="0">
<m:rmargin m:val="0">
<m:defjc m:val="centerGroup">
<m:wrapindent m:val="1440">
<m:intlim m:val="subSup">
<m:narylim m:val="undOvr">
</m:narylim></m:intlim>
</m:wrapindent>
</m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>Oleh: Mastur Sonsaka</b><br />
<b> </b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>PENGANTAR</b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">
Masyarakat Sasak di pulau Lombok Nusa
Tenggara Barat (NTB) memiliki warisan
budaya yang disebut <i>Peresean</i>. Seni
peresean ini merupakan warisan budaya Sasak yang menunjukkan ketangkasan dan
kedigdadayaan seorang <i>pepadu</i>
(petarung). Drs. H. Lalu Ratmadji, ketua Majelis Krama Adat Sasak, mengatakan
bahwa:</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify;">
“aktualisasi kejantanan lelaki Sasak
disalurkan melalui permainan rakyat yang
mengandalkan ketangkasan dan kekuatan fisik. Permainan-permainan
tersebut memiliki tingkatan sesuai dengan kualitas ketangkasan yang dibutuhkan.
Tingkat pertama disebut <i>berampes</i>
(gulat) yaitu sejenis permainan gulat, tingkat kedua <i>belanjakan</i>, yang mengandalkan permainan kaki, berikutnya <i>mesepok </i>(menyatu)<i>,</i> permainan tangan kosong dengan sasaran kepala. Tingkatan keempat
disebut <i>peresean</i>, sejenis permainan
perang tanding menggunakan senjata rotan dan perisai. Untuk tingkat ini, di
samping kekuatan dan daya tahan tubuh serta stamina, juga sering dijadikan
ajang adu ilmu kekebalan. Pada tingkat tertentu, permainan ini menjadi lebih
serius dan lebih berat dengan mempergunakan senjata tajam yang dinamakan <i>begelepukan</i> (berkelahi) dan mempergunakan
tombak, yang disebut dengan <i>pelengkungan</i>.
Pola penyaluran aktualisasi kejantanan ini dimaksudkan untuk menghindari
penyaluran-penyaluran yang bersifat negatif, seperti mencuri (maling), membuat
keributan, dan mencari gara-gara.”<br />
<a name='more'></a></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">
Permainan <i>peresean</i>
ini menggunakan beberapa alat, antara lain sebagai berikut: Masing-masing <i>pepadu</i> (petarung) yang akan bertanding
membawa sebuah <i>ende </i>(perisai/tameng)
yang dipegang dengan tangan sebelah, dan disebelah lagi memegang alat pukul
yang terbuat dari sebilah <i>penjalin/penyalin
</i>(rotan). Permainan peresean ini dipimpin oleh beberapa orang wasit
(Pekembar), yang terdiri dari <i>pekembar
seri </i>(wasit pinggir) yang berjumlah dua sampai empat orang dan <i>pekembar tengaq </i>(wasit tengah) yang
berjumlah satu orang. <i>Pekembar</i> <i>seri</i> (wasit pinggir) ini bertugas
menanding (memilih) pasangan yang akan bertarung, sedangkan <i>pekembar</i> <i>tengaq</i> (wasit tengah) bertugas memimpin jalannya pertandingan, pada umumnya permainan peresean
ini berlangsung selama lima <i>tarungan </i>(ronde).</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">
Observasi awal
peneliti terhadap perilaku keseharian petarung menunjukkan bahwa petarung
peresean ini pada umumnya memiliki perilak<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=4752965668518319462" name="_GoBack"></a>u suka bergaul,
menyukai tantangan, gesit, suka berkelahi, demonstratif dalam mengekspresikan
emosi, ceroboh dan mudah marah. Ciri-ciri perilaku yang ditunjukkan oleh
petarung peresean tersebut tentu sangat berpengaruh terhadap pola pergaulan
sehari-hari dengan individu lain dan ciri-ciri perilaku tersebut pula yang
mempengaruhi petarung peresean dalam beradaptasi dengan lingkungannya. Niven
(2002), menyatakan bahwa kesukaan pada orang lain , sikap positif, daya tarik
seseorang individu dalam melakukan tindakan dan perilaku keseharian seseorang
di pengaruhi oleh 2 hal yaitu personal dan situasional. Faktor-faktor personal
yang mempengaruhi hal tersebut diantaranya adalah karakteristik kepribadian
mereka. Karakteristik kepribadian yang berbeda-beda menjadikan seseorang
mempunyai perbedaan emosi dalam suatu peristiwa. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">
Kepribadian
merupakan sesuatu yang memberi tata tertib dan keharmonisan terhadap segala
macam tingkah laku berbeda-beda yang dilakukan individu termasuk didalamnya
usaha-usaha menyesuaikan diri yang beraneka ragam namun khas yang dilakukan
oleh tiap individu. (Hall & Lindzey, 1993). Sedangkan Lersen & Bus
(2002), menyebutkan bahwa kepribadian merupakan sekumpulan trait psikologis dan
mekanisme dalam diri individu yang diorganisasikan, relatif bertahan dan
mempengaruhi interaksi juga adaptasi individu dengan lingkungnnya, baik
lingkungan fisik maupun sosial.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">
Goldberg, dkk
(2006) mengkonstruk item tes untuk mengukur kepribadian manusia, pengukuran
kepribadian ini penting dalam rangka memprediksi tingkah laku manusia terkait
cara-cara unik yang dimiliki oleh individu dalam beradaptasi dengan
lingkungannya. <span class="fullpost">Sedangkan Barrack & Mount (1991) menemukan
bahwa dimensi-dimensi kepribadian pada individu berpengaruh terhadap bagaimana individu beradaptasi dan bersikap
terhadap perlakuan individu lain.</span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">
Dalam praktiknya di arena pertarungan, petarung
peresean ini menunjukkan kesan agresif. Corak agresif yang ditunjukkan oleh
petarung permainan peresean ini terkait tujuan maupun bentuknya yang
menampilkan perilaku saling melukai dan menyakiti dengan menggunakan tameng dan
rotan (<i>penjalin; </i>sasak) sebagai alat
pukulnya. Secara teoritik, a<span class="fullpost">gresi merupakan perilaku yang
dimaksudkan untuk menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun psikis
(Anderson & Huesman, 2007). Aspek terpenting dari agresif adalah maksud
mencelakai dan secara sosial tidak dapat diterima (Gamayanti, dkk 2006).
Berkaitan dengan agresi Anderson & Bushman (2000) menemukan bahwa dalam
permainan yang bernuansa kekerasan terdapat potensi agresifitas didalamnya.
Sedangkan Young (2009), menunjukkan bukti terkait permainan online yang sedang
digandrungi oleh remaja, menurut penemuan Young, <i>game online</i> bagi para remaja saat ini sudah menjadi candu, lebih
jauh Young menemukan bahwa <i>game online</i>
yang bercorak agresif berkontribusi terhadap kecenderungan agresif pada remaja.
Selain temuan Young tersebut, </span>Ando,
Asakura, Ando & Morton. (2007)<span class="fullpost"> menemukan bahwa
perilaku agresif pada manusia dibentuk oleh pengalaman sosial. Pengalaman anak
terhadap perlakuan agresif oleh orang dewasa terhadapnya membentuk kecenderungan agresif pada saat dewasa.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span class="fullpost"> Selain kesan agresif yang
ditunjukkan oleh petarung permainan peresean pada saat di arena, terdapat juga
sikap lain yakni ketaatan pada aturan yang di bacakan oleh wasit tengah
(pekembar tengak) sesaat sebelum bertarung dan sepanjang sejarah permainan ini
tidak pernah ditemukan terdapat dendam diantara petarung diluar lapangan. Hal
ini menunjukkan bahwa kontrol diri merupakan satu aspek psikologis yang ada pada petarung
peresean. </span>Kontrol
diri merupakan suatu kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi diri dan
lingkungannya serta kemampuan untuk mengontrol dan mengelola faktor-faktor
perilaku agar sesuai dengan situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam
melakukan sosialisasi. Averill (1973) menyatakan bahwa kontrol diri merupakan
kemampuan seseorang untuk mengendalikan perilaku, kecenderungan untuk menarik
perhatian, keinginan untuk mengubah perilaku agar sesuai untuk orang lain,
menyenangkan orang lain, selalu konform dengan orang lain, dan menutup
perasaannya. Dalam konteks ini, Augustin (1998) menemukan bahwa kontrol diri
dan kontrol sosial yang tinggi pada individu berpengaruh positif terhadap
berkurangnya angka kriminalitas disuatu daerah. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Fenomena
perilaku keseharian dan perilaku di arena yang ditunjukkan oleh petarung
peresean inilah yang menjadikan judul penelitian <i>“Kecenderungan Tipe Kepribadian, Agresifitas dan Kontrol Diri Pada
Petarung Peresean: Studi Deskriptif-Kuantitatif Terhadap Petarung Permainan
Tradisional Sasak”</i> ini penting untuk dieksplorasi.</div>
<div align="center" class="MsoListParagraph" style="margin-left: 21.3pt; text-align: center; text-indent: -18pt;">
<b>A.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></b><b>Rumusan
Masalah</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Fenomena yang
penulis ungkapkan di atas selanjut terkonseptualisasi dalam
rumusan masalah berikut:</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="text-align: justify; text-indent: -18pt;">
1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span>Bagaimana
kecenderungan tipe kepribadian petarung peresean (Pepadu)?</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: -18pt;">
2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span>Bagaiman
tingkat agresifitas petarung peresean (Pepadu) ?</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: -18pt;">
3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span>Bagaimana
tingkat kontrol diri pada petarung peresean (Pepadu)?</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: -18pt;">
4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span>Bagiamana
hubungan antara tipe kepribadian, agresifitas dan kontrol diri petarung
peresean?</div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 21.3pt; text-align: center; text-indent: -18pt;">
<b>B.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></b><b>Tujuan
Penelitian</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="text-align: justify; text-indent: -18pt;">
1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span>Untuk
mengetahui kecenderungan tipe kepribadian yang dimiliki oleh petarung permainan
peresean (Pepadu)</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: -18pt;">
2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span>Untuk
mengetahui kecenderungan agresifitas pada petarung permainan peresean (Pepadu)</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: -18pt;">
3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span>Untuk
mengetahui kualitas kontrol diri pada petarung permainan peresean (Pepadu)</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: -18pt;">
4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span>Untuk
mengetahui hubungan tipe kepribadian, agresifitas dan knotrol diri pada
petarung peresean.</div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 21.3pt; text-align: center; text-indent: -18pt;">
<b>C.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></b><b>Manfaat
Penelitian</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN">Adapun manfaat penelitian ini adalah :</span></div>
<ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="a">
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN">Manfaat
teoritis</span></li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18pt;">
<span lang="IN">Diharapkan, dari penelitian ini dapat bermanfaat
dalam menambah hasanah pengetahuan tentang </span>tradisi permainan peresean
pada Suku Sasak dan aspek-aspek psikologis yang menyertainya<span lang="IN">, dan </span>selanjutnya penelitian ini diharap
dapat <span lang="IN">memberikan sumbangan yang
berarti bagi perkembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi </span>perkembangan
dan psikologi lintas budaya<span lang="IN">.</span></div>
<ol start="2" style="margin-top: 0cm;" type="a">
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN">Manfaat
praktis</span></li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18pt;">
<span lang="IN">Hasil penelitian ini diharapkan dapat </span>menjadi
pintu masuk (<i>entry point</i>) bagi
penelitian selanjutnya, mengingat jarangnya penelitian ilmiah terkait perilaku
petarung peresean<span lang="IN">.</span></div>
<div align="center" class="MsoListParagraph" style="margin-left: 21.3pt; text-align: center; text-indent: -18pt;">
D.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span><b>Keaslian
Penelitian</b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-right: 0.2pt; text-align: justify;">
<span style="letter-spacing: 0.5pt;"> P</span><span style="letter-spacing: -0.05pt;">enelit</span><span style="letter-spacing: -0.8pt;">i</span><span style="letter-spacing: 0.3pt;">a</span>n<span style="letter-spacing: 2.2pt;"> </span><span style="letter-spacing: -0.05pt;">mengena</span>i <span style="letter-spacing: 0.3pt;"> tipe
kepribadian, </span><span style="letter-spacing: -0.05pt;">agresifitas</span>, <span style="letter-spacing: -0.05pt;">da</span>n<span style="letter-spacing: 2pt;"> </span><span style="letter-spacing: -0.05pt;">kontrol diri </span><span style="letter-spacing: -0.1pt;">tela</span>h<span style="letter-spacing: 1.45pt;"> </span><span style="letter-spacing: -0.1pt;">banya</span>k<span style="letter-spacing: 1.65pt;"> </span><span style="letter-spacing: -0.1pt;">dilakuka</span>n<span style="letter-spacing: 1.85pt;"> </span><span style="letter-spacing: -0.1pt;">ole</span>h<span style="letter-spacing: 1.4pt;"> </span><span style="letter-spacing: -0.1pt;">penelit</span>i<span style="letter-spacing: 1.65pt;"> </span><span style="letter-spacing: -0.1pt;">dala</span>m<span style="letter-spacing: 1.55pt;"> </span><span style="letter-spacing: -0.1pt;">da</span>n<span style="letter-spacing: 1.3pt;"> </span><span style="letter-spacing: -0.1pt;">lua</span>r<span style="letter-spacing: 1.35pt;"> </span><span style="letter-spacing: -0.1pt;">ne</span><span style="letter-spacing: -1.6pt;">g</span><span style="letter-spacing: 0.05pt;">er</span><span style="letter-spacing: -0.7pt;">i, antara lain sebagai berikut</span>:</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-right: 0.2pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span>Buhler dan Land (2004) menyatakan bahwa
kecenderungan tipe kepribadian merupakan pengaruh yang kuat dalam menentukan <i>burnout</i>,
terutama saat mereka berada dalam lingkungan sosial karena hal ini akan
menghasilkan hasil yang negatif bagi aktifitas mereka.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-right: 0.2pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span>Grant
& Langan-Fox (2007) meneliti kaitan antara lima faktor kepribadian dengan
tekanan kerja pada pekerja pabrik. </div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-right: 0.2pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span>Daele
(2005) menggunakan Eysenck Personality Questionaire (EPQ) untuk mengungkap
pengaruh kepribadian extraversion terhadap kemampuan berbahasa.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-right: 0.2pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span>Aluja,
Garcia & Garcia (2003) mencari hubungan antara kepribadian extraversian,
keterbukaan terhadap pengalaman dan pencari sensasi.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-right: 0.2pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
5.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span>Valentine,
Bettencourt, Talley & Benjamin (2006) menggunakan meta analisis untuk
menggambarkan hubungan antara kepribadian dan perilaku agresif orang yang
berada di bawah provokasi dan yang tidak di bawah provokasi.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-right: 0.2pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
6.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span> Elfida, D. (2005). Meneliti hubungan kontrol
diri dengan perilaku delinkuen pada remaja.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-right: 0.2pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
7.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span>Tangney,
Baumeister & Boone. (2004). Menggambarkan bahwa kemampuan kontrol diri yang
tinggi berhubungan dengan kesuksesan dalam membangun hubungan interpersonal,
penyesuaian diri yang baik dan mengurangi kecenderungan patologis.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-right: 0.2pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
8.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span>Harmon-Jones
& Peterson (2008) meneliti efek sifat dan pendekatan motivasi terhadap kecenderungan
agresif<span style="letter-spacing: -0.15pt;">. Hasilnya,
sifat dan status pendekatan motivasional dapat mempengaruhi kecenderung agresif
individu</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Berdasarkan beberapa uraian hasil
penelitian mengenai tipe kepribadian, agresifitas, dan kontrol diri di atas,
maka dapat dijelaskan bahwa<i> </i>penelitian ini berbeda dalam hal fenomena
sosial, subjek dan lokasi penelitian. Oleh karena itu, topik ini layak diteliti
untuk mengetahui tipe kepribadian, agresifitas dan kontrol diri petarung
permainan peresean, dikarenakan belum ada yang melakukan penelitian ini.
Penelitian yang penulis lakukan ini adalah asli, sehingga keaslian
penelitiannya dapat dipertanggungjawabkan.</div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>TINJAUAN PUSTAKA</b></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 21.3pt; text-align: center; text-indent: -18pt;">
<b>A.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></b><b>Peresean
Sebagai Sebuah Tradisi</b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<b>1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></b><b>Sejarah
peresean</b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Peresean merupakan permainan adu
keberanian dan ketangkasan pada masyarakat Sasak yang diwariskan secara turun
temurun dari generasi kegenerasi. Proses transmisi atau pewarisan budaya
peresean ini berada pada tiga fase hingga sekarang yakni a) fase pembentukan,
b) fase mistifikasi dan c) fase pelestarian. </div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Secara teoritis, terjadinya pergeseran
dalam parktik dan orientasi permainan peresean ini dapat dijelaskan dengan
teori perubahan sosial dan budaya, sebab dalam konteks sosial budaya, perubahan
sosial merupakan bagian dari perubahan budaya. Perubahan dalam kebudayaan
mencakup semua bagian, yang meliputi kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi,
filsafat dan lainnya. Akan tetapi perubahan tersebut tidak mempengaruhi
organisasi sosial masyarakatnya. Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas
dibandingkan perubahan sosial. Namun demikian dalam praktiknya di lapangan
kedua jenis perubahan tersebut sangat sulit untuk dipisahkan (Soekanto, 1990).
Sedangakn Vygotsky (dalam Salkind, 2004) menyebut perubahan sosial dan
budaya ini sebagai interaksi sosial dan
cultural dalam perkembangan manusia, karena interaksi sosial mempengaruhi
perubahan pemikiran individu dan selanjutnya perilaku mereka. Vygotsky meyakini
bahwa perilaku individu berakar pada konteks sosial dan budaya dimana individu
tersebut berkembang. </div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<b>2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></b><b>Peraturan dan alat dalam permainan peresean</b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Permaianan peresean ini menggunakan
beberapa alat, antara lain sebagai berikut: Masing-masing <i>pepadu</i> (pemain/petarung) yang akan bertanding membawa sebuah <i>ende </i>(perisai/tameng) yang dipegang
dengan tangan sebelah, dan disebelah lagi memegang alat pukul yang terbuat dari
sebilah <i>penjalin/penyalin </i>(rotan).
Disamping alat yang digunakan oleh masing-masing <i>pepadu </i>tersebut, ada juga alat musik sebagai instrument dalam
mengiringi jalannya pertandingan dan berfungsi membangkitkan semangat para
petarung, alat musiknya sangat sederhana
tapi cukup menggugah semangat para <i>pepadu
</i>(pemain/petarung) dan penonton dalam pertandingan. Adapun alat musiknya
berupa Gong, sepasang kendang, <i>Rincik</i>
/ simbal, Kajar dan Suling</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Sedangkan peraturan dalam permainan
peresean ini disebut <i>awiq-awiq </i>yang
menjadi pegangan dalam memainkan permainan. <i>Awiq-awiq
</i>(peraturan) tersebut berupa larangan memukul bagian pinggang ke bawah,
dilarang mendendang dan meninju, tidak boleh <i>nujah </i>(menusuk) dan berdarah dibagian kepala dari salah satu pemain
berarti permainan berakhir. Biasanya <i>awiq-awiq
</i>ini dijelaskan oleh <i>pekembar tengaq </i>(wasit
tengah) dihadapan pemain sesaat sebelum permainan dimulai. Permaianan peresean
dipimpin oleh beberapa orang wasit (Pekembar), yang terdiri dari <i>pekembar seri </i>(wasit pinggir) yang
berjumlah dua sampai empat orang dan <i>pekembar
tengaq </i>(wasit tengah) yang berjumlah satu orang. <i>Pekembar</i> <i>seri</i> (wasit
pinggir) ini bertugas menanding (memilih) pasangan yang akan bertarung,
sedangkan <i>pekembar</i> <i>tengaq</i> (wasit tengah) bertugas memimpin
jalannya pertandingan, pada umumnya
permainan peresean ini berlangsung selama lima <i>tarungan </i>(ronde).</div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 21.3pt; text-align: center; text-indent: -18pt;">
<b>B.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></b><b>Peresean
Sebagai Perilaku Individu</b></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
Tradisi peresean sebagai sebuah
produk budaya tentu tidak lepas dari peran serta individu-individu dimana
tradisi peresean tersebut berada, baik dalam konteks penciptaan maupun
pelestariannya. Dalam konteks ini, peran dan kontribusi individu dalam menciptakan
dan mempertahankan tradisi peresean dapat sebagai pemain atau petarung maupun
pihak yang mendukung pagelaran tradisi peresean. </div>
<div style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span><b>Kecenderungan
Tipe Kepribadian</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Teori penggolongan tipe
kepribadian yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Eysenck salah satu
Psikolog pertama yang mempelajari kepribadian dengan metode faktor analisis,
sebuah tehnik statistik yang diperkenalkan oleh Charles Spearman. Eysenck dan
Wilson (1982) mengklasifikasikan ciri-ciri tingkah laku yang operasional pada
tipe kepribadian extravert dan introvert menurut faktor-faktor kepribadian yang
mendasarinya, yaitu : a) <i>Activity</i>, b)
<i>Sociability</i>, c) <i>Risk Taking</i>, d) <i>Impulsiveness</i>,
e) <i>Expressiveness</i>, f) <i>Reflectiveness</i> dan g) <i>Responbility</i> </div>
<div class="MsoListParagraph" style="margin-left: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span><b>Agresifitas</b>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sedangkan dalam konteks agresifitas,
penelitian ini menggunakan teori Murray (dalam Krahe’, 2005) mengenai perilaku
agresif meliputi: a) Agresi emosional verbal, b) Agresi fisik sosial, c) Agresi
fisik a sosial, dan d) Agresi destruktif</div>
<div class="MsoListParagraph" style="margin-left: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<b>3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></b><b>Kontrol Diri</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Adapun untuk variabel kontrol diri,
penelitian ini menggunakan perspektif teori berdasarkan konsep Averill (dalam Latipah, 2002), yang
menyebutkan bahwa terdapat 3 jenis kemampuan mengontrol diri yang meliputi 5
aspek. Averill (dalam Latipah, 2002) menyebut kontrol diri dengan sebutan kontrol
personal, yaitu kontrol perilaku (<i>behavior
control</i>), Kontrol kognitif (<i>cognitive
control</i>), dan mengontrol keputusan (<i>decisional
control</i>).</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<b>4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></b><b>Hubungan
Antara Kecenderungan Tipe Kepribadian, Agresifitas dan Kontrol Diri</b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 0cm; text-align: justify;">
Pada
dasarnya setiap orang mengadakan orientasi terhadap dunia sekitarnya,
tergantung karakteristik atau tipe kepribadiannya sehingga orientasi orang yang
satu dengan orang lainnya berbeda. Orientasi manusia ada yang memiliki arah
keluar (ekstrovert) dan ke dalam (introvert). Jung (dalam Naisaban. 2003) menyatakan
bahwa dimensi orang ekstovert dalam perilaku aktual digambarkan sebagai orang
yang terbuka, periang, suka bergaul dengan orang lain, cenderung berinteraksi
dengan masyarakat dan tidak sensitif menghadapi kehidupan sehari-hari, tidak
menyukai keteraturan, agresif, kurang bertanggungjawab, optimis, impulsif dan
bersifat praktis. Senada dengan Jung, Eysenck & Wilson (1992) menyatakan
bahwa salah satu karakteristik orang ekstrovert diantaranya <i>Risk taking</i>, yaitu senang hidup di dalam
bahaya dan mencari pekerjaan yang memberikan imbalan yang baik dengan hanya
sedikit menghiraukan konsekuensi yang merugikan keselamatan dan keamanannya,
mereka cenderung nampak lebih hebat, menjadi pihak yang benar, dihormati,
disetujui oleh orang-orang yang terpilih. </div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>METODE
PENELITIAN</b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>A. Variabel Penelitian</b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="text-align: justify; text-indent: -18pt;">
1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span>Kecenderungan
Tipe Kepribadian</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: -18pt;">
2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span>Agresifitas</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="text-align: justify; text-indent: -18pt;">
3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span>Kontrol
Diri</div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>B. Definisi Operasional</b></div>
<div class="MsoListParagraph" style="margin-left: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<b>1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></b><b>Kecenderungan Tipe Kepribadian</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kecendeungan
tipe kepribadian dalam penelitian ini mengacu pada batasan teoritis dari
Eysenck dan Wilson (1982) yang membedakan tipe kepribadian menjadi tipe
kepribadian extrovert dan introvert. </div>
<div class="MsoListParagraph" style="margin-left: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<b>2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></b><b>Agresifitas</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Agresifitas yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah kesan agresif yang ditunjukkan oleh petarung peresean
dalam permainan peresean. Untuk mengukur kecenderungan agresif pada
petarung peresean ini digunakan skala agresifitas yang disusun berdasarkan teori Murray (dalam
Krahe’, 2005).</div>
<div class="MsoListParagraph" style="margin-left: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<b>3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></b><b>Kontrol Diri</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kontrol diri merupakan suatu
kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi diri dan lingkungannya serta
kemampuan untuk mengontrol dan mengelola faktor-faktor perilaku sesuai dengan
situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi. Dalam
penelitian ini akan diukur kualitas kontrol diri petarung permainan peresean berdasarkan
teori Averill (Latipah, 2002).</div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>C. Subjek Penelitian</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Subyek penelitian dalam penelitian ini
adalah petarung peresean yang sudah
punya istri, punya anak dan telah mencapai derajat <i>pepadu </i>dan memiliki julukan (<i>jejuluk</i>).
Sedangkan jumlah petarung peresean yang akan menjadi subyek dalam penelitian
ini sebanyak 30 orang. Penentuan jumlah 30 orang ini disebabkan oleh
terbatasnya petarung peresean dengan karakteristik di atas. </div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>D. Metode dan Alat Pengumpulan
Data</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Data dalam penelitian ini akan
dikumpulkan melalui metode angket berbentuk skala. Menurut Azwar (1998) penggunaan
angket didasari oleh beberapa anggapan, yaitu subyek adalah paling tahu tentang
dirinya sendiri; apa yang dinyatakan subyek kepada peneliti adalah benar dan
dapat dipercaya; interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan kepadanya adalah sama dengan yang dimaksud. Adapun skala yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="text-align: justify; text-indent: -18pt;">
1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span>Skala
Tipe Kepribadian</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: -18pt;">
2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span>Skala Agresifitas</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="text-indent: -18pt;">
3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span>Skala kontrol diri</div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>E.
Prosedur Penelitian</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Penelitian ini dilaksanakan dalam
tiga tahap yaitu: prapenelitian, pelaksanaan penelitian dan analisis data.</div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>F.
Rancangan Analisis Data</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Metode analisis data dalam penelitian
ini menggunakan uji statistik deskriptif dan uji korelasi Kendall tau-b dan
Spearman. Uji statistik deskriptif dimaksudkan untuk menggambarkan tipe
kepribadian, tingkat agresifitas dan kontrol diri petarung peresean, sedangkan
untuk memperkaya analisis pada pembahasan, penulis merasa perlu unuk mencari
korelasi antara variabel tipe kepribadian, agresifitas dan kontrol diri. </div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>HASIL PENELITIAN </b></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 21.3pt; text-align: center; text-indent: -18pt;">
<b>A.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></b><b>Hasil Penelitian</b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<b>1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></b><b>Uji coba skala</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Data
penelitian ini didapatkan dari hasil uji coba terpakai, artinya angket yang
disebar kepada subyek dilakukan sekalgus untuk kemudian dianalisis tingkat
validitas dan reliabilitas aitemnya dengan menggunakan teknik
<i>Alpha Cronbach </i>melalui jasa komputer program <i>SPSS for MS Windows
release 17.00.</i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sedangkan
validitas butir aitem skala ditemukan bahwa pada skala tipe kepribadian, dari
55 aitem soal terdapat 38 aitem valid dan 17 aitem gugur, pada skala
agresifitas dari 52 aitem soal terdapat 30 aitem valid dan 22 aitem gugur,
sedangkan pada skala kontrol diri jumlah aitem soal sebanyak 50 terdapat 26
aitem valid dan 24 aitem yang gugur. Aitem-aitem skala yang gugur disebabkan
oleh bias sosial (<i>social desirability</i>) dan ambivalensi yang terdapat
pada butir aitem. Dengan demikian, butir skala yang dapat dianalisis pada tahap
berikutnya adalah 38 aitem pada skala tipe kepribadian, 30 aitem pada skala
agresifitas dan 26 aitem pada skala kontrol diri.</div>
<div class="MsoListParagraph" style="margin-left: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<b>2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></b><b>Analisis deskriptif</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Hasil
analisis menunjukkan <i>mean </i>sebesar
122.70 dan <i>standar deviasi </i>sebesar
12.523 untuk skala tipe kepribadian, <i>mean
</i>sebesar 82.60 dan <i>standar deviasi </i>sebesar
21.598 untuk skala agresifitas, sedangkan untuk skala kontrol diri ditemukan <i>mean </i>sebesar 65.47 dan <i>standar deviasi </i>sebesar 13.459. Untuk
lebih jelas dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini:</div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="text-align: center;">
Tabel
8</div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="text-align: center;">
Hasil
analisis statistik deskriptif</div>
<div align="right">
<table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse; border: medium none; margin-left: -418.2pt; width: 490px;">
<thead>
<tr style="page-break-inside: avoid;">
<td style="background: none repeat scroll 0% 0% white; border-color: black windowtext windowtext black; border-style: solid; border-width: 2.25pt 1pt 1pt 2.25pt; padding: 1.5pt; width: 84.8pt;" valign="top" width="113"><div class="MsoNormal">
<br /></div>
</td>
<td style="background: none repeat scroll 0% 0% white; border-color: black windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 2.25pt 1pt 1pt medium; padding: 1.5pt; width: 50.95pt;" valign="bottom" width="68"><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 9pt;">N</span></div>
</td>
<td style="background: none repeat scroll 0% 0% white; border-color: black windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 2.25pt 1pt 1pt medium; padding: 1.5pt; width: 53.6pt;" valign="bottom" width="71"><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 9pt;">Minimum</span></div>
</td>
<td style="background: none repeat scroll 0% 0% white; border-color: black windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 2.25pt 1pt 1pt medium; padding: 1.5pt; width: 55.2pt;" valign="bottom" width="74"><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 9pt;">Maximum</span></div>
</td>
<td style="background: none repeat scroll 0% 0% white; border-color: black windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 2.25pt 1pt 1pt medium; padding: 1.5pt; width: 51pt;" valign="bottom" width="68"><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 9pt;">Mean</span></div>
</td>
<td style="background: none repeat scroll 0% 0% white; border-color: black black windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 2.25pt 2.25pt 1pt medium; padding: 1.5pt; width: 72.05pt;" valign="bottom" width="96"><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 9pt;">Std. Deviation</span></div>
</td>
</tr>
<tr style="page-break-inside: avoid;">
<td style="background: none repeat scroll 0% 0% white; border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext black; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt 2.25pt; padding: 1.5pt; width: 84.8pt;" valign="top" width="113"><div class="MsoNormal">
<span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 9pt;">Kepri</span></div>
</td>
<td style="background: none repeat scroll 0% 0% white; border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 1.5pt; width: 50.95pt;" valign="top" width="68"><div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;">
<span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 9pt;">30</span></div>
</td>
<td style="background: none repeat scroll 0% 0% white; border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 1.5pt; width: 53.6pt;" valign="top" width="71"><div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;">
<span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 9pt;">78</span></div>
</td>
<td style="background: none repeat scroll 0% 0% white; border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 1.5pt; width: 55.2pt;" valign="top" width="74"><div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;">
<span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 9pt;">142</span></div>
</td>
<td style="background: none repeat scroll 0% 0% white; border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 1.5pt; width: 51pt;" valign="top" width="68"><div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;">
<span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 9pt;">122.70</span></div>
</td>
<td style="background: none repeat scroll 0% 0% white; border-color: -moz-use-text-color black windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 2.25pt 1pt medium; padding: 1.5pt; width: 72.05pt;" valign="top" width="96"><div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;">
<span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 9pt;">12.523</span></div>
</td>
</tr>
<tr style="page-break-inside: avoid;">
<td style="background: none repeat scroll 0% 0% white; border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext black; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt 2.25pt; padding: 1.5pt; width: 84.8pt;" valign="top" width="113"><div class="MsoNormal">
<span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 9pt;">Agresif</span></div>
</td>
<td style="background: none repeat scroll 0% 0% white; border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 1.5pt; width: 50.95pt;" valign="top" width="68"><div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;">
<span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 9pt;">30</span></div>
</td>
<td style="background: none repeat scroll 0% 0% white; border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 1.5pt; width: 53.6pt;" valign="top" width="71"><div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;">
<span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 9pt;">32</span></div>
</td>
<td style="background: none repeat scroll 0% 0% white; border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 1.5pt; width: 55.2pt;" valign="top" width="74"><div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;">
<span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 9pt;">110</span></div>
</td>
<td style="background: none repeat scroll 0% 0% white; border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 1.5pt; width: 51pt;" valign="top" width="68"><div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;">
<span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 9pt;">82.60</span></div>
</td>
<td style="background: none repeat scroll 0% 0% white; border-color: -moz-use-text-color black windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 2.25pt 1pt medium; padding: 1.5pt; width: 72.05pt;" valign="top" width="96"><div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;">
<span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 9pt;">21.598</span></div>
</td>
</tr>
<tr style="page-break-inside: avoid;">
<td style="background: none repeat scroll 0% 0% white; border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext black; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt 2.25pt; padding: 1.5pt; width: 84.8pt;" valign="top" width="113"><div class="MsoNormal">
<span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 9pt;">Kontrol</span></div>
</td>
<td style="background: none repeat scroll 0% 0% white; border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 1.5pt; width: 50.95pt;" valign="top" width="68"><div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;">
<span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 9pt;">30</span></div>
</td>
<td style="background: none repeat scroll 0% 0% white; border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 1.5pt; width: 53.6pt;" valign="top" width="71"><div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;">
<span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 9pt;">34</span></div>
</td>
<td style="background: none repeat scroll 0% 0% white; border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 1.5pt; width: 55.2pt;" valign="top" width="74"><div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;">
<span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 9pt;">96</span></div>
</td>
<td style="background: none repeat scroll 0% 0% white; border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 1.5pt; width: 51pt;" valign="top" width="68"><div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;">
<span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 9pt;">65.47</span></div>
</td>
<td style="background: none repeat scroll 0% 0% white; border-color: -moz-use-text-color black windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 2.25pt 1pt medium; padding: 1.5pt; width: 72.05pt;" valign="top" width="96"><div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;">
<span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 9pt;">13.459</span></div>
</td>
</tr>
</thead>
<tbody>
<tr style="page-break-inside: avoid;">
<td style="background: none repeat scroll 0% 0% white; border-color: -moz-use-text-color windowtext black black; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 2.25pt 2.25pt; padding: 1.5pt; width: 84.8pt;" valign="top" width="113"><div class="MsoNormal">
<span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 9pt;">Valid N
(listwise)</span></div>
</td>
<td style="background: none repeat scroll 0% 0% white; border-color: -moz-use-text-color windowtext black -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 2.25pt medium; padding: 1.5pt; width: 50.95pt;" valign="top" width="68"><div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;">
<span style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 9pt;">30</span></div>
</td>
<td style="background: none repeat scroll 0% 0% white; border-color: -moz-use-text-color windowtext black -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 2.25pt medium; padding: 1.5pt; width: 53.6pt;" width="71"><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
</td>
<td style="background: none repeat scroll 0% 0% white; border-color: -moz-use-text-color windowtext black -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 2.25pt medium; padding: 1.5pt; width: 55.2pt;" width="74"><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
</td>
<td style="background: none repeat scroll 0% 0% white; border-color: -moz-use-text-color windowtext black -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 2.25pt medium; padding: 1.5pt; width: 51pt;" width="68"><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
</td>
<td style="background: none repeat scroll 0% 0% white; border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 2.25pt 2.25pt medium; padding: 1.5pt; width: 72.05pt;" width="96"><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
</td>
</tr>
</tbody></table>
</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<b>3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></b><b>Kategorisasi subyek</b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span>Tipe kepribadian</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Variabel tipe kepribadian ini terdiri
dari dua yaitu extraversion dan introversion. Skala extrovert-introvert ini
terdiri dari 38 butir pernyataan untuk mengungkap kecenderungan ekstraversion
yang dimiliki subyek. Jadi aitem-aitem yang ada mengungkap kecenderungan atau
derajat ekstraversi subyek. Setiap subyek memiliki total skor yang diperoleh
dari penjumlahan skor setiap jawaban aitem. Skor setiap aitem terendah yang
dapat diperoleh subyek adalah = 0 dan skor tertinggi = 4, dengan demikian dapat
diketahui skor total terendah yang dapat dimiliki oleh subyek adalah 0 dan skor
total tertinggi adalah 152.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Adapun
distribusi subyek penelitian dilihat dari kecenderungan tipe kepribadian yang
dimiliki dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini: </div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 49.65pt; text-align: center;">
Tabel 9</div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 49.65pt; text-align: center;">
Distribusi subyek berdasar kecenderungan
tipe kepribadian</div>
<table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoTableGrid" style="border-collapse: collapse; border: medium none; margin-left: 55.05pt;">
<tbody>
<tr>
<td style="border: 1pt solid black; padding: 0cm 5.4pt; width: 125.1pt;" valign="top" width="167"><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; text-align: center;">
<b><span style="font-size: 11pt;">Tipe Kepribadian</span></b></div>
</td>
<td style="border-color: black black black -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 115.3pt;" valign="top" width="154"><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; text-align: center;">
<b><span style="font-size: 11pt;">Subyek</span></b></div>
</td>
<td style="border-color: black black black -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 116.55pt;" valign="top" width="155"><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 0cm; text-align: center;">
<b><span style="font-size: 11pt;">Prosentase (%)</span></b></div>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="border-color: -moz-use-text-color black black; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 125.1pt;" valign="top" width="167"><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 0cm; text-align: center;">
<span style="font-size: 11pt;">Extrovert</span></div>
</td>
<td style="border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 115.3pt;" valign="top" width="154"><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; text-align: center;">
<span style="font-size: 11pt;">20
subyek</span></div>
</td>
<td style="border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 116.55pt;" valign="top" width="155"><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 0cm; text-align: center;">
<span style="font-size: 11pt;">66.67 %</span></div>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="border-color: -moz-use-text-color black black; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 125.1pt;" valign="top" width="167"><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 0cm; text-align: center;">
<span style="font-size: 11pt;">Introvert</span></div>
</td>
<td style="border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 115.3pt;" valign="top" width="154"><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; text-align: center;">
<span style="font-size: 11pt;">10
Subyek</span></div>
</td>
<td style="border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 116.55pt;" valign="top" width="155"><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 0cm; text-align: center;">
<span style="font-size: 11pt;">33.33 %</span></div>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="border-color: -moz-use-text-color black black; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 125.1pt;" valign="top" width="167"><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 0cm; text-align: center;">
<b><span style="font-size: 11pt;">Jumlah</span></b></div>
</td>
<td style="border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 115.3pt;" valign="top" width="154"><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; text-align: center;">
<b><span style="font-size: 11pt;">30</span></b></div>
</td>
<td style="border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 116.55pt;" valign="top" width="155"><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="text-align: center; text-indent: -18pt;">
<b><span style="font-size: 11pt;">100</span></b><b><span style="font-size: 11pt;"> </span></b></div>
</td>
</tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="margin-left: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span> Agresifitas</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Variabel
agresifitas terdiri dari 30 butir pernyataan untuk mengungkap kecenderungan
agresif pada subyek. Aitem-aitem yang ada dimaksudkan untuk mengungkap
kecenderungan agresif pada petarung peresean. Setiap subyek memiliki total skor
yang diperoleh dari penjumlahan skor setiap jawaban aitem. Skor setiap aitem
terendah yang dapat diperoleh subyek adalah = 0 dan skor tertinggi = 4, dengan
demikian dapat diketahui skor total terendah yang dapat dimiliki oleh subyek
adalah 0 dan skor total tertinggi adalah 120.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Adapun
kategori yang digunakan dalam menentukan tingkat agresifitas subyek adalah
tinggi, sedang dan rendah dengan rumus kategorisasi sebagai berikut:</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Mean + 1 sd (<span style="font-family: Symbol;">p</span>+1.0<span style="font-family: Symbol;">s</span>) ≥ tinggi dan Mean – 1 sd
(<span style="font-family: Symbol;">p</span>-1.0<span style="font-family: Symbol;">s</span>) <span style="font-family: Symbol;"><</span> rendah</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Mean – 1 sd <span style="font-family: Symbol;">£</span> X <span style="font-family: Symbol;"><</span>
mean + 1 sd{ (<span style="font-family: Symbol;">p</span>-1.0<span style="font-family: Symbol;">s</span>) ≥ X <span style="font-family: Symbol;"><</span>
(<span style="font-family: Symbol;">p</span>+1.0<span style="font-family: Symbol;">s</span>) }=
sedang (Azwar, 1998)</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Berdasarkan
rumus di atas ditemukan bahwa kecenderungan tingkat agresifitas tinggi
digambarkan dengan angka sebesar ≥
104.198, agresifitas sedang antara 62. 00 sampai 103.00 sedangkan agresifitas
rendah <span style="font-family: Symbol;">£</span>
61.002 dari mean sebesar 82.60 dan standar deviasi sebesar 21.598.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Adapun
distribusi subyek penelitian dilihat dari kecenderungan agresif yang dimiliki
dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini:</div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 49.65pt; text-align: center;">
Tabel 10</div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 49.65pt; text-align: center;">
Distribusi subyek berdasar kecenderungan agresif</div>
<table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoTableGrid" style="border-collapse: collapse; border: medium none; margin-left: 55.05pt;">
<tbody>
<tr>
<td style="border: 1pt solid black; padding: 0cm 5.4pt; width: 124.35pt;" valign="top" width="166"><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; text-align: center;">
<b><span style="font-size: 11pt;">Agresifitas</span></b></div>
</td>
<td style="border-color: black black black -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 115.75pt;" valign="top" width="154"><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; text-align: center;">
<b><span style="font-size: 11pt;">Subyek</span></b></div>
</td>
<td style="border-color: black black black -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 116.85pt;" valign="top" width="156"><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 0cm; text-align: center;">
<b><span style="font-size: 11pt;">Prosentase (%)</span></b></div>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="border-color: -moz-use-text-color black black; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 124.35pt;" valign="top" width="166"><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 0cm; text-align: center;">
<span style="font-size: 11pt;">Tinggi</span></div>
</td>
<td style="border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 115.75pt;" valign="top" width="154"><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; text-align: center;">
<span style="font-size: 11pt;">6 subyek</span></div>
</td>
<td style="border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 116.85pt;" valign="top" width="156"><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 0cm; text-align: center;">
<span style="font-size: 11pt;">20.00 %</span></div>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="border-color: -moz-use-text-color black black; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 124.35pt;" valign="top" width="166"><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 0cm; text-align: center;">
<span style="font-size: 11pt;">Sedang</span></div>
</td>
<td style="border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 115.75pt;" valign="top" width="154"><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; text-align: center;">
<span style="font-size: 11pt;">18
subyek</span></div>
</td>
<td style="border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 116.85pt;" valign="top" width="156"><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 0cm; text-align: center;">
<span style="font-size: 11pt;">60.00 %</span></div>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="border-color: -moz-use-text-color black black; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 124.35pt;" valign="top" width="166"><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 0cm; text-align: center;">
<span style="font-size: 11pt;">Rendah</span></div>
</td>
<td style="border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 115.75pt;" valign="top" width="154"><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; text-align: center;">
<span style="font-size: 11pt;">6 Subyek</span></div>
</td>
<td style="border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 116.85pt;" valign="top" width="156"><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 0cm; text-align: center;">
<span style="font-size: 11pt;">20.00 %</span></div>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="border-color: -moz-use-text-color black black; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 124.35pt;" valign="top" width="166"><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 0cm; text-align: center;">
<b><span style="font-size: 11pt;">Jumlah</span></b></div>
</td>
<td style="border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 115.75pt;" valign="top" width="154"><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; text-align: center;">
<b><span style="font-size: 11pt;">30</span></b></div>
</td>
<td style="border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 116.85pt;" valign="top" width="156"><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 0cm; text-align: center;">
<b><span style="font-size: 11pt;">100 %</span></b></div>
</td>
</tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="margin-left: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
c.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span>Kontrol diri</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Variabel
kontrol diri dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kontrol diri yang dimiliki
oleh subyek penelitian, yakni petarung peresean. Adapun skor setiap aitem terendah
yang dapat diperoleh subyek adalah = 0 dan skor tertinggi = 4, dengan demikian
dapat diketahui skor total terendah yang dapat dimiliki oleh subyek adalah 0
dan skor total tertinggi adalah 104. Dan kategori yang digunakan dalam
menentukan tingkat kontrol diri subyek adalah tinggi, sedang dan rendah dengan
rumus kategorisasi sebagai berikut:</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Mean + 1 sd (<span style="font-family: Symbol;">p</span>+1.0<span style="font-family: Symbol;">s</span>) ≥ tinggi dan Mean – 1 sd
(<span style="font-family: Symbol;">p</span>-1.0<span style="font-family: Symbol;">s</span>) <span style="font-family: Symbol;"><</span> rendah</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Mean – 1 sd <span style="font-family: Symbol;">£</span> X <span style="font-family: Symbol;"><</span>
mean + 1 sd{ (<span style="font-family: Symbol;">p</span>-1.0<span style="font-family: Symbol;">s</span>) ≥ X <span style="font-family: Symbol;"><</span>
(<span style="font-family: Symbol;">p</span>+1.0<span style="font-family: Symbol;">s</span>) }=
sedang (Azwar, 1998)</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Berdasarkan
rumus di atas ditemukan bahwa kecenderungan tingkat kontrol diri tinggi
digambarkan dengan angka sebesar ≥
78.929, kontrol diri sedang antara 52. 011 sampai 77.00 sedangkan kontrol diri
rendah ≤ 52.011
dari mean sebesar 65.47 dan standar deviasi sebesar 13.459.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Adapun distribusi subyek penelitian dilihat
dari kecenderungan kontrol diri yang dimiliki dapat dilihat pada Tabel 11
berikut ini:</div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 49.65pt; text-align: center;">
Tabel 11</div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 49.65pt; text-align: center;">
Distribusi subyek berdasar kecenderungan kontrol
diri</div>
<table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoTableGrid" style="border-collapse: collapse; border: medium none; margin-left: 55.05pt;">
<tbody>
<tr>
<td style="border: 1pt solid black; padding: 0cm 5.4pt; width: 124.35pt;" valign="top" width="166"><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; text-align: center;">
<b><span style="font-size: 11pt;">Agresifitas</span></b></div>
</td>
<td style="border-color: black black black -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 115.75pt;" valign="top" width="154"><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; text-align: center;">
<b><span style="font-size: 11pt;">Subyek</span></b></div>
</td>
<td style="border-color: black black black -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 116.85pt;" valign="top" width="156"><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 0cm; text-align: center;">
<b><span style="font-size: 11pt;">Prosentase (%)</span></b></div>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="border-color: -moz-use-text-color black black; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 124.35pt;" valign="top" width="166"><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 0cm; text-align: center;">
<span style="font-size: 11pt;">Tinggi</span></div>
</td>
<td style="border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 115.75pt;" valign="top" width="154"><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; text-align: center;">
<span style="font-size: 11pt;">4 subyek</span></div>
</td>
<td style="border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 116.85pt;" valign="top" width="156"><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 0cm; text-align: center;">
<span style="font-size: 11pt;">13.33 %</span></div>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="border-color: -moz-use-text-color black black; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 124.35pt;" valign="top" width="166"><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 0cm; text-align: center;">
<span style="font-size: 11pt;">Sedang</span></div>
</td>
<td style="border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 115.75pt;" valign="top" width="154"><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; text-align: center;">
<span style="font-size: 11pt;">24
subyek</span></div>
</td>
<td style="border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 116.85pt;" valign="top" width="156"><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 0cm; text-align: center;">
<span style="font-size: 11pt;">80.00 %</span></div>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="border-color: -moz-use-text-color black black; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 124.35pt;" valign="top" width="166"><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 0cm; text-align: center;">
<span style="font-size: 11pt;">Rendah</span></div>
</td>
<td style="border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 115.75pt;" valign="top" width="154"><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; text-align: center;">
<span style="font-size: 11pt;">2 Subyek</span></div>
</td>
<td style="border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 116.85pt;" valign="top" width="156"><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 0cm; text-align: center;">
<span style="font-size: 11pt;">6.67 %</span></div>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="border-color: -moz-use-text-color black black; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 124.35pt;" valign="top" width="166"><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 0cm; text-align: center;">
<b><span style="font-size: 11pt;">Jumlah</span></b></div>
</td>
<td style="border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 115.75pt;" valign="top" width="154"><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; text-align: center;">
<b><span style="font-size: 11pt;">30</span></b></div>
</td>
<td style="border-color: -moz-use-text-color black black -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 116.85pt;" valign="top" width="156"><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 117pt; text-align: center; text-indent: -18pt;">
<b><span style="font-size: 11pt;">100</span></b><b><span style="font-size: 11pt;"> </span></b></div>
</td>
</tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="margin-left: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<b>4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></b><b>Uji hipotesis</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span>Ada
hubungan antara tipe kepribadian dan agresifitas pada petarung peresean</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span> Ada hubungan antara tipe kepribaadian dan
kontrol diri pada petarung peresean</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span>Ada
hubungan antara agresifitas dan kontrol diri pada petarung peresean</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Teknik
uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji korelasi. Korelasi
adalah salah satu teknik untuk mencari hubungan antara dua variabel atau lebih
yang sifatnya kuantitatif dan kualitatif. (Sudjana, 1989) Uji statistik nonparametrik yang digunakan
untuk melihat hubungan antara dua variabel atau lebih adalah korelasi Spearman,
korelasi Kendall tu_b dan koefisien kontingensi. Uji statistik nonparametrik yang digunakan untuk
melihat hubungan antar variabel dalam penelitian ini adalah korelasi Spearman
& Kendall tau_b. (Priyatno, 2009)</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Berdasarkan rumusan tersebut maka
diketahui bahwa korelasi Kendall tau-b menunjukkan tidak ada korelasi antara
variabel tipe kepribadian dan variabel agresifitas, begitupula antara variabel
tipe kepribadian dan variabel kontrol diri. Hal ini ditunjukkan dengan
koefesien sebesar -148 untuk variabel
tipe kepribadian dan variabel agresifitas, dan koefesien sebesar -033 untuk
variabel tipe kepribadian dan kontrol diri.
Sementara itu, pada analisis Spearman rho didapat koefesien sebesar -180
untuk variabel tipe kepribadian dan variabel agresifitas, dan koefesien sebesar
-040 untuk variabel tipe kepribadian dan kontrol diri.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sedangkan
variabel agresifitas dan kontrol diri terdapat korelasi yang rendah, hal ini
tampak pada analisis korelasi Kendall tau_b terdapat koefesien sebesar
0.377. Adapun pada analisis korelasi
Spearman didapat koefesian sebesar 0.472. </div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="text-align: center; text-indent: -18pt;">
<b>B.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></b><b>Pembahasan</b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<b>1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></b><b>Kecenderungan tipe kepribadian</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa kecenderungan tipe kepribadian yang dimiliki oleh petarung peresean
adalah <i>ekstraversion</i>. Hal ini
dibuktikan dengan hasil analisis
deskriptif terhadap skor skala kecenderungan tipe kepribadian yang menunjukkan
sebanyak 66.67 % atau 20 dari 30 subyek (petarung peresean) memiliki
kecenderungan tipe kepribadian <i>ekstraversion</i>
dengan skor rata-rata diatas 135.223, dari rerata empirik sebesar 122.70 yang
dihasilkan dari skor komulatif dibagi jumlah subyek. Sedangkan hanya 33.33 %
atau 10 subyek (petarung peresean) yang memiliki kecenderungan tipe kepribadian
<i>introvert.</i> </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Banyak penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti psikologi terkait kecenderunagn tipe kepribadian
manusia, walaupun Eyesenck (2004) mengakui bahwa tidak ada orang yang
benar-benar memiliki tipe kepribadian <i>ekstraversion</i>
dan <i>introvert </i>secara tegas, yang bisa
dilihat hanya kecenderungan. Di antara beberapa penelitian yang telah
dipublikasikan terkait kecenderunga tipe kepribadian ini dilakukan oleh McCrae
& Costa (1997). Dengan metode meta analisis McCrae & Costa mengumpulkan
konsep kepribadian dari Amerika, Jerman, Portugis, Ibrani, Cina, Korea dan
Jepang, ditemukan bahwa diberbagai peradaban ternyata konsep kepribadian
merupakan konsep yang umum. Sedangkan Heaven, Leeson & Ciarrochi (2009)
menemukan bahwa hasil evaluasi pembelajaran guru terhadap murid dipengaruhi oleh
aspek kepribadian murid. Adapun
Petrides, Jackson, Furnham & Levine (2003) menguji kemampuan ukur Eysenck
Personality Profilier (EPP) terhadap perbedaan gender terkait distribusi tipe
kepribadian antara laki-laki dan perempuan. Hasilnya, terdapat perbedaan yang
signifikan pada tipe kepribadian <i>psychoticism</i>
antara laki-laki dan perempuan, kecenderungan <i>psychoticism </i>lebih tinggi pada laki-laki dari pada perempuan,
sedangkan pada tipe kepribadian <i>ekstraversion
</i>tidak terdapat perbedaan yang signifikan. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Hasil penelitian ini dan penelitian
terkait sebelumnya menegaskan bahwa tipe kepribadian merupakan salah satu aspek
psikologis yang melendasi kecenderungan perlaku pada individu.</div>
<div class="MsoListParagraph" style="margin-left: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<b>2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></b><b>Kecenderungan
agresifitas</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Hasil analisis deskriptif terhadap
kecenderungan agresif pada petarung peresean yang menjadi subyek dalam
penelitian ini menunjukkan jumlah petarung yang memiliki kecenderungan agresif
sedang lebih banyak, yakni sebanyak 60.00 % dari 30 subyek dari pada yang
memiliki kecenderungan agresif tinggi dan rendah, yakni sebesar masing-masing
20.00 % dari 30 subyek dengan rerata empirik 82.60. Hasil analisis deskriptif
ini menginformasikan bahwa petarung peresean cenderung agresif.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Huesman (2003) melakukan penelitian
longitudinal untuk mengetaui kecenderungan agresif dan tindakan kekerasan pada
orang dewasa tengah yang disebabkan oleh pengaruh tayangan kekerasan pada TV
sejak usia anak. Hasil penelitian ini menunjukkan orang dewasa tengah yang
sering melihat tayangan kekerasan di TV pada usia anak-anak cenderung agresif
dan melakukan tindakan kekerasan. Adapun Aluja & Gracia (2007) menemukan
bahwa kecenderungan agresif pada individu berhubungan dengan <i>total testosterone </i>(TT) dan <i>sex hormone binding globulin </i>(SHBG).
Sedangkan Young (2009) menemukan bahwa permainan atau game yang bernuansa
kekerasan dapat menstimulasi kecenderungan agresif pada individu.</div>
<div class="MsoListParagraph" style="margin-left: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<b>3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></b><b>Kecenderungan
kontrol diri</b> </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Hasil analisis deskriptif terhadap
kecenderungan kontrol diri pada petarung peresean yang menjadi subyek dalam
penelitian ini menunjukkan jumlah petarung yang memiliki kecenderungan kontrol
diri sedang lebih banyak, yakni sebanyak 80.00 % dari 30 subyek dari pada yang
memiliki kecenderungan kontrol diri tinggi dan rendah, yakni sebesar
masing-masing 13.33 % dari 30 subyek untuk subyek yang memiliki kontrol diri
tinggi dan 6.67 % dari 30 subyek yang memiliki kecenderungan kontrol diri
rendah, dengan rerata empirik 65.47. Hasil analisis deskriptif ini menunjukkan
bahwa petarung peresean cenderung memiliki kontrol diri baik.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kualitas kontrol diri yang baik pada
petarung peresean, seperti terlihat dalam hasil analisis deskriptif tersebut
tidak lepas dari adanya aturan yang harus ditaati oleh para petarung dalam
permainan peresean. Aturan-aturan seperti tidak boleh memukul pinggang kebawah,
tidak boleh menusuk, tidak boleh memukul lawan yang terjatuh dan lain-lain
menjadi semacam ukuran dalam menilai seorang petarung peresean yang baik.
Setiap petarung peresean tentu memiliki kepentingan untuk diakui secara kultural
sebagai petarung yang baik. Dalam konteks ini, Calhoun dan Acocella (1990),
mengemukakan bahwa ada dua alasan yang mengharuskan individu untuk mengontrol
diri secara kontinyu. Pertama, individu hidup bersama kelompok sehingga dalam
memuaskan keinginannya individu harus mengontrol perilakunya agar tidak
menggangu kenyamanan orang lain. Kedua, masyarakat mendorong individu untuk
secara konstan menyusun standar yang lebih baik bagi dirinya, sehingga dalam
rangka memenuhi tuntutan tersebut dibutuhkan pengontrolan diri agar dalam
proses pencapaian standar tersebut individu tidak melakukan hal-hal yang
menyimpang dan tidak diterima oleh lingkungan sosialnya. </div>
<div class="MsoListParagraph" style="margin-left: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<b>4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></b><b>Hubungan
antara kecenderungan tipe kepribadian, agresifitas dan kontrol diri</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Hasil
analisis korelasi Kendall tau-b menunjukkan tidak ada korelasi antara variabel
tipe kepribadian dan variabel agresifitas, begitupula antara variabel tipe
kepribadian dan variabel kontrol diri. Hal ini ditunjukkan dengan koefesien
sebesar -148 untuk variabel tipe
kepribadian dan variabel agresifitas, dan koefesien sebesar -033 untuk variabel
tipe kepribadian dan kontrol diri.
Sementara itu, pada analisis Spearman’s rho didapat koefesien sebesar
-180 untuk variabel tipe kepribadian dan variabel agresifitas, dan koefesien
sebesar -040 untuk variabel tipe kepribadian dan kontrol diri.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sedangkan
variabel agresifitas dan kontrol diri terdapat korelasi yang rendah, hal ini
tampak pada analisis korelasi Kendall tau_b terdapat koefesien sebesar
0.377. Adapun pada analisis korelasi
Spearman didapat koefesian sebesar 0.472. Hasil analisis korelasional Spearman
dan Kendall tau_b dalam penelitian ini tidak sesuai dengan asumsi teoritik yang
diungkapkan oleh Harder & Lewis, (dalam Sarwono, 2002) karena tidak
terdapat hubungan antara kecenderungan tipe kepribadian dan kecenderungan
kontrol diri pada subyek penelitian ini.</div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 10pt; text-align: center;">
<b>KESIMPULAN DAN SARAN</b></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin: 0cm 0cm 10pt 21.3pt; text-align: center; text-indent: -18pt;">
<b>A.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></b><b>Kesimpulan</b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify;">
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang telah dikemukakan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0cm 0cm 10pt 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span>Kecenderungan tipe kepribadian yang dimiliki
oleh petarung peresean adalah tipe <i>ekstraversion.</i></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0cm 0cm 10pt 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span>Kecenderungan agresifitas yang dimiliki oleh
petarung peresean adalah sedang, karena hasil penelitian menunjukkan mayoritas
subyek berada pada kategori sedang yakni sebesar 60.00 % atau 18 dari 30
subyek. Sedangakan yang memiliki agresifitas tinggi dan rendah berjumlah sama,
yakni masing-masing sebesar 20.00 atau masing-masing 6 dari 30 subyek.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0cm 0cm 10pt 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span>Kecenderungan kontrol diri yang dimiliki oleh
petarung peresean adalah sedang, karena hasil penelitian menunjukkan mayoritas
subyek berada pada kategori sedang yakni sebesar 80.00 % atau 24 dari 30
subyek. Adapun yang memiliki kontrol diri tinggi lebih besar yakni sebesar
13.33 % atau 4 dari 30 subyek dari pada subyek yang memiliki kontrol diri
rendah yakni sebanyak 6.67 % atau 2 dari 30 subyek.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0cm 0cm 10pt 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span>Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa:</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0cm 0cm 10pt 60.55pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span>Tidak ada hubungan antara tipe kepribadian
dengan agresifitas pada petarung peresean.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0cm 0cm 10pt 60.55pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span>Tidak ada hubungan antara tipe kepribadian
dengan kontrol diri pada petarung peresean.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0cm 0cm 10pt 60.55pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
c.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span>Terdapat hubungan antara agresifitas dengan
kontrol diri pada petarung peresean.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0cm 0cm 10pt 42.55pt; text-align: justify;">
Dengan kata lain, hipotesis penelitian
1 dan 2 ditolak atau tidak terbukti, sedangkan hipotesis penelitian 3 diterima
atau terbukti</div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0cm 0cm 10pt 21.3pt; text-align: center; text-indent: -18pt;">
<b>B.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></b><b>Saran</b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0cm 0cm 10pt 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<b>1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></b><b>Kepada subyek penelitian</b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify;">
Hasil pengukuran dan telaah teoritik
dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kecenderungan tipe kepribadian yang
dimiliki oleh subyek adalah tipe <i>ekstraversion.
</i>Individu yang memiliki kecenderungan kepribadian <i>ekstraversion </i>cenderung tidak hati-hati, tidak terlalu
memperdulikan resiko, kurang bertanggung jawab, tapi juga terbuka, mudah
bergaul dan optimis. Sedangkan dalam konteks agresifitas dan kontrol diri,
subyek berada pada kategori sedang, artinya, tidak tinggi juga tidak rendah. Oleh
karena itu, tradisi peresean ini patut dipertahankan namun harus mengikuti
peraturan yang berlaku dalam bertarung.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0cm 0cm 10pt 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<b>2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></b><b>Kepada penelitian selanjutnya</b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify;">
Sepanjang pengetahuan peneliti,
belum ada penelitian yang berupaya mengungkap aspek-aspek psikologis pada tradisi
peresean yang berkembang di masyarakat Sasak. Penelitian ini dimaksudkan
sebagai uapaya awal dalam mengungkap aspek-aspek psikologis pada petarung
peresean. Oleh sebab itu, tentu banyak kelemahan yang ditemukan dalam
penelitian ini, terutama pada aspek metodologis, jumlah subyek dan aspek
psikologis lain yang terdapat dalam tradisi peresean ini. Peneliti selanjutnya
diharapakan mampu mengungkap lebih jauh terkait aspek-aspek psikologis yang
terapat dalam tradisi peresean ini secara lebih mendalam dengan metode dan
jumlah subyek yang lebih banyak.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>masjidsongakhttp://www.blogger.com/profile/12717190540968208177noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4752965668518319462.post-47579834509125121242011-09-20T02:39:00.000-07:002011-11-12T11:19:43.248-08:00DALANG SASAK<div>
</div>
<br />
<span style="font-size: x-small;"><b>Oleh: Papuq Bangaq </b></span><br />
<span style="font-size: x-small;"><br /></span><br />
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;">BAB I</span></div>
<div style="text-align: center;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;">PENDAHULUAN</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small; line-height: 200%;">Dalang adalah seniman yang memiliki berbagai kemampuan
dalam bidang pewayangan baik wayang kulit maupun wayang lainnya yang sejenis dengan itu .Pada dasar nya dalang adalah orang yang mampu bermain peran
dibidang pengisi suara sekaligus mampu mentransper karakter tokoh yang bermacam-macam khusus nya tokoh wayang..
Dalang sasak atau dalang suket dan dalang wayang golek dan lain lain umpamanya dituntut untuk mampu berperan
sebagai Jayang rana, Maktal Raden
darundia, Taptanus Saptanus Umarmaya ,Umarmadi Alam daur, dan dewi Munigarim Dalang Jawa dan bali yang mengambil ceritera maha bharata, tentunya dia harus
mampu brperan dan bekarakter sebagai Arjuna wiwaha Bhima bisma dan Nakula Sadewa sekligus mampu
menjadi doryo dana yudistira dan lain
lain. Yang jelas semua yang diperankan
sekaligus dia harus mampu
mengkaraterinya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 200%;">Disamping
mampu berperan juga seorang dalang harus terampil memainkan wayang secara seni dan indah agar terlihat tidak disengaja dalam,
gerakan setiap wayng yang sedang
deperankan. Dia juga harus mampu menyesuaikan kata dengan tindakan dan
gerakannya.</span></div>
<a name='more'></a><span style="font-size: x-small;"> </span><br />
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 200%;">Dalang juga mesti menguasai
musik pengiring lakon mulai dari rangsang ,kabor selisir selutur gending
perang gending raksasa gending mundur polak nampo kakang raras
gendeng pengelebun dan masih banyak jenis gending yang harus di kuasai. Selanjutnya dalang juga
dituntut agar mampu berpatwa secara agama dengan kata lain dalang juga harus
menguasai pembicaraan tuan guru atau kiyai,dan
sekali gus mampu berbahasa
penjahat.Dalang juga di tuntut mampu
bertindak sebagai pelawak dan bisa sedih
gembira dalam waktu yang bersamaan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 200%;">Demikianlah sekilas pengetahuan tentang dalang dimana tugas yang
di pikul seorang dalang sangat lah
berat.namun sementara ini ,kebanyakian orang beranggapan dalang itu adalah sekedar sarana mencari uang ,tapi cobalah
direnungkan ,jika sekedar motif uang tentunya, belum bisa dinilai betapa seorang
dalang pantas dibayar dalam sekali pentas .
Jika sederetan keahlian di nilai ,belum dapat di hargakan dengan
setumpuk uang,namun kenyataan berkata lain mengingat kefahaman sese orang
tentang seorang dalang ternyata masih
kurang sesuai dengan gelar seorang seniman luhur yang memiliki sederetan ke
ahlian yang mufuni sebagai ahli di
bidangnya. Tetapi seorang dalang tidaklah bayaran sebagai motif utama dalam
menjalankan keahliannya jauh dari sekedar material namun seorang dalang
melaksanakan propesinya lebih banyak di
motori oleh hobi sebagai panggilan
menjalankan frovesinya karena senantiasa
merasa berkewajiban untuk siap
menyenangkan halayak.Inilah kiranya yang
menjadi motifasi penulisan ini ,agar dapat hendaknya merubah paradigma
masyarakat terhadap sosok alias figure seorang dalang, Dari uraian di atas
kiranya penulis dapat menarik beberapa pokok
prmasalahan yang perlu di ketahui
oleh pembaca terutama tentang dalang antara lain:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 200%;">1.Sejarah
sasak</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 200%;">2.Pengertian dalang </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 200%;"> 3.Karakter
dalang</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 200%;">4.Keahlian pendukung dalang </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 200%;">5. Tehnik Mendalang </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 200%;"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 9pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 200%;">Kiranya hal-hal yang
dipandang penting untuk selalu di
masyarakatkan agar dapat menumbuhkan rasa untuk selalu menghargai keahlian
seorang dalang sekali gus memupuk rasa cinta tehadap budaya yang memiliki
pranan penting dalam penyebaran Agama Islam di bumi sasakKiranya sang dalang
hendaknya bercemin dari gambaran dalang
pemula di gumi sasak agar terhidar dari negatip teenking orang banyak terrhadap profesi dalang itu sendiri.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 9pt; text-align: center;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 200%;">BAB II </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 9pt; text-align: center;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 200%;"> </span><span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">PEMBAHASAN</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 9pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">1. SEJARAH DALANG. DALANG SASAK</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 9pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">Menurut keyaqinan Masyarakat lombok yang merupakan legenda
turun tumurun antar pencinta dan pengagum dalang dari mulut kemulut ,sesuai
kenyataan pewayangan walau belum ada
sumber yang bisa di percayakan secara tertulis,tapi apa yang menjadi legenda
tentang wayang dan dalang kiranya cukup menjadi bukti .Yang menunjukkan bahwa dalang yang pertama menggelarkan wayang
di gumi sasak adalah:KIYAYI WALI.[menorut ceritera mulut Dalang Anji songak
almarhum Wafat tahun 1939 M] Ada
juga yang mengatakan bahwa dalang yang
pertama di lombok adalah:KIYAYI MASMIRAH. Seorang penyebar agama islam Lombok yang dianggap tokoh serba bisa.Menurut sebagian orang tua
dulu mengatakan bahwa dalang lombok yang
pertama adalah seorang ulama dari Jawa
yaitu Kanjeng sunan Perapen Putra
kanjeng sunan giri .Sedangkan menurut para Budayawan Lombok ,Dalang yang
pertama di lombok Adalah Kiyayi Sanga Pati.Dari semua pendapat dan ceritera
tersebut di atas kiranya dapat kita simpulkan bahwa sosok dalang pertama di
lombok adalah sosok Ulama penyebar Islam pertama di Pulau lombok,Dari Gambaran
Sosok dalang Lombok kiranya kita dapat mengambil kesimpulan bahwa dalang lombok
yang pertama adalah orang yang cukup
bepengetahuan lengkap dan memiliki
Keimanan yang tinggi sehingga gerak langkah dan tingkah lakunya di jadikan
panutan serta sangat di kagumi oleh Masyarakat lombok. Salah satu contoh kisah
Kiyayi WALI, yang memiliki kisah pembuatan wayang, Konon Kiyayi wali bertempat
tinggal di adaerah pujut Lombok tengah dikisahkan bahwa Untuk memenuhi hajat masyarakat untuk
mengadakan pertunjukan wayang kulit atas perintah kanjeng syeh gaus Abdurrazak
digunung rinjani ,agar pengulu alim
mengadakan pertunjukan wayang kulit di Rambang Dengan memohon agar Kiyayi sanga peti siap
menjadi dalangnya,supaya hujan yang sudah tujuh tahun tidak kunjung datang ,bisa
segera membasahi gumi sasak.Konon
diutus lah seorang murid menghadap kiyayi wali dengan membawa tiga lembar kulit
kerbau untuk di buatkan wayang . setelah berjarak lima belas hari kembali
Pengulu alim memerintahkan murid yang kemarin membawa kulit untuk mengambil
wayang jadi buatan Kanjeng Kiyayi Wali.Namun sang murid sangat kesal dan kecewa begitu melihat kulit yang dulunya dibawa
ternyata masih belum di pindahkan dari tempat dimana sang murid menaruhnya
waktu datang mengantar.Tapi sang Kiyayi Wali dengan lembut berkata kepada sang
Utusan Nak bawalah kembali kulit ini
kepada Kanjeng Sangupati , katakan padanya bahwa apa yang diharapkan kanjeng
Sangupati sudah ada pada kanjeng sendiri , salam takzim dan sampaikian maafku kepada kanjeng Sangupati
agar pergrlaran dilaksanakan dengan segera kasihan ummat gumi sasak tidak punya
air.Sang utusan dengan rasa kiecewa namun tidak berani menampakkan kekecewaan
dan kekesalanya, pamit berangkat dengan memikul kulit yang sejak semula di ikat
sedemikian rupa .Singkat ceritera sang utusan melampiaskan kekesalanya kepada
kanjeng Sangupati. Dengan sikap kesal tanpa bicara sepatah kata sang utusan
melempar gulungan kulit ketanah.tepat dihadapan pangeran sangu pati.Alangkah
terkejutnya sang utusan menyaksikan keajaiban luar biasa ,kulit yang di lempar
tenyata gugur dan pecahannya menjadi
potongan wayang yang sudah terukir dengan tatahan dan warna yang cukup inadah.Sang
kanjeng sangupati tersenyum kecil
melihat sikap utusanya yang kesal dan kini berubah menjadi takjub keheranan
menyaksikan keanehan yang tidak pernah di sangka sama sekali.Demikianlah
sekilas kisah pembuatan wayang lombok pertama sehingga dia punya bentuk
tersendiri tidak sama dengan bentuk
wayang daerah lainya seperti awayang bali jawa sunda dan lain lain.Selanjutnya
wayang tesebut konon dulunya menjadi wayang jerowaru dan di
pegang serta didalangi oleh
almagfirullah tuan guru haji
Mutawalli. Kabar lain mengatakan wayang tersebut di simpan di Desa
sakra. Dan kemudian ceritera tentang
keberadaan wayang tesebut menjadi kabur dan sekarang penulis tidak dapat menjelaskan dimana rimbanya.Demikian sekilas kisah kanjeng
Kiyayi Wali dan kanjeng Sangapati serta pengulu alim dalam memperjuang kan
nasib manusia.Selanjut kisah dalang terhenti setelah sangupati mengelar wayang
di Rambng setelah itu jabatan dalang di pegang
ole berbagai tokoh termasuk perwangsa Lenek, bangsawan Genter ,batu
dendeng pujut dan sakra Kuripan gerung dan cakra Negara . </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 9pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">Disaat pemerintahan anak agung cakranegara
tedengarlah seorang dalang wayang sasak
beragama Hindu Bernama I.Nengah
Goang yang oleh sebagian masyarakat lombok menyebutnya dalang Goang.Karena keahliannya
memainkakan wayang sasak sehingga dazaman anak agung sang dalang di curiagai
oleh anak Agung kalau dia adalah orang
Isalam.Karena kecurigaan para pembesar Istana Karangasem cakra Negara sang dalang sering di uji coba baik dengan
cara politik mauapun dengan cara Mistik. Dengan
cara mistik ,Dalang Goang konon sering
kali di undang pentas Wayang oleh bangsa
jin .Dikisahkan suatu saat datang lah Seorang pengundang pentas di waktu malam
hari kerumah sang dalang, dan beliau
menyanggupinya untuk pentas besok pada malam jumat keliwon.mengingat
bayarannya lumayan sang dalang pun
antosias untuk pentas tanpa piker sang Dalang berangkat begitu di jemput setelah malam tiba ,pergelaranpun berjalan lancer dan
cukup meriah terdengar dari dalam panggung suara
sorak sorai dan tawa penonton
yang diringi tepuk tangan yang ramai , semakin antosiaslah sang dalang
mengeluarkan berbagai lelucon dan di
tambah ceritera wayang yang cukup di gemari. Singkat ceritera pagi pun tiba di
tandai dengan suara kokok ayam jantan yang menunjukkan waktu menjelang
subuh.Pementasanpun berhenti.Alangkah kagetnya sang dalang ketika menyaksikan semua peralatan termasuk
para sekahe berada di tengah semak
belukar pinggir hutan lebat. Untung sang dalang
orang berpengalaman disetiap
wilayah sehingga dapat dengan mudah
mengajak kerunya pulang dengan
kecewa sambil merasa geli seakan ada sedikit rasa lucu campur kesel
dalam hati.Singkat kata sang dalang pun menelusuri ternyata sang jin pun di
suruh oleh pembesar Iastana karang asem cakra Negara. Begitu Ki Nengah goang
tahu, sadarlah bahwa hal ini akibat
kecurigaan anak agung terhadap
keberadaan sang dalang. Dari ceritera ini Kidalang goang berpesan kepada anak cucunya agar selalu waspada dan supaya
tetap ingat agar semua dalang jangan
memyanggupi pementasan wayang yang
dibicarakan pada malam hari Pamalik kata orang jawa Maliq kata orang lombok.
Sejak kejadian ini di katakana tabu membicarakan akat pentas wayang pada Waktu
Malam hari.</span><br />
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">Secara politik I.Nengah goang dikisahkan pernah suatu saat di perintah
untuk mengadakan pergelaran wayang kulit dalam rangka menghibur keluarga Istana dan Rakyat,di alun alun
Istana.Karena ini perintah Anak Agung Sang dalang pun tidak berani menolak
pementasan pun di jalankan dengan pesan
anak agung agar dalang membuat semua penonton tertawa terbahak karena kelucuan
sang dalang ,Pergelaran dimulai setelah
ada perintah dari petugas Istana.Sementara petugas Intana kerajaan
karang asem berpencar untuk mengingatkan kepada semua hadirin agar semua mengingat
pesan petugas masuk lapangan untuk tidak tertawa menyaksikan kelucuan sang
dalang,karena siapa saja yang sampai terdengar tertawanya akan dihukum bunuh
oleh anak Agung.Lambat laun Kidalang pun menjadi curiga ,setelah berupaya untuk
mengeluarkan Adegang lucu namun tak ada seorangpun yang terdengar tertawa tidak
seperti kebiasaannya mengadakan
pergelaran. Sang dalangpun menyuruh salah seorang turun melihat ada apa dilapangan .Pahamlah sang dalang bahwa di alun-alun ada yang tidak beres, ditambah
lagi dengan hadirnya Anak Agung kelihatan mengawasi penonton dengan ancaman bagi yang terdengar tertawa.
Suasanapun menjadi lengang bagaikan tidak ada orang yang ikut menonton ,keadaan
sebagaimana yang sering di ucapkan sang
Dalang yang mengatakan”Lir kadi tanana Pangarungu Pangarengah ,tanana hikang
kumawani nembung rerasan,Lir pedah bumi suwung tanpe kahuripan “.Alangkah
kecewanya sang Dalang sambil berpikir
keras bagaimana caranya agar dapat membuat semua penonton tertawa terpingkal
pingkal,bila perlu Anak Agung sekalian
tidak dapat menahan tawanya,.Seketika Kidalang menemukan Ide jitu .yang menurut
perhitungannya tidak mungkin orang akan mampu menahan tawanya terlebih lagi
setelah lanjutan aksi ini di
pertontonkan. Ternyata hayalan dalang menjadi kenyataan. Namun dengan ide
pertama hanya Anak agung yang tertawa terbahak bahak begitu melihat sang dalang
beraksi merobek kelirnya sambil menari mengikuti irama gending tetabuhan sekahe.Nampak terlihat para Penonton masih
tidak berani mengikuti Anak Agung tertawa ,maka sang dalangpun melanjutkan
aksinya yang kedua ,sang dalang lagi-lagi membuka kainnya sambil menari,Dengan
Adegan ini ternyata tidak ada satupun penonton yang mampu menahan diri untuk
tertawa,dan bubarlah semuanya dengan penuh suara tertawa terpingkal pingkal
bahkan tidak jarang orang –orang yang sakit perutnya ,dan banyak pula orang
yang terkencing-kencing dengan kelucuan yang di perbuat sang dalang terlebih lagi demi menyaksikan
alat kelamin sang dalang yang masih tertutup kelopak karena tidak pernah di
sunat sebagai mana layaknya orang sasak.Demikianlah kisah dalang I.Nengah Goang
dizaman anak Agung Raja Karang Asem Cakra Negara. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 9pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">Selanjutnya setelah anak agung, terdengar lagi Kisah
dalang seperti Dalang kuripan dalang
Bangket dalem Kediri, Dalang Gunung malang
Lombok Barat, sedangkan di lombok tengah juga terdapat dalang Seganteng
,dalang jelantik dalang bon jeruk Peringga Rata dalang pujut dan lai-lain.
Begitu juga Dilombok timur kita pernah mendengar Dalang Kembang Kuning, Dalang
Sakra Dalang Aiq Anyar dalang lenek dalang penendem dalang terara dan dalang
Peringga Baya. Sampai saat ini Bertambah lagi kemunculan dalang di berbagai
tempat bagaiakan menjamur .Namun Citranya tidak lagi seperti dalang pemula ,di
gumi sasak kini nilai dalang mulai bergeser jauh meninggalkan porosnya lagi
lagi dalang kini di nilai lebih identik
dengan kenegatipan seperti peminum,
pemain perempuan, penjudi ,penyihir dan segudang kenegatipan. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 9pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">Dari berbagai contoh dalang dan berbagai urain di atas kirany kita dapat
simpulkan bahwa dalang adalah orang –orang yang memiliki Ilmu pengetshusn ysng berlandaskan karakter
Ketuhanan mendalam sehingga banyak hal hal yang sulit di terimaakal sehat
,mengenai banyak hal yang dapat di pertunjukkan oleh sang dalang. Pada zaman
Dalang Anji songak Misalnya banyak di ceriterakan tentang pengalaman
orang-orang yang menjadi sekaha bahwa
Kidalang Anji sering secara
tiba-tiba di wakili Pengerepat kanannya terutama dalam lakon laga dalam
ceritera Wayangnya. Konon dia dibawa naik oleh Penantangnya saat sedang
mendalang konon Sengaja membuat adegang Perang ramai sehingga penonton yang
menyaksikan peperangan wayang tidak mengetahui kepergian sang dalang
meninggalkan semoa kegiatannya untuk melayani musuh yang menantangnya.Mereka
naik meninggalkan panggung melalui sebatang
bambu panjang di sebelah kanan muka
sengaja di dirikan , itulah sebabnya harus ada sebatang bambu. Disamping
ceritera gangguan serius seperti yang dipaparkan diatas ada juga gangguan yang
sipatnya iseng oleh penonton dari bawah panggung.Konon pada suatu saat pernah
penonton yang mendengar menjadi kebingan . Hal ini di sebabkan kerena iseng
dari penonton ,Demi melihat sang dalang duduk dengan mencari celah agar gampang kencing ketika keadaan sedang
tidak mungkin di tinggalkan sang dalang,disisi lain sang dalang ingin sekali
buang air kencing sang dalang pun membiarkan alat kelaminya keluar lewat bawah
tempat duduk sang dalang,Sang penonton pun tertimpa air kencing sang dalang
sang penontonpun menjadi agak kesel Sang penontonpun menanti saat yang tepat
untuk mengerjai sang dalang.Secara kebetulan ceritera wayang sedang mengadakan
gundem raja Jayang rana,Saatnya jayang rana sedang mengatakan :Kakang humarmaya
,lumiring akena saria metu mering paseban.Umarmaya semestinya menjawab dengan
nada halus. Tapi karena alat kelaminnya di sentik oleh penonton dari bawah
ahinya tanpa sadar sang dalang menyahut dalam memerankan umar maya dengan kata
Eh anak basong kan
otak lesekte siq. Meq jeletik. Penontonpun
menjadi bingung.tapi ada juga penonton yang jeli mengusir orang yang mengganggu
sang dalang, kesalahan tersebut segera di perbaiki sang dalang sehingga
pementasan dapat berlangsung dengan baik sesuai harapan penonton.Sejak saat itu
dalang anji selalu menggunakan penutup kotak
wayangnya yang di jadiakn tempat duduk berdalang. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 9pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">2. PENGERTIAN DALANG</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 9pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">Secara bahasa, DALANG artinya
Pengatur, pengatur mbunyi, bergerak dibalik layer, orang yang memainkan wayang dan
pengatur lakon, pengisi suara.demikian menurut kamus besar bahasa Indonesia. Menurut bahasa Indonesia kata dalang berasal dari kata: DAHYANG yang berarti penyembuh segala penyakit. Sebagian orang mengatakian kata dalang berasal dari bahasa arab yang di
indonesiakan,kata daalang adalah turunan dari kata dalil yang artnya dasar. Alas atau asal. Dalam bahasa Jawa dalang
di artikan ngudal piwulang yaitu menyampaikan berbagai macam ilmu ,baik ilmu nyata maupun
ilmu gaib ,ilmu biasa maupun ilmu yang diyaqini
mempunyai tuah seperti ilmu sihir
maupun ilmu penyembuh sihir itu sendiri.
Itulah sedikit arti kata dalng
yang mampu kami papar kan
daalam tulisan ini.Adapun yang dimaksud dalang
secara pengertian adalah: </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 9pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">A. Dalang dalam pengertian khusus.</span><br />
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">Secara kebiasaan ketika orang
menyebut dalaang ,maka yang dimaksud adalah dalang wayang kulit ,wayang golek ,atau wayang orang
yang oleh orang lombokbiasa disebut wayang
wong. Dari berbagai macam wayang ini, dalang adalah sebagai pemimpin kelompok sekali gus penguasa dalam
bebagai hal dalam kelompoknya. Karena dalang
dalam hal ini adalah orang paling di percaya memiliki berbagai keahlian
baik dibidang seni maupun bidang lainnya secara keseluruhan.Bahkan tidak jarang orang beranggapan bahwa seorang
dalang adalah seorang yang memiliki
berbagai ilmu yang mumpuni dalam kontek ini dalang adalah orang yang sangat
ditakuti dihargai dan sekaligus di hawatirkan ,karena bisa saja dia menyihir
orang dan lain sebagainya.Demikian pandangan umuim tentang dalang,disamping
anggapan positif tentang dalang di
bangsa sasak dianggap sebagai orang yang hidup bebas tanpa ada ikatan norma
sosila,dalang sangat identik dengan pelaku
kejelekan,seperti pemain perempuan ,peminum arak tukang sihir,penjudi
dan masih banyak tindakan negatip yang di peruntukkan bagi dalang sasak pada
khususnya.Inilah yang penulis sangat sayangkan,karena penulispun pernah sempat
beranggapan demikian karena semua dalang
dilombok tidak dapat dipisahkan dengan minuman keras,judi, main perempuan.
Harapan penulis kepada semua dalang lombok,
mari kita sedikit mengurangi tanggapan negative masyarakat terhadap
dalang kasian dalang adalah orang sangat kita kagumi ilmunya karena tidak
mungkin seseorang menjadi dalang jika dia tidak orang pintar terutama di bidang
pewayangan.Wajar saja dalang diremehkan masyarakat karena sang dalang terkadang
tidak menyadari dirinya di jadikan panutan oleh pengagumnya.yang selanjutnya
sang pengagum meniru kebiasaan sang dalang ahirnya sang pengagum tetap merasa
benar selama melakukan perbuatan yang tidak bertentangan dengan perbuatan pigur
yang dikagumi</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">B. Pengertian dalang secara umum.</span><br />
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">Dalam pengertian secara umum,Dalang adalah ; seseorang yang melakukan
sesuatu kegiatan dengan tersembunyi,baik itu sekedar perbuatan atau perkataan,
dalam pengertian ini sebenarnya sudah tidak asing dari pengalaman setiap orang
baik langsung maupun tidak langsung.orang sering mengucapkan kata ,,dialah dalang semua ini,, dan kata ini
sering kita dengar ditengah kehidupan kita sebagai masyarakat umum.Jika kata
dalang kita kait kan dengan kehidupan sehari hari,maka dalang tidaklah perlu
memiliki keahlian,cukup dia mau melakukan sesuatu dengan menggunakan keahlian
orang lain dan atau kemauan orang lain atau keberanian orang lain..dari
pemaparan di atas dapatlah kita katan bahwa dalang adalah orang yang melakukan
sesuatu dari balik sesuatu, asal jangan dia yang nampak berbuat . apakah
perbuatan itu baik maupun perbuatan jahat sekalipun. Dalam kehidapan di tengah
masyrakat dalang lebih banyak berperan ketika perbuatan itu bertentangan dengan
kebaikan.jarang kita lihat seseorang
menjadi dalang dalam kebenaran,karena
sudah kodrat manusia ketika berbuat baik
jarang yang mau bersembunyi
padahal Alloh maha gaib DIA
sangat senang terhadap kebaikan yang tersembunyi.Tidakjarang orang beralasan
demi si ar islam padahal terkadang dalam hati kecil demi popularitas agar semua orang tahu dia orang baik.Mungkin
saja pemaparan penulis keliru atau penglihatan
penulis yang salah entahlah yang jelas
dalang dalam kebaikan jarang
terlihat sedang kan dalang dalam kejahatn sering terdengar.demikian lah
pemahaman kami tentang dalang secara
umum. Dengan cara politik dikisahkan I.Nengah Goang
pada suatu saat di perintah anak Agung karang asem Untuk menghibur keluarga
Istana.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">3. KARAKTER DALANG.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">Menurut
pandangan kami dalang adlah seorang yang memiliki keistimewaan dalam berbagai
hal maupun kedaan,mungkin saja ada
pandangan lain tentang dalang namun
dalang jarang bisa di raih oleh seseorang walaupun terkadang seseorang nampak dalang karena bisa
memainkan wayang dan atau bisa mengisi suara dalam pentas derama dan lain lain.tapi dalang yang sebenar nya jauh dari sekedar mampu
memainkan sesuatu,melainkan dalang menurut hemat penulis adalah sosok maha guru
dalam segalahal baik di bidang seni, kemampuan
keterampilan maupun perilaku.karena seyogyanya dalang mampu menjadi panutan dalam segala
bidang.paling kurang seorang dalang adalah :karakteristik yang memiliki Iman, Ilmu,dan seni. hal ini sesuai dengan
pemaparan imam gazali hujjatul islam dalam kitab mempertajam mata hati,, dikatakan </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">-Dengan iman hidup
jadi terarah</span><br />
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">
-Dengan ilmu hidup menjadi mudah. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">-Dengan seni hidup menjadi indah</span><br />
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">Sepanjang pengamatan kami keindahan inilah yang menjadi tujuan hidup
manusia.itulah yang sebenarnya yang di tuju oleh setiap tindakan manusia apakah
perbuatan itu baik ataukah perbuatan itu jahat menurut pandangan umum yang jelas mereka ingin memperoleh keidahan
dalam kehidupannya,apakah keindahan semu ataukah ke indahan nyata.Itulah
kiranya seorang dalang dia memiliki karakter yang dapat di mamfaatkan oleh orang banyak baik secara langsung maupun
tidak langsung karena mereaka memiliki karakter yang bisa di gugu dan di tiru.
Inilah tugas dalang dia mampu menebar pesona di tengah masyarakat
umum lewat kemampuannya dibidang
kedalangannya. Jika sang dalang
kembali kepada karakternya tentunya
tidak pernah ada orang yang berani menganggap dalang remeh.kembalikan citra dalang dengan
mengkarakteri karaktrer dalang itu
sendiri. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">4. KEAHLIAN PENDUKUNG DALANG</span><br />
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;"> </span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: x-small; line-height: 150%;"><span style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;">Banyak hal yang sebenar nya di butuhkan sebagai
pendukung untuk kelengkapan seorang dalang mengingat dalang merupakan seorang
nara sumber dalam berbagai hal atau keperluan hidup terutama sekali dibidang
pewayangan dan sejenisnya.Untuk hal tersebut tentunya sangat dibutuh atribut
pendukung sehingga seorang dalang dapat di terima dengan senang sebagai penghibur
sekaligus</span></span><span style="font-size: x-small; line-height: 150%;"> pembimbing
serta penyampai imformasi positip di tengah tengah masyarakat,atau halayak umum
dalam setiap situasi dan keadaan.setiap tempat.Adapun keahlian pendukung yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah
sesuai dengan gambaran kearifan seorang tokoh dalam kitab kotara gama ,dimana
dilamnya di jelaskan bahwa, seseorang yang bisa mengayomi masyarakat apabila
seseorang memiliki beberapa seperti Ilmu Agama,Ilmu pengethuan umum termasuk
ilmu hukum, Ilmu sosiologi memiliki ke
kayaan dan seorang yang bersifat pemberani.Demikian juga dengan seorang Dalang
paling tidak dia harus menguasai empat
macam ilmu yaitu: </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">-Ahli ceritera</span><br />
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">-Ahli
Bahasa</span><br />
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">-Menguasai Gending atau ahli seni</span><br />
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">-Memiliki
Ilmu agama dan ilmu Hukum </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">-Memiliki Ilmu pengethuan
social.</span><br />
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">A.Ahli
ceritera.</span><br />
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">Keahlian dibidang ceritera merupakan
modal pokok yang mutlak wajib di miliki seorang dalang karena dalang pada dasarnya adalalah seorang
ahli dalam menyampaikan berbagai
ceritera yang di inginkan oleh seseorang atau kelompok orang ditengah
masyarakat,yang oleh orang jawa dahulu orang seperti ini di sebut ,,SAMAN,,saman ini menyampaikan ceritera
dengan mengaktipkan gerakan atau terkadang mempergunakan alat Bantu sehingga orang dengan cepat menangkap isi
ceritera yang disampaikan oleh sang saman tersebut.Penguasaan ceritera bagi seorang saman sudah tidak perlu di
persoalkan lagi karena tidaklah saman
jika dia tidak mengantongi seribu satu ceritera..Dalam penguasaan ceritera dalang
adalah sama dengan saman .karena dalang menggunakan alat khusus dalam
menyampaikan ceritera sehingga disebut dalang sedang kan saman cukup dengan penguasaan ceritera
dan mempergunakan alat Bantu seadanya. {wikifidia ensiklopedi bebas }kiranya
tidaklah jauh menyimpang jika seorang dalang sama dengan saman atau wira ceritera
sebagaiman penjelasan di atas, justeru semua istilah di atas mengacu kepada
penguasaan berbagai ceritera .itulah
kiranya sehingga seorang dalang adalah orang memiliki segudang ceritera yang
siap di ceriterakan terhadap halayak dengan cara yang sangat disenangi orang.Oleh karenanya
seorang dalang mutlak sebagai ahli ceritera dengan menggunakan alat yang sudah
disiapkan.. Sebagai ceritra pokok
yang mutlak harus di kuasai dalang sasak adalah certera serat menak, di tambah
dengan berbagai ceritera dalam bentuk parigan, seoerti Bang bari, Kabar sundari Kabar melayu Ceritera Rengganis Sideralam dan
sederetan ceritera parigan wayang sasak lainnya.Selanjutnya apa yang
merupakan suguhan agar dapat di jadikan contoh dan sekaligus
tontonan yang menjadi tuntunan hidup bermasyarakat berbangsa dan beragama.Oleh
karenanya seorang dalang adalah orang yang mampu memberikan conto teladan yang
fositif ditengah kehidupan bermasyarakat,karena di senantiasa menyampaikan
,mengajak, memberikan contoh kebaikan
dan kebenaran terhadap penontonya . </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">B. Ahli bahasa </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">Seorang dalang sangat di tentukan baik tidaknya dengan kemampuan nya di
dalam berbahasa,baik dari jenis bahasa maupun langgam suara dalam berbahasa dan sekaligus kemampuan mengolah vocal dalam
berbahasa. Seorang dalang harus mampu mempergunakan berbagai bahasa local
maupun berbagai bahasa nasional sehingga siapapun yang mendengarkan dalang dia
mengerti apa yang sedang di bicarakan sang dalang.Kiranya penguasaan bahasa
sorang dalang senantiasa menjadi tolak ukur popularitasnya. Semakin banyak
bahasa yang di kuasai maka akan semakin
populerlah dia,itulah sebabnya penulis
sangat mengharapkan dalang yang akan dating lebih banyak menguasai bahasa sehingga dalang tidak
bagaikan katak dalam tempurung sebagaiman apa yang sedang di alami oleh dalang
sasak saat ini.dan pada ahirnya wayang sasak hanya popular di lombok saja tidak
dapat di terima oleh orang bali karena tidak mampu berbahasa bali dengan baik ,
begitu juga wayang lombok tidak dapat diterma oleh orang sumbawa bima dompu
akibat dari sang dalang tidak mampu berbahasa sumbawa bima dan dompu .Melalui
tulisan ini liranya kami banyak berharap
terhadap dalang lombok yang menyeluruh tidak hanya terbatas sampai dilombok
saja tapi bisa menasional dan bahkan
menginer nasional seperti kebanyakan dalang jawa saat ini.Dengan demikian tidak
lah perlu di hawatirkan akan perkembangan wayang sasak yang saat ini
hidup segan matipun tak hendak. Dengan penguasaan bahasa yang cukup
kiranya wayang sasak bisa bangkit kembali seperti sedia kala .Alangkah ruginya bangsa sasak
jika budaya wayang ini sampai tamat hingga disini., pemerhati budaya apa gerangan yang sedang baginda lakukan untuk wayang mu, akankah
dibiarkan budaya yang berjasa ini seperti saat ini ? seakan tak ada lagi orang yang menyebut wayang dalam
berbagai upacara, wayang saat ini bagaikan sedang tidur panjang dan tak pernah
dibangunkan dari tidurnya yang asik. dalam kesendirian tanpa ada orang yang
coba membangunkannya. Karena kalah dengan kemajuan tehnologi mutkhir saat ini..
ini semua disebabkan keadaan sang dalang yang tidak mampu membangkitkan minat masyarakat akibat keterbatasan bahasa
yang di kuasai oleh dalang sasak pada umumnya. Sementara ini dalang sasak
merasa puas dengan kemampuannya
berbahasa wayang tanpa pernah ada dalang sasak yang mencoba menerobos
dunia luar dengan mencoba mempelajari bahasa luar seperti bahasa inggris bahasa
arab bahasa prancis cina jepang belanda
dan lain-lain.Kirnya denganberagamnya penguasaan bahasa sang dalang wayang sasak bisa kembali degemari orang secara
umum.akhirnya bahasa sangat menentukan ketika bahasa didukung dengan keahlian mengolah vocal dengan lagu suara
yang menarikhati penontonnya. .Jika paparan di atas kita perhatikan maka ada
berbagai hal yang barkaitan dengan bahasa harus di kuasai oleh se orang dalang
seperti macam bahasa, lagu bahasa, vocal, tata bahasa, dan jenis bahasa .Kiranya dengan beberapa hal
penting tentang bahasa cukuplah bagi seorang dalang untuk melengkapi
keberadaannya sebagai seorang dalang.</span><br />
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">B.a..Macam bahasa </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">Macam bahasa yang harus dikuasai
seorang dalang hendaknya tidak terbatas pada bahsa wayang sebagaimana dalang sasak
saat ini namun semestinya
menguasai bahasa siji sedasa
sebagaiman yang sering di ungkapkan sese orang di bidang tembayun.. untuk lebih
jlasnya rangam bahasa yang mutlak harus dikuasai adalah:</span><br />
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">1. Bahasa Kawi karena
bahasa ini yang dipergunakan dalang sasak dalam melaksanakan tugas nya
sebagai dalang. Oleh karenanya inilah
bahasa pokok yang harus dikuasai</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;"> 2.
Bahasa Halus atau bahasa dalem yaitu bahasa yang sering di pergunakan oleh
orang sasak bila sedang berbicara dengan bangsawan sasak atau orang pembesar,dan inilah yang dipergunakan oleh
dalang sasak sebagai bahasa parekan atau panakawan jika berbicara dengan tokoh –tokoh wayang sasak.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;"> 3. Bahasa lokal,yaitu bahasa setiap desa
yang ada di pulau lombok mengingat dipulau lombok langgam bahasa atau lagu
bahasa setiap desa di lombok berbeda walau
dasar katanya tidak jauh berbeda. Penguasaan berbagai bahasa sasak sangat di perlukan untuk lebih semaraknya
lebih lebih dalam melakonkan banyolan
atau lawakan . dan terkadang ini yang
menjadi daya pikat bagi penonton masyarakat
sasak.Sebagai acuan untuk tidak
terlalu membingungkan tentang perbedaan bahasa dalam keragaman bahasa sasak
penulis menukil pendapat Drs. Hajji lalu
azhar tokoh budayawan sasak dalam bukunya yang berjudul muatan local bahasa
sasak buku pelajaran bahasa sasak SD. Kelas VI
di katakana bahwa bahasa sasak di bedakan menjadi empat dialek yaitu;
dialek selaparang, dialek Pejanggik, dialek Pujut dan dialek Bayan. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;"> 4.Bahasa Indonesia atau bahasa melayu biasanya dijadkan sebagai bahasa pengantar oleh
seorang dalang lebih-lebih ketika pentas di kota atau diluar lombok.selanjutnya
bahasa indonesia mutlak harus di ketahui banyak oleh seorang dalang sasak
sebab bahasa iandonesia sebagai pokak bahasanya sekaligus
sebagai bukti bahwa dia memang merupakan
cirri utama yang menunjukkan dirinya sebagai bangsa Indonesia karena kata orang
bijak “Bahasa menunjukan Bangsa”.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">5. Bahasa asing seperti bahasa inggris, bahasa arab, bahasa cina, bahasa
prancis dan bahasa jepang bahasa belanda
dan lai-lain.penguasaan berbagai bahjasa ini
sangat mendukung bahkan sekaligus akan menjadikan dia lebi popular di
seantero belahan dunia sebagaimana yang telah di kemukakan diatas.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">B.b.Lagu bahasa</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">Lagu Bahasa atau dialek dalam bahasa sasak pada khususnya sangat
beraneka ragam. Penguasaan setiap lagu bahasa sasak akan menjadi sangat lucu ketika di jadikan
sebagi bahan banyolan oleh se orang
dalang sasak .misalnya bahasa Rumak, kediri gerung gunung malang Penarukan
bahas Pujut Basa Peraya Bahasa Murbaya Basa Kopang Basa,terara,suradadi, basa
sikur basa masbagik, lendang nangka basa dasan lekong pauq lomboq basa
Pohgading Peringgabaya.Bahasa Selong
kelayu, pancor, Sakra Rumbuk Songak Denggen Keselet, Montong tangi Basa Lenting
Gereneng Sampai Bahasa Peneda gandor dan masih banyak lagi bahasa Desa yang
tidak mampu penulis sebutkan.Semua desa tersebut sebagai mana
kita ketahui memiliki lagu bahasa yang berbeda beda sudah pasti akan kdengaran
lucu ketika basa desa yang satu diperdengarkan di desa lainya. sehingga
penguasaan lagu bahasa sasak menurut hemat kami akan memiliki daya tarik
sendiri ketika di dengar oleh orang berasal dari desa lain yang tidak memiliki
lagu bahasa yang sedang di lakonkan ole tokoh panakawan wayang dalam pegelaran.Demikian juga ketika
seseorang menggunakan bahasa Indonesia dengan lagu bahasa Songak lombok timur atau
bahasa Gunung malang lombok barat tentu akan kedengaran sangat menghibur
pendengarnya .Tentu akan semakin lucu ketika seorang berbicara bahasa Inggris
dengan menggunakan lagu bahasa Dasan lekong Lombok timur atau bahasa Penarukan
Lombok barat dan seterusnya.tergantung dari kemahiran sang Dalang mengolah semua yang dapat di jadikan
sebagai sesuatu yang bisa disenangi.Itulah
berbagai keahlian seorang dalang yang dapat menunjang profesinya sebagai dalang
namun menurut kebiasaan ,semunya adalah
merupakan penunjang karena tidaklah dikatakan dalang kalau belum menguasai lagu
lama yang biasa disebut tembang atau fufuh.adapun macam tembang yang harus dikuasai paling
kurang ,Fufuh sinom, Pangkur ,dang dang ,Durma,Asmaran dane,Masgumambang dan
tembang srinata. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">B.c.Vokal</span><br />
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">Vokal menurut kamus bahasa Indonesia artinya hurup hidup yang terdiri
dari: A,I U,E,O .Menurut kamus” kata-kata baku”,Masalah Vokal adalah masalah
suara .Adapun dalam kamus bahasa inggris, V okal desebut dengan menggunakan
istilah “Vowel atau Voice, yang artinya
suara.atau cara mengucapkan kata.{kamus lengkap 50 milyar inggris Indonesia
,Indonesia Inggris}.Demikian arti vocal menurut beberapa kamus bahasa.
Sedangkan yang dimaksud vocal adalah suara, yang dalam bahasa arab biasa di
sebut”shoutun atau shout”.Vokal atau suara adalah :bunyi ucapan yang dapat
didengar dan di fahami maknanya. Dalam Qaidah ilmu nahwu yang selanjutnya
dinamakan kalam yang di dinisikan dengan “Assautul mustamilu ala ba’dal
hurufilhijja’iyyah” yang artinya suara yang tersusun atas huruf huruf.
Hijja’iyah..Dalambuku pelajaran Bahasa Indonesia di jelaskan lebih lanjut
tentang Vokal bahwa dalam mengucafkan
sesuatu bahasa hedaknya vocal itu paling kurang
memiliki dua pelengkap sehingga
dikatakan vocal yang menarik yaitu :Artikulasi dan Intonasi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">- Artikulasi artinya
cara mengeluarkan suara dengan memperjelas
vocal sehingga apa yan di
ucapkan tidak mengeluarkan kata kata
yang meragukan pendengar untuk di pahami maknanya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">-Intonasi
rtnya nada suara ,hendaknya intonasi
seorang dalang secara cepat dapat di rubah sehingga pembicara antara tokoh yang satu dengan yang
lainnya dapat di bedakan dengan jelas oleh sang pendengar,intonasi seorang
dalang tidak dibenarkan monoton karena
seorang dalang mesti dapat meng intonasikan bahasa sesuai dengan karakter tokoh
yang sedang di perankan dalam berbicara. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">B.d. Tata bahasa</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">Tata abahasa atau Ilmu bahasa
yang biasa di sebut Sumantik sangat di
harus kan bagai seorang dalang untuk
menguasainya mengingat dalang akan berbicara dihadapan orang banyak agar
apa yang sedang di ucapkan sesuai dengan cara atau aturan bahasa yang sedang di
pergunakan.paling tidak dia harus tahu asal kata suatu ucapan seperti asal kata dari pertunjukan yang
artinya tontonan, tentu paling tidak dia
tahu kalau kata tersebut dasar katanya adalah tunjuk. Begitu pula kata jadian
dalam bahasa sasak misalnya ‘”Beboya an”, seorang dalang mesti
tahu bahwa kata dasarnya adalah boya dan seterusnya,ini dimaksud agar tidak
terjadi kesalah pahaman dalam pemahaman
seorang penonton. Karena secara kenyataan di lapangan tidak jarang terjadi
kesalah pahaman penonton terhadap ucapan
seorang dalang.Demikian juga terhadap bahasa lainya sepert baha sa Inggris
bahasa Arab Prancis Bahasa cina .India dan lain sebagainya.Dari sekian banyak
bahasa yang aharus di ketahui tentang ilmu bahasanya, namun yang paling penting
adalah mengetahui Ilmu bahasa Kawi atau
Ilmu bahasa Jawa kuno. Disini seorang dalang
harus tahu tentang ilmu bahasanya, lebih lebih lagi mencakup hurup dan
bacaan nya,dan didalamnya mencakup berbagai lagu bahasa yang biasa di
sebut pupuh sebagaimana yang telah di kemukakan di atas.Mengat dalam praktik
penyampaian pengaksama diawal pementasan seorang dalang membukanya dengan
menggunakan pupuh pangkur. Atau terkadang menggunakan tembang durme.Dengan
pengajum dalam penggunaan selutur
semestnya banyak dihias dengan berbagai tembang seperi dang-dang Sinom walau hanya sekedar sedikit.agar seorang
dalang mengeluarkan ucapan didasari dengan pupuh.Jika tidak demikian ,ucapan
dalang akan sepert pidato diatas podium. Tentu tidak menarik untuk di
dengar.Itualah sebabnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">B.e.Jenis Bahasa.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">Jenis
bahasa yang harus di kuasai seorang dalang tentunya sangat mendukung bagi provesinya,mengingat seorang
dalang akan memerankan berbagai tingkatan tokoh pewayangan seperti Prean Prabu
atau Raja, patih atau perdana mantra, Punggawa atao pekerja Istana dan parekan atau panakawan dan ulu balang atau rakyat
biasa. Penjenisan bahasa ini biasanya sangat menonjol pada bahasa Jawa, bahasa
Bali dan bahasa sasak, karena bahasa yang di pergunakan seorang dalang adalah
jenis basa jawa kono yang selanjutnya oleh orang sasak di namakan basa
Kawi,maka jenis bahasa jawa bali sasak mutlak harus di kuasai seorang
dalang.Jenis bahasa dalam tulisan ini adalah tingkatan bahasa sebagai mana yang kita ketahui bahwa untuk
bahasa tiga suku tersebut jenis bahasanya tidak jauh berbeda.Namun bagi dalang
sasak pada khususnya hendaknya mengetahui berbagai jenis bahasa yang harus
dipergunakan sesuai tingkat dimana dia sedang berperan.Ketika sang dalang
sedang memerankan seorang Raja dan patih tentunya Dalang menggunakan bahasa
Utama. Begitu juga ketika sang dalang memerankan serang punggawa maka mutlak
dia harus mempergunakan bahasa Madiya, dan saat sang dalang sedang berperan
sebagai panakawan atau parekan maka dalang menggunakan bahasa weisia dan
seterunya sampai bahasa sehari hari
sesuai dengan kebutuha social setempat. Khusus dalam penerapan bahasa
wayang paling kurang dalang menguasai tiga jenis bahasa yaitu bahasa Utama,Bahasa
Madiya dan bahasa weisia.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">C. Menguasai Gending atau
ahli seni. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">Penguasaan Gending bagi seorang dalang sangat
lah mutlak sebab dalam menjalankan tugasnya sebagai dalang sebagai mana kita ketahui bersama bahwa dalam
pementasan wayang ,tidak pernah terpisah dari tabuh pengiring .Dimana sang
dalang sebagai pengatur tetabuhan gending setiap lakon yang sedang di
pentaskan. Disini antara gending dengan dalang dan wayang bagaikan bumbu dengan
garam,Apapun jnis lauk yang dihidangkan atau dengan bumbu apa saja tidaklah enak jika
tidak disertai garam yang cukup.Dengan demikian seorang dalang mesti tahu
gending apa yang harus di pergunakan dalam setiap keadaan dalam menjalankan pementasan , lakon yang
sedang dipergelarkan akan di iringi dengan gending apa semuanya di atur sedemikian
rupa oleh dalang. Dalam pementasan wayang kulit sasak biasanya menggunakan
beberapa gending sebagai gending pokok dalam pergelaran wayang sasak antara
lain. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">-Gending
Rangsan </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">- Gending kabor </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">- Gending ladrang</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">-
Gending selisir</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">- Gending Perang</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">- Gending atau suling selutur</span><br />
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">-Gending mundur.</span><br />
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">Itulah nama gending pokok yang mutlak harus di kuasai seorang
dalang dalam mementaskan wayang kulit
sasak, meski masih banyak tabuh gending lain yang dibutuhkan sesuai dengan
kedaan lakon yang sedang di pergelarkan. Untuk
penguasaan gending sang dalang harus bisa memainkan berbagai alat musik yang di
pergunakan dalam tetabuhan .seprti memainkan gendang wadon, gendang lanang ,
memaikan kekajar, memainkan kenet, rerincik, kempul atau gong dan sekali gus
dapat memainkan suling panjang sebagai cirri wayang sasak dan demikian suling
pendek yang biasa di pergunakan
mengiringi gending secara umum.Itulah diantaranya gending atau tabuh yang
hendak dikuasai seorang dalang sasak dan sekaligus mamapu memainkan setiap alat
musik yang di pergunakan. Penguasaan semua gending sekali gus alatnya
dimaksudkan ,agar terhindar dari kesalahan yang nampak dalam pergelaran, kesalahan yang di
perbuat salah seorang sekaha atau
pemegang alat dapat di tutupi seorang dalang
sehingga nampak semua peserta atau sekahe terdengar provisional di bidangnya.Mengapa kesalahan
yang di bicaran? Cobalah di bayangkan jika seseorang berjaga sepanjamg malam
tentu akan banyak bebuat kesalahan dengan tidak disengaja hal inilah yang harus
diperhitungkan seorang dalang sehingga sang dalang dapat menutupi kesalahan sang sekaha atau penabuh yang di liputi
keadaan ngantuk.Demkian juga dengan
penggunaan dan penempatan tetabuhan harus betul-betul di hapal seorang
dalang Disamping tabuh pokok diatas
tentunya seorangdalang sasak juga dapat menguasai gending lain yang bisa di
jadikan selingan sebagai pengiring bebanyolan sehingga para penonton .mendapat
represing dari keseriusan menonton ceritera . dapat juga diselipkan gending
–gending penghibur lainnya seperti bejanggeran, lagu-lagu melayu dan jenis
gending tarian sepertitari oncer ,tari telek dan tari tari yang lain yang dapat
menyemarakkan acara pergelaran yang sedang di pertontonkan.Hanya saja seorang
dalang perlu membatasi diri dalam menampilkan selingan ceritera sehingga inti
pokok pementasan tidak menjadi kabur.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">D.Memiliki
Ilmu agama dan hukum.</span><br />
<span style="font-size: x-small; line-height: 150%;">Pada dasarnya semua orang berkewajiaban untukmemiliki ilmupengetahuan
yang banyak terlebih lagi Ilmu agama karena.
hanya dengan ilmu manusia bisa menempatkan diri pada posisinya dalam
menjalankan kehidupannya di dunia ini.terlebih lagi kehidupan akheratnya.Dan
ungkapan ini sudah sering kita dengar dari kalangan orang bijaksana terlebih lagi para ulama
sering menjelaskan ke utamaan ilmu
dengan sabda Nabi yang artinya ;Barang siapa yang inmgin bahagia hidup
di Dunia raihlah dengan Ilmu ,dan barang siapa yang ingin bahagia di
akherat,raihlah dengan ilmu,dan barang siapa
yang ingin bahagia dunia akhirat
raihlah dengan ilmu.( Al-Hadits )Demikian juga didalam kitab suci
Al-Qur!an sangat di anjurkan agar seseorang memiliki Ilmu.maka bagi seorang
yang menjadi dalang sangatlah diperlukan ilmu agama baik Untuk dirinya sebagai
seorang manusia terlebih lagi bagi provesinya sebagai dang yang memiliki banyak
kesempatan untuk membuat manusia menjadi sadar tentang perlunya kebaian. Dan
alangkah manisnya di dengar jika seorang dalang mampu berdakwah dan mampu
membuka dalil al-qur'an dan hadis ditengah pergelarannya.</span></div>masjidsongakhttp://www.blogger.com/profile/12717190540968208177noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4752965668518319462.post-57935066753045158642011-05-20T08:49:00.001-07:002011-05-20T08:49:50.866-07:00MAKNA LOMBOK DAN SASAKOleh : L. Pangkat Ali<br />
<br />
Sementara orang terutama dari luar lombok berpendapat bahwa, nama Pulau Lombok berasal dari nama tanaman Lombok atau Cabe Rawit yang rasanya pedas. Barangkali pendapat ini disesuaikan dengan tulisan namanya yang sekarang " Lombok " dan sesuai pula dengan pulaunya yang kecil mungil. Juga nama suku sasak, ada yang berpendapat, bahwa pada jaman dahulu, orang yang pertama kali datang sebagai penghuni Pulau Lombok, datang dengan menumpang sebuah rakit yang berarti ' Sasak ". Oleh sebab itulah maka, <span class="fullpost"> nama penduduknya dinamakan orang Sasak.<br />
<br />
Versi lain, menamakan suku Sasak ini berasal dari Sang Saka. Tulisan lain, dari seorang pujangga terkenal dalam jaman Majapahit yaitu, Prapanca menulis nama Lombok ini, Lombo' Mirah Sasak Adi " ( Almarhum H. Lalu Lukman ).<br />
<br />
Diuraikan juga pendapat bahwa, nama Sasak dan Lombok mempunyai kaitan yang erat, sehingga tidak dapat dipisahkan. Ia terjalin menjadi satu, yang berasal dari kata " Sa'sa Lombo (dari bahasa Sasak). Sa' berarti satu, dan Lombo' berarti lurus.<br />
<br />
Dalam beberapa literatur dan buku – buku lama, terdapat kata Lombo' ditulis dengan tanda (') ain, tidak memakai 'K' pada hurup akhirnya. Sementara dalam jaman Portugis, kata Lombo ditulis dengan memakai huruf ''q'' pada huruf akhirnya, menjadi "Lomboq" dan terakhirnya sesudah jaman Belanda, ditulis dengan huruf "K" pada huruf terakhirnya menjadi "Lombok".<br />
<br />
Cara menyebut atau membacanya, yang sebenarnya tidak berbunyi "O" dalam logat Jawa, tapi "o", yaitu Sa'sa Lombo" yang kemudian menjadi Sasak.Lombok',yang berarti satu-satunya lurus.Oleh karena itu,nama Lombo' ini berdiri sendiri dan selalu bergandengan .Lalu apa sebabnya kemudian kata "Sasak" dijadikan nama suku yang mendiami Pulau ini,dan kata "Lombok" dijadikan nama pulau?.Memang,antara penduduk dan pulau yang didiaminya tidaklah berpisah.Sebab,kedua kata ini memiliki kaitan .Kedua kata ini bagi penduduk Lombok mempunyai arti yang luas ,bahkan menjadi falsafah bagi penduduknya "Sa'sa" Lombo'"yang berarti secara letterlijk"satu-satunya kelurusan",karena nama ini menjadi sumber hidup dan kehidupan suku sasak yang mendiami pulau ini.</span><br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Bahasa Sasak sangat sederhana yaitutidak ada kata tempat atau nama benda,paling banyak terdiri dari dua susku kata .Kalau ada kata-kata yang terdiri lebih dari dua suku ,tentunya datang dari luar,misalnya jendela,bendera(Portugis). Demikian pula untuk mendapatkan satu nama,pikiranya sangat sederhana,misalnya untuk mencari satu nama dalam suatu pengembangan desa,tidak pernah sulit untuk mencarikan nama dari desa yang baru itu dengan nama yang muluk-muluk.Cukup menambahkan dengan kata"timur"atau "barat", misalnya nama Cakra Timur.Dalam pemecahannya lalu dinamai saja "desa Cakra Barat" atau semacamnya.Atau kalau kebetulan di tempat itu berdiri sebatang pohon,misalnya pohon asam,maka dusun yang dicarikan nama itu,cukup di namakan"Dasan Bagik" (Bagik=Asam) .Demikian pula untuk mencarikan nama baru dari benda yang baru di kenalnya ,yang datang dari luar ,umpamanya itik yang didatangkan dari Jawa,maka cukup namakan "Bebek Jawa" , "Sapi Bali" dan lain-lain.<br />
<br />
Dari segi hidup dan kehidupan bermasyarakat ,suku Sasak juga bersandar dari Sa'sa' Lombo',sebagai cermin yang dianutnya .Karena kesederhanaan itu pulalah yang membawanya kepada penyerahan diri kepada Tuhan (Tauhid).Taat kepada tuhan,taat kepada pemerintah dan taat kepada orang tua dalam arti kata yang luas.<br />
<br />
Suku Sasak sangat teguh memegang apa yang diajarkan.Demikian pula di dalam bermasyarakat.Misalnya, di dalam menganut paham beragama ,sebagaimana di maklumi bahwa ,agama Islam pada mulanya dibawa oleh salah seorang dari Wali Songo ,kira-kira pada abad XVI yaitu ,Sunan prapen .Sudah tentu apa yang di bawa yang di bawa oleh penyebarnya dalam tingkat permulaan,tidak akan sempurna ,sebagaimana yang di jalankan sekarang.Karena dalam tahap permulaan ,ia akan merupakan satu agama peralihan .Maka untuk mengadakan penyempurnaan dari generasi yang kemudian sangat sulit,karena mereka sangat taat dengan ajaran yang sudah di terimanya dari guru yang pertama tadi .Hal ini terbukti pada masyarakat yang dinamakan " Islam Waktu Telu".<br />
<br />
Contoh lain di dalam bermasyarakt ,penduduk Lombok sangat taat kepada orang tua yakni Ibu Bapak dan orang tua yang memang perlu di hormati .Misalnya ,di dalam satu kampung yang biasanya terdiri dari beberapa rumpun keluarga ,di dalam bermusyawarah atau membicarakan sesuatu ,jika orang tua atau yang dianggap lebih tua memberikan pendapat ,saran atau pandangan ,maka yang lain akan ikut pada saran atau pendapat itu.Karena berdasarkan kejujuran atau kesederhanaan ,orang yang lebih tua dan patut lebih di hormati itu tidak akan membohonginya. Itulah juga yang menjadi dasar bagi masyarakat "Waktu Telu" pada transisi bahwa, untuk menjalankan syari'at agama,lebih banyak diserahkan pada Kiyai dan Pemangkunya.<br />
<br />
Sudah tidak dapat diragukan lagi,karena ini memang sudah sejalan dengan faham di dalam agama,yaitu taat kepada Tuhan,taat kepada Rasul dan taat kepada Pemerintah.Seandainya oknum yang memduduki pemerintah itu seorang yang tidak jujur ,lalu mengelabui rakyat untuk kepentingannya sendiri,dalam tingkat pertama juga akan di taatinya. Dalam hal ini nampak merupakan kelemahan bagi mereka yang secara bulat menyerahkan persoalannya kepada seorang Pemimpin yang ternyata menipunya .Mereka juga tidak akan membuat reaksi yang berlebih-lebihan ,paling-paling mereka akan menggerutu yang dalam sesenggak sasak mengatakan "ie penje ia penjahit, ie pete ie dait, bagus pete bagus tedait, lenge pete lenge tedait", yang artinya ; bagus di cari bagus yang di dapat , buruk dicari buruk yang di dapat .Pada hakekatnya pengertiannya menyerahkan kepada Tuhan yang nanti menentukan.<br />
<br />
Paham semacam diatas, kadang-kadang kalau ditinjau dari segi bermasyarakat terutama pada zaman sekarang ini ,merupakan suatu kelemahan yang dapat saja di eksploitir oleh pihak lain.Tapi kalau di tinjau dari segi kenyakinan , pada hakekatnya merupakan suatu keyakinan iman,bahwa segala sesuatu berada di tangan Tuhan. Dari uraian hal-hal diatas itulah di simpulkan, nama suku Sasak dan Pulau Lombok ini berasal dari "Sa'sa' Lombo'" yang kemudian menjadi Sasak untuk nama suku yang menghuninya dan Lombok untuk nama pulau yang sekarang kita kenal dengan nama pulauLombok, Pulau Seribu Masjid.masjidsongakhttp://www.blogger.com/profile/12717190540968208177noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4752965668518319462.post-21911168790022329622011-05-20T08:29:00.000-07:002011-05-20T08:31:38.004-07:00SUKU SASAK DULU PERNAH PUNYA PERADABANMerekonstruksi sejarah Kerajaan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Selaparang" title="Selaparang">Selaparang</a> menjadi sebuah bangunan kesejarahan yang utuh dan menyeluruh agaknya memerlukan pengkajian yang mendalam. Permasalahan utamanya terletak pada ketersediaan sumber-sumber sejarah yang layak dan memadai. Sumber-sumber yang ada sekarang, seperti Babad dan lain-lain memerlukan pemilihan dan pemilahan dengan kriteria yang valid dan reliable. Apa yang tertuang dalam tulisan sederhana ini <span class="fullpost"> mungkin masih mengundang perdebatan.<br />
<br />
Karena itu sejauh terdapat perbedaan-perbedaan dalam pengungkapannya akan dlmuat sebagai gambaran yang masih harus ditelusurl sebagal bahan pengkajlan leblh ianjut. <br />
</span><br />
<div style="text-align: justify;">Agak sulit membuat kompromi penafsiran untuk menemukan benang merah ketiga deskripsi di atas. Minimnya sumber-sumber sejarah menjadi alasan yang tak terelakkan.</div><h3 style="text-align: justify;">Zaman Majapahit</h3><div style="text-align: justify;">Menurut Lalu Djelenga (2004), catatan sejarah kerajaan-kerajaan di Lombok yang lebih berarti dimulai dari masuknya Majapahit melalui exspedisi di bawah Mpu Nala pada tahun 1343, sebagai pelaksanaan Sumpah Palapa Maha Patih <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gajah_Mada" title="Gajah Mada">Gajah Mada</a> yang kemudian diteruskan dengan inspeksi Gajah Mada sendiri pada tahun 1352.</div><div style="text-align: justify;">Ekspedisi ini, lanjut Djelenga, meninggalkan jejak kerajaan Gelgel di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bali" title="Bali">Bali</a>. Sedangkan di <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Lombok" title="Lombok">Lombok</a>, dalam perkembangannya meninggalkan jejak berupa empat kerajaan utama saling bersaudara, yaitu Kerajaan Bayan di barat, Kerajaan Selaparang di Timur, Kerajaan Langko di tengah, dan Kerajaan Pejanggik di selatan. Selain keempat kerajaan tersebut, terdapat kerajaan-kerajaan kecil, seperti Parwa dan Sokong serta beberapa desa kecil, seperti <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pujut" title="Pujut">Pujut</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tempit&action=edit&redlink=1" title="Tempit (halaman belum tersedia)">Tempit</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kedaro&action=edit&redlink=1" title="Kedaro (halaman belum tersedia)">Kedaro</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Batu_Dendeng&action=edit&redlink=1" title="Batu Dendeng (halaman belum tersedia)">Batu Dendeng</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kuripan" title="Kuripan">Kuripan</a>, dan Kentawang. Seluruh kerajaan dan desa ini selanjutnya menjadi wilayah yang merdeka, setelah kerajaan Majapahit runtuh.</div><div style="text-align: justify;">Di antara kerajaan dan desa itu yang paling terkemuka dan paling terkenal adalah Kerajaan Lombok yang berpusat di <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Labuhan_Lombok&action=edit&redlink=1" title="Labuhan Lombok (halaman belum tersedia)">Labuhan Lombok</a>. Disebutkan kota Lombok terletak di teluk Lombok yang sangat indah dan mempunyai sumber air tawar yang banyak. Keadaan ini menjadikannya banyak dikunjungi oleh pedagang-pedagang dari <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Palembang" title="Palembang">Palembang</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banten" title="Banten">Banten</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gresik" title="Gresik">Gresik</a>, dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi" title="Sulawesi">Sulawesi</a>.</div><h3 style="text-align: justify;">Masuknya Islam</h3><div style="text-align: justify;">Belakangan, ketika Kerajaan ini dipimpin oleh Prabu Rangkesari, Pangeran Prapen, putera Sunan Ratu Giri datang mengislamkan kerajaan Lombok. Dalam Babad Lombok disebutkan, pengislaman ini merupakan upaya dari <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Raden_Paku&action=edit&redlink=1" title="Raden Paku (halaman belum tersedia)">Raden Paku</a> atau <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sunan_Ratu_Giri&action=edit&redlink=1" title="Sunan Ratu Giri (halaman belum tersedia)">Sunan Ratu Giri</a> dari Gersik, Surabaya yang memerintahkan raja-raja <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Timur" title="Jawa Timur">Jawa Timur</a> dan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Palembang" title="Palembang">Palembang</a> untuk menyebarkan Islam ke berbagai wilayah di Nusantara.<br />
<a name='more'></a></div><div style="text-align: justify;">"Susuhnii Ratu Giri memerintahkan keyakinan baru disebarkan ke seluruh pelosok. Dilembu Manku Rat dikirim bersama bala tentara ke Banjarmasin, Datu bandan di kirim ke Makasar, Tidore, Seram dan Galeier, dan Putra Susuhunan, Pangeran Prapen ke Bali, Lombok, dan Sumbawa. Prapen pertama kali berlayar ke Lombok, dimana dengan kekuatan senjata ia memaksa orang untuk memeluk agama Islam. Setelah menyelesaikan tugasnya, Prapen berlayar ke Sumbawa dan Bima. Namun selama ketiadaannya, karena kaum perempuan tetap menganut keyakinan Pagan, masyarakat Lombok kembali kepada faham pagan. Setelah kemenangannya di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumbawa" title="Sumbawa">Sumbawa</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bima" title="Bima">Bima</a>, Prapen kembali, dan dengan dibantu oleh Raden Sumuliya dan Raden Salut, ia mengatur gerakan dakwah baru yang kali ini mencapai kesuksesan. Sebagian masyarakat berlari ke gunung-gunung, sebagian lainnya ditaklukkan lalu masuk Islam dan sebagian lainnya hanya ditaklukkan. Prapen meninggalkan Raden Sumuliya dan Raden Salut untuk memelihara agama <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Islam" title="Islam">Islam</a>, dan ia sendiri bergerak ke Bali, dimana ia memulai negosiasi (tanpa hasil) dengan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Dewa_Agung&action=edit&redlink=1" title="Dewa Agung (halaman belum tersedia)">Dewa Agung</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Klungkung" title="Klungkung">Klungkung</a>."</div><div style="text-align: justify;">Proses pengislaman oleh Sunan Prapen menuai hasil yang menggembirkan, hingga beberapa tahun kemudia seluruh pulau Lombok memeluk agama Islam, kecuali beberapa tempat yang masih memepertahankan adat istiadat lama.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://i827.photobucket.com/albums/zz192/nugrohohadi/Lombok/LombokSoldier1865_2.jpg" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="259" src="http://i827.photobucket.com/albums/zz192/nugrohohadi/Lombok/LombokSoldier1865_2.jpg" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;">Sementara di Kerajaan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Lombok" title="Lombok">Lombok</a>, sebuah kebijakan besar dilakukan Prabu Rangkesari dengan memindahkan pusat kerajaan ke Desa Selaparang atas usul <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Patih_Banda_Yuda&action=edit&redlink=1" title="Patih Banda Yuda (halaman belum tersedia)">Patih Banda Yuda</a> dan Patih <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Singa_Yuda&action=edit&redlink=1" title="Singa Yuda (halaman belum tersedia)">Singa Yuda</a>. Pemindahan ini dilakukan dengan alasan letak Desa Selaparang lebih strategis dan tidak mudah diserang musuh dibandingkan posisi sebelumnya.</div><div style="text-align: justify;">Menurut Fathurrahman Zakaria, dari wilayah pusat kerajaan yang baru ini, panorama Selat Alas yang indah membiru dapat dinikmati dengan latar belakang daratan Pulau Sumbawa dari ujung utara ke selatan dengan sekali sapuan pandangan. Dengan demikian semua gerakan yang mencurigakan di tengah lautan akan segera dapat diketahui. Wilayah ini juga memiliki daerah belakang berupa bukit-bukit persawahan yang dibangun dan ditata rapi bertingkat-tingkat sampai <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan_Lemor&action=edit&redlink=1" title="Hutan Lemor (halaman belum tersedia)">hutan Lemor</a> yang memiliki sumber air yang melimpah.</div><div style="text-align: justify;">Di bawah pimpinan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Prabu_Rangkesari&action=edit&redlink=1" title="Prabu Rangkesari (halaman belum tersedia)">Prabu Rangkesari</a>, Kerajaan Selaparang berkembang menjadi kerajaan yang maju di berbagai bidang. Salah satunya adalah perkembangan kebudayaan yang kemudian banyak melahirkan manusia-manusia sebagai khazanah warisan tradisional masyarakat Lombok hari ini. Dengan mengacu kepada ahli sejarah berkebangsaan Belanda L. C. Van den Berg yang menyatakan bahwa, berkembangnya Bahasa Kawi sangat mempengaruhi terbentuknya alam pikiran agraris dan besarnya peranan kaum intelektual dalam rekayasa sosial politik di Nusantara, Fathurrahman Zakaria (1998) menyebutkan bahwa para intelektual masyarakat Selaparang dan Pejanggik sangat mengetahui Bahasa Kawi. Bahkan kemudian dapat menciptakan sendiri aksara Sasak yang disebut sebagai jejawen. Dengan modal Bahasa Kawi yang dikuasainya, aksara Sasak dan Bahasa Sasak, maka para pujangganya banyak mengarang, menggubah, mengadaptasi, atau menyalin manusia Jawa kuno ke dalam <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Lontar-lontar&action=edit&redlink=1" title="Lontar-lontar (halaman belum tersedia)">lontar-lontar</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sasak" title="Sasak">Sasak</a>. Lontar-lontar dimaksud, antara lain Kotamgama, lapel Adam, Menak Berji, Rengganis, dan lain-lain. Bahkan para pujangga juga banyak menyalin dan mengadaptasi ajaran-ajaran sufi para <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Walisongo" title="Walisongo">walisongo</a>, seperti lontar-lontar yang berjudul Jatiswara, Lontar Nursada dan Lontar Nurcahya. Bahkan hikayat-hikayat Melayu pun banyak yang disalin dan diadaptasi, seperti Lontar Yusuf, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Sidik Anak Yatim, dan sebagainya.</div><div style="text-align: justify;">Dengan mengkaji lontar-lontar tersebut, menurut Fathurrahman Zakaria (1998) kita akan mengetahui prinsip-prinsip dasar yang menjadi pedoman dalam rekayasa sosial politik dan sosial budaya kerajaan dan masyarakatnya. Dalam bidang sosial politik misalnya, Lontar Kotamgama lembar 6 lembar menggariskan sifat dan sikap seorang raja atau pemimpin, yakni Danta, Danti, Kusuma, dan Warsa. Danta artinya gading gajah; apabila dikeluarkan tidak mungkin dimasukkan lagi. Danti artinya ludah; apabila sudah dilontarkan ke tanah tidak mungkin dijilat lagi. Kusuma artinya kembang; tidak mungkin kembang itu mekar dua kali. Warsa artinya hujan; apabila telah jatuh ke bumi tidak mungkin naik kembali menjadi awan. Itulah sebabnya seorang raja atau pemimpin hendaknya tidak salah dalam perkataan.</div><div style="text-align: justify;">Selain itu, dalam lontar-lontar yang ada diketahui bahwa istilah-istilah dan ungkapan yang syarat dengan ide dan makna telah dipergunakan dalam bidang politik dan hukum, misalnya kata hanut (menggunakan hak dan kewajiban), tapak (stabil), tindih (bertata krama), rit (tertib), jati (utama),tuhu (sungguh-sungguh), bakti (bakti, setia), atau terpi (teratur). Dalam bidang ekonomi, seperti itiq (hemat), loma (dermawan), kencak (terampil), atau genem (rajin).</div><div style="text-align: justify;">Kemajuan Kerajaan Selaparang ini membuat kerajaan Gelgel di Bali merasa tidak senang. Gelgel yang merasa sebagai pewaris Majapahit, melakukan serangan ke Kerajaan Selaparang pada tahun 1520, akan tetapi monemui kegagalan.</div><div style="text-align: justify;">Mengambil pelajaran dari serangan yang gagal pada 1520, Gelgel dengan cerdik memaanfaatkan situasai untuk melakukan infiltrasi dengan mengirimkan rakyatnya membuka pemukiman dan persawahan di bagian selatan sisi barat Lombok yang subur. Bahkan disebutkan, Gelgel menempuh strategi baru dengan mengirim Dangkiang Nirartha untuk memasukkan faham baru berupa singkretisme Hindu-Islam. Walau tidak lama di Lombok, tetapi ajaran-ajarannya telah dapat mempengaruhi beberapa pemimpin agama Islam yang belum lama memeluk agama Islam. Namun niat Kerajaan Gelgel untuk menaklukkan Kerajaan Selaparang terhenti karena secara internal kerajaan Hindu ini juga mengalami stagnasi dan kelemahan di sana-sini.</div><div style="text-align: justify;">Kedatangan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/VOC" title="VOC">VOC</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Belanda" title="Belanda">Belanda</a> ke <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia" title="Indonesia">Indonesia</a> yang menguasai jalur perdagangan di utara telah menimbulkan kegusaran Gowa, sehingga Gowa menutup jalur perdagangan ke selatan dengan cara menguasai Pulau Sumbawa dan Selaparang. Dan untuk membendung misi kristenisasi menuju ke barat, maka Gowa juga menduduki Flores Barat dengan membangun Kerajaan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Manggarai" title="Manggarai">Manggarai</a>.</div><div style="text-align: justify;">Ekspansi <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gowa" title="Gowa">Gowa</a> ini menyebabkan Gelgel yang mulai bangkit tidak senang. Gowa dihadapkan pada posisi dilematis, mereka khawatir Belanda memanfaatkan Gelgel. Maka tercapai kesepakatan dengan Gelgel melalui perjanjian Saganing pada tahun 1624, yang isinya antara lain Gelgel tidak akan bekerja sama dengan Belanda dan Gowa akan melepaskan perlindungannya atas Selaparang, yang dianggap halaman belakang Gelgel.</div><div style="text-align: justify;">Akan tetapi terjadi perubahan sikap sepeninggal Dalem Sagining yang digantikan oleh Dalem Pemayun Anom. Terjadi polarisasi yang semakin jelas, yakni Gowa menjalin kerjasama dengan Mataram di Jawa dalam rangka menghadapi Belanda. Sebaliknya Belanda berhasil mendekati Gelgel, sehingga pada tahun 1640, Gowa masuk kembali ke Lombok. Bahkan pada tahun 1648, salah seorang Pangeran Selaparang dari Trah Pejanggik bernama Mas Pemayan dengan gelar Pemban Mas Aji Komala, diangkat sebagai raja muda, semacam gubernur mewakili Gowa, berkedudukan di bagian bara pulau Sumbawa.</div><div style="text-align: justify;">Akhirnya perang antara Gowa dengan Belanda tidak terelakkan. Gowa melakukan perlawanan keras terutama dibawah pimpinan Sultan Hasanuddin yang dijuluki Ayam Jantan dari Timur. Sejarah mencatat Gow harus menerima perjanjian Bungaya pada tahun 1667. Bungaya adalah sebuah wilayah yang terletak disekitar pusat kerajaan Gelgel di Klungkung yang menandai eratnya hubungan Gelgel-Belanda. Konon Gelgel berusaha memanfaatkan situasi dengan mengirimkan ekspedisi langsung ke pusat pemerintahan Selaparang pada tahun 1668-1669, tetapi ekspedisi tersebut gagal.</div><div style="text-align: justify;">Sekalipun Selaparang unggul melawan kekuatan tetangganya, yaitu Kerajaan Gelgel, namun pada saat yang bersamaan, suatu kekuatan baru dari arah barat telah muncul pula. Embrio kekuatan ini telah ada sejak permulaan abad ke-15 dengan datangnya para imigran petani liar dari Karang Asem (Bali) secara bergelombang, dan mendirikan koloni di kawasan Kotamadya Mataram sekarang ini. Kekuatan itu telah menjelma sebagai sebuah kerajaan kecil, yaitu Kerajaan Pagutan dan Pagesangan, yang berdiri pada tahun 1622.</div><div style="text-align: justify;">Namun bahaya yang dinilai menjadi ancaman utama dan akan tetap muncul secara tiba-tiba yaitu kekuatan asing, Belanda, yang sewaktu-waktu akan melakukan ekspansi. Kekuatan dari tetangga dekat diabaikan, karena Gelgel yang demikian kuat mampu dipatahkan. Sebab itu sebelum kerajaan yang berdiri di wilayah kekuasaannya di bagian barat ini berdiri, hanya diantisipasi dengan menempatkan pasukan kecil di bawah pimpinan Patinglaga Deneq Wirabangsa.</div><div style="text-align: justify;">Di balik itu, memang ada faktor-faktor lain terutama masalah perbatasan antara Selaparang dan Pejanggik yang tidak kunjung selesai. Hal ini menyebabkan adanya saling mengharapkan peran yang lebih di antara kedua kerajaan serumpun ini. Atau saling lempar tanggung jawab. Dalam kecamuk peperangandan upaya mengahadapi masalah kekuatan yang baru tumbuh dari arah barat itu, maka secara tiba-tiba saja, tokoh penting di lingkungan pusat kerajaan, yaitu patih kerajaan sendiri yang bernama, Raden Arya Banjar Getas, ditengarai berselisih pendapat dengan rajanya. Raden Arya Banjar Getas akhirnya meninggalkan Selaparang dan hijrah mengabdikan diri di Kerajaan Pejanggik.yang dulu (Kerajaan Pejanggik-red) berada di Daerah <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pejanggik&action=edit&redlink=1" title="Pejanggik (halaman belum tersedia)">Pejanggik</a> yang berada di Kecamatan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jonggat" title="Jonggat">Jonggat</a></div><div style="text-align: justify;">Atas prakarsanya sendiri, Raden Arya Banjar Getas dapat menyeret Pejanggik bergabung dengan sebuah Ekspedisi Tentara Kerajaan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Karang_Asem" title="Karang Asem">Karang Asem</a> yang sudah mendarat menyusul di Lombok Barat. Semula, informasi awal yang diperoleh, maksud kedatangan ekspedisi itu akan menyerang Kerajaan Pejanggik.</div><div style="text-align: justify;">Namun dalam kenyataan sejarah, ekspedisi itu telah menghancurkan Kerajaan Selaparang. Dan Kerajaan Selaparang dapat ditaklukkan hampir tanpa perlawanan, karena sudah dalam keadaan sangat lemah. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1672. Pusat kerajaan hancur; rata dengan tanah, dan raja beserta seluruh keluarganya mati terbunuh.</div><div style="text-align: justify;">Selaparang jatuh hanya tiga tahun setelah menghadapi Belanda. Empat belas tahun kemudian, pada tahun 1686 Kerajaan Pejanggik dibumi hanguskan oleh Kerajaan Mataram Karang Asem. Akibat kekalahan Pejanggik, maka Kerajaan Mataram mulai berdaulat menjadi penguasa tunggal di Pulau Lombok setelah sebelumnya juga meluluh lantakkan kerajaan-kerajaan kecil lainnya.</div>masjidsongakhttp://www.blogger.com/profile/12717190540968208177noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4752965668518319462.post-59983490517574283932011-05-08T01:37:00.000-07:002011-05-08T01:37:04.043-07:00PLURALISME AGAMA DAN KEYAKINAN<!--[if !mso]> <style>
v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
w\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}
</style> <![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves>false</w:TrackMoves> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--"/> <m:smallFrac m:val="off"/> <m:dispDef/> <m:lMargin m:val="0"/> <m:rMargin m:val="0"/> <m:defJc m:val="centerGroup"/> <m:wrapIndent m:val="1440"/> <m:intLim m:val="subSup"/> <m:naryLim m:val="undOvr"/> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Franklin Gothic Book","sans-serif";
mso-ascii-font-family:"Franklin Gothic Book";
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:"Franklin Gothic Book";
mso-hansi-theme-font:minor-latin;}
</style> <![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <o:shapedefaults v:ext="edit" spidmax="1027"/> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <o:shapelayout v:ext="edit"> <o:idmap v:ext="edit" data="1"/> </o:shapelayout></xml><![endif]--> <br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><b>Kekerasan dan Militansi Kelompok</b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><b>(<i>Refleksi Atas Kasus Jema’at Ahmadiyah</i>)</b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><b>Oleh: Mastur Sonsaka<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=4752965668518319462#_ftn1" name="_ftnref1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span><span class="MsoFootnoteReference"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></b></span></span></span></a></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span> </span>Kekerasan atas nama agama tak henti-hentinya terjadi dinegeri <i>Bhinneka Tunggal Ika</i> ini. Negeri yang dikenal sebagai negeri yang santun, ramah dan toleran ini tercoreng oleh sekian banyak kekerasan yang dilakukan oleh anak negeri kepada anak negeri lainnya. Secara sosio-antropologis, masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk (plural). Hal inilah rupanya yang menginspirasi para pendiri bangsa untuk menjadikan <i>Bhinneka Tunggal Ika </i>sebagai basis filosofis sebagai upaya merekatkan pluralitas bangsa Indonesia. Namun kenyataan akhir-akhir ini seakan mementahkan upaya para pendiri bangsa tersebut. Dalam masyarakat yang plural, tentu saja potensi konflik dan gesekan social selalau menjadi ancaman, karena sudah menjadi sifat dasar manusia untuk selalu mempertahankan eksistensi dan keberlangsungan spesiesnya. Freud bahkan menyebut manusia memiliki energy dasar dalam mempertahankan diri dengan istilah <i>eros </i>dan <i>tanatos</i>. Energy <i>eros</i> merupakan kekuatan untuk mempertahankan hidup dan energy <i>tanatos</i> merupakan kekuatan dan kecenderungan destruktif pada manusia. Sedangkan Karl Marx menyebut sejarah hubungan manusia dengan manusia lain merupakan hubungan saling menundukkan dan saling mengalahkan. Dalam konteks ini, perilaku kekerasan terhadap orang lain hanya akan memupuk militansi kelompok atau individu yang menjadi obyek kekerasan tersebut. Sebenarnya Habermas adalah salah satu sosiolog terkemuka abad ini yang berupaya mengikis potensi gesekan destruktif akibat pluralitas suatu masyarakat dengan konsep kunci komunikasi. Namun akhir-akhir ini konsep komunikasi yang digagas oleh Habermas tersebut telah terbantahkan, bahkan dinegeri asalnya Jerman. Negara Jerman menolak keras konsep multikulturalisme bangsa karena konsep ini mengancam eksistensi RAS, begitu juga baru-baru ini Perdana Menteri Inggris menolak konsep multikulturalisme bangsa dengan alasan yang sama. Hal ini mengandung makna bahwa kemajemukan merupakan ancaman bagi keberlangsungan suatu bangsa jika tidak disikapi dengan sikap mental yang tepat. </div><a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span> </span>Bangsa Indonesia yang memiliki sejarah sekaligus pengalaman panjang terkait kesdaran pluralitas dan multicultural pun tidak lepas dari kenyataan gesekan sosio-antropologis, mulai dari konflik antar kampung, antar etnis, konflik antar dan intra agama sampai gerakan separatis. Kasus terbaru yang sedang ramai dibicarakan adalah kekerasan yang dialami oleh jema’at Ahmadiyah Banten setelah sebelumnya juga terjadi di tempat-tempat lain termasuk di Lombok NTB beberapa bulan yang lalu. Kenyataan ini seakan mengaburkan pengalaman panjang dan sejarah panjang bangsa Indonesia atas kesdaran pluralitas bermasyarakat yang terkenal santun ramah dan toleran ini. Tentu saja kasus kekerasan terhadap jema’at Ahmadiyah ini tidak bisa dipandang dengan kacamata tunggal terkait factor pemicunya. Sebagai bangsa yang terbiasa dengan interaksi plural dan multicultural dalam membangun relasi social kemasyarakatan selama berabad-abad, sangat mengejutkan menyaksikan masyarakat Indonesia dalam konteks kekinian seolah-olah gagap dengan perbedaan. Dalam konteks inilah bangsa Indonesia terutama pemerintah sebagai penyelenggara Negara yang dijamin konstitusi harus mulai berbenah dengan meningkatkan supremasi hukum, meningkatkan kesejahteraan rakyat dan menghadirkan keadilan bagi seluruh rakyat Indoensia sebagaimana amanat Undang-undang. Sebab bukan tidak mungkin factor pemicu meningkatnya agresifitas masyarakat Indonesia yang dulunya santun, ramah dan toleran adalah frustasi social yang terakumulasi menjadi <i>paranoid social</i> (kecurigaan sosial) atas ketimpangan yang terjadi. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span> </span>Selain itu, kecenderungan dasar dari makhluk yang bernama manusia adalah mempertahankan diri dari setiap ancaman terhadap eksistensi dan keberlangsungan hidupnya, maka setiap tindakan kekerasan terhadap orang atau kelompok lain, dengan sendirinya akan menimbulkan reaksi pertahanan diri bagi orang atau kelompok yang mengalami kekerasan tersebut. Dengan logika ini, menghentikan jema’at Ahmadiyah dengan cara-cara kekerasan bukanlah cara yang tepat, karena sesungguhnya cara-cara kekerasan untuk melarang keberadaan jema’at Ahmadiyah bukan kali ini saja dilakukan dan bukan hanya di Indonesia saja, bahkan dinegeri asalnya pun yakni Pakistan, cara-cara tersebut sudah pernah dilakukan. Namun kenyataannya sampai saat ini jemaat Ahmadiyah tetap eksis malah semakin berkembang, bahkan pada kasus-kasus tertentu cenderung melakukan perlawanan. Hal ini seharusnya memberi pelajaran pada kita bahwa cara-cara kekerasan bukanlah cara yang tepat untuk menghentikan dakwah jema’at Ahmadiyah. Mengulang-ulang kegagalan sesungguhnya merupakan bentuk lain dari kebodohan dan menimbulkan <i>mudorot</i> yang amat besar dalam konteks berbangsa dan bernegara. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span> </span>Oleh karena itu, mari kita gunakan cara-cara cerdas dalam “menyelamatkan” golongan yang kita anggap “tersesat” dengan menularkan energy positif sembari menunaikan ajaran Islam yang lebih <i>kaffah</i>, sehingga iklim Islam yang <i>Madaniyah </i>dapat tercipta dibumi <i>Bhinneka Tungggal Ika </i>ini dan mengembalikan karakter bangsa yang santun, ramah dan toleran seperti cerita nenek moyang dahulu. <i>amin</i> </div>masjidsongakhttp://www.blogger.com/profile/12717190540968208177noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4752965668518319462.post-86062399020599311372011-05-07T12:10:00.000-07:002011-05-07T12:10:56.091-07:00PEMEKARAN KABUPATEN LOMBOK TIMUR: Antara Kepentingan Penguasa dan Penderitaan Rakyat<!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--"/> <m:smallFrac m:val="off"/> <m:dispDef/> <m:lMargin m:val="0"/> <m:rMargin m:val="0"/> <m:defJc m:val="centerGroup"/> <m:wrapIndent m:val="1440"/> <m:intLim m:val="subSup"/> <m:naryLim m:val="undOvr"/> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" Name="footnote text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" Name="footnote reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="http://img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" /> <style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style> <![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style> <![endif]--> <br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";">Oleh: Mastur Sonsaka</span></b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=4752965668518319462#_ftn1" name="_ftnref1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><b><span style="font-family: Symbol;"><span></span></span></b></span></a><b><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";"></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";"><span> </span></span></b><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";">Rencana pemekaran kabupaten Lombok Timur sesungguhnya telah lama diwacanakan yakni sejak kepemimpinan H. Sahdan, namun karena beberapa factor rencana itu kemudian kandas. Pada tahun 2006 Bupati Lombok Timur H. Ali Bin Dahlan, SH kembali menggelindingkan wacana pemekaran Kabupaten Lombok Timur, namun lagi-lagi entah kenapa hajat besar pemimpin Lombok Timur itu gagal lagi. Di era kepemimpinan Drs. H. Sukiman Azmy, MM dan wakilnya H. Syamsul Luthfi, SE dewasa ini, wacana pemekaran kabupaten Lombok Timur ini untuk kesekian kalinya dikomandangkan lagi. Kali ini pemerintah kabupaten Lombok Timur di bawah kepemimpinan bupati dan wakil bupati hasil Pilkada 2008 ini terkesan lebih serius dalam upaya merealisasikan gawe yang diyakini ampuh dalam mewujudkan visi dan misi pasangan ini pada saat kampanye beberapa waktu lalu yakni <i>Adil dalam Kesejahteraan dan Sejahtera dalam Keadilan. <a name='more'></a></i></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";"><span> </span>Selain itu, setidaknya ada tiga argumentasu fundamental yang melatar belakangi rencana pemekaran kabupaten Lombok Timur ini. Paling tidak hal inilah yang sering dilontarkan oleh tim pemekaran setiap diadakan sosialisasi. Tiga argumentasi tersebut antara lain: <i>Pertama</i>, mempermudah akses pelayanan public, <i>Kedua,</i> memperbesar porsi anggaran dari pusat melalui Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Yang <i>Ketiga, </i>memperluas lapangan pekerjaan. Artinya, percepatan pembangunan daerah dan percepatan tercapainya kesejahteraan rakyat rupanya menjadi tujuan akhir dari rencana pemekaran ini.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";">Untungkah Rakyat Dengan Rencana Pemekaran Ini?</span></b><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";"> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";"><span> </span></span></b><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";">Untuk menjawab pertanyaan tersebut tentu kita harus melakukan analisis yang obyektif atas kondisi Lombok Timur dan kemudian di elaborasi dengan tiga argumentasi yang menjadi latar belakang munculnya gagasan pemekaran tersebut di atas agar kita tidak terjebak pada pandangan <i>subyektif-apriori</i> terhadap rencana pemerintah tersebut, baik dalam posisi menerima ataupun menolak wacana tersebut. Artinya, masyarakat Lombok Timur harus lebih kritis dalam menyikapi persoalan yang menyangkut masa depan rakyat Lombok Timur ini.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";"><span> </span>Belajar dari daerah-daerah yang telah lebih dahulu melakukan pemekaran, kita menemukan bahwa, kurang lebih sama argumentasi yang dipakai untuk mengadakan pemekaran daerah, dan kita menemukan kenyataan bahwa tidak serta merta pemekaran suatu daerah menimbulkan pelayanan public menjadi mudah, tidak juga porsi anggaran yang besar menjamin peningkatan kesejahteraan rakyat dan lebih dari itu terbukanya lapangan pekerjaan ternyata hanya dinikmati oleh sebagian kecil dari masyarakat. Artinya, percepatan pembanguna dan tercapainya kesejahteraan bagi rakyat sebagai tujuan akhir dari pemekaran suatu daerah belum tercapai. Hal ini tentu sebagai konfirmasi bagi kita bahwa subsatnsi dari pemekaran suatu daerah bukanlah terletak pada tiga argumentasi tersebut.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";"><span> </span>Oleh karena itu, pemekaran kabupaten Lombok Timur niscaya diarahkan pada hal-hal yang substansial baik dalam ranah proses terlebih lagi tujuannya. Secara konseptual maupun operasional argumentasi yang menjadi latar belakang munculnya wacana pemekaran diberbagai daerah termasuk kabupaten Lombok Timur di dalamnya sesungguhnya lemah. Dalam konteks pelayanan public misalnya Lombok Timur bagian utara dan Lombok Timur bagian Selatan menjadi problem tersendiri terkait penentuan ibu kota kabupaten, yang kedua mengenai porsi anggaran, menurut Kabag Tapem Setda kabupaten Lombok Timur pada saat sosialisasi rencana pemekaran Lombok Timur di Kantor Kecamatan Sakra menyampaikan bahwa kabupaten Lombok Timur menerima Dana Alokasi Umum (DAU) sebanyak kuarng lebih 900 M/tahun. Tentu saja ini jumlah yang tidak sedikit. Dalam acara Pelatihan Pemantapan TUFOKSI BPD se-NTB pada tanggal 23 Maret 2009 di Hotel Jayakrta Mataram, DITJEN PMD DEPDAGRI mengatakan bahwa rumus penggunaan DAU adalah 25% untuk belanja kepegawaian daerah dan 75% harus didistribusikan ke desa. Dengan demikian, tentu kita bisa hitung sendiri berapa mestinya yang diterima desa tiap tahun.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";"><span> </span>Sedangkan terbukanya lapangan pekrjaan hanya akan dinikmati oleh segelintir orang saja, sementara para petani tetap saja menjadi petani, nelayan tetap saja menjadi nelayan, buruh tani tetap saja menjadi buruh tani, PKL tetaplah PKL, begitu juga sopir Angkot-Angdes, kusir cidomo, ojek, buruh pasar maupun buruh migrant. Dengan demikian, apakah rakyat kecil diuntungkan oleh pemekaran ini?..</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";"><span> </span>Akhirnya, pemekaran bukanlah substansi, akan tetapi bagaimana menghadirkan pemerintahan yang baik dan bersih dengan melakukan reformasi birokrasi kemudian membuat kebijakan dan regulasi yang berpihak kepada rakyat di negeri ini adalah kebutuhan riil bagi rakyat…<i>Wallahu A’lamu Bishawab</i></span><span></span></div><div><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=4752965668518319462#_ftnref1" name="_ftn1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: Symbol;"></span></span></a><div id="ftn1"> </div></div>masjidsongakhttp://www.blogger.com/profile/12717190540968208177noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4752965668518319462.post-66383356458698369762011-04-20T03:28:00.000-07:002011-04-20T03:28:00.907-07:00MASJID TUA DAN MAKAM KERAMAT SONGAK<!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="http://img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" /> <style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style> <![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style> <![endif]--> <br />
<div align="center" style="text-align: center;"><b>Oleh: Papuq Bangak</b></div><b>Pendahuluan</b><br />
<div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><b><span style="font-size: 13pt;">M</span></b>akam keramat songak adalah sebuah tempat yang merupakan salah satu dari sekian banyak kekayaan yang dimiliki oleh desa Songak ini .Adanya makam ini tidak bisa terlepas dari adanya Masjid tua dia merupakan dui tunggal bagi masyarakat desa songak, inilah salah satu keberuntungan orang songak bagaimana tidak ,cobalah kita perehatikan anjuran agama, Masjid adalah tempat sujud makam adalah kisah terahir dari perjalanan hidup sang hamba, kedua hal ini merupakan satu kesatuan bagi kelanjutan hidup Manusia jika ini bisa kita kaji secara benar insya’Alloh kita akan selamat dan bahagia dunia wal Akhirat amin. inilah kekayaan abadi bagi Masyarakat desa tua ini.</div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Terlepas dari untung rugi Masyarakat, keberadaan makam ini tidak dapat di pisah kan dengan Masjid Pusaka yang ada di desa ini. Konon disilah biasanya para wali sembilan bersemnedi baik secara bersama maupun secara perorangan,.Menurut beberapa Sumber yang tidak bisa kami sebutkan namanya mengatakan bahwa para wali datang melalui tempat ini yang kemudian ditandai dan selanjutnya para walipun pergi meninggalkan Desa ini melalui tempat ini juga.sehingga di abadikanlah tempat ini menjadi tempat yang makbul.yaitu tempat cepatnya terkabul do’a. </div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Dalam persi lain di sebutkan pula bahwa, tempat ini merupakan tempat <b>moksanya </b>sang ibu yang pertama di desa ini, beliau bernama <b>Dewi SingaMong Mertha tilar negari</b> beliau di taruh oleh paman patih kuntala kedesa ini bersama sang suami tercinta bernama RadenMas Pangeran komala jagat yang berubah nama menjadi <b>Abdul Razak Tas’at</b> setelah lama berguru kepada ki Sanga pati baik mengenai ilmu agama maupun ilmu lain sehingga beliau diyaqini mengganti salah seorang Sanga pati meneruskan perjuangan kepulau jawa .Untuk lebih lengkapnya kisahnya sbb.</div><a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 16pt;"> <b><i>AL-KISAH</i></b></span>.</div><div style="text-align: justify;"> <b><span style="font-size: 15pt;">P</span></b>ada zaman ke emasan kerajaan <b>MajaPahit</b> dibawah kepemimpinan Baginda Raja Hayam Wuruk dengan Baginda Patih gajah mada pada penghujung abad ke <b>13</b> sekitar tahun <b>1291 M</b>. di Sebarlah para pelukis Istana keseluruh penjuru Nusantara dengan maksud untuk melukis semua putri raja yang ada dibawah kekuasaannya,dan bagi pelukis istana yang sudah berhasil dan selesai melukis diwajibkan membawa hasil lukisannya kepada sang patih gajah mada,Rupanya ini dalah salah satu cara mengobati kekesalan sang penguasa setelah gagal mempersunting putri raja pra hyangan yaitu Kerajaan <b>Pajajaran</b> Yang bernama <b>Diah fitaloka</b> ,karena kerajaan ini tidak mampu ditaklukkan oleh kerajaan maja pahit walaupun berddekatan bahkan bertetangga. </div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Maka di utuslah salah seorang pelukis pilihan dari kalangan keluarga sang raja bernama Raden Mas Pangeran pahit untuk berangkat kepulau sunda kecil,Sampailah sang pelukis dihadapan Baginda Datu <b>Turgi </b>yang saat itu menjadi raja Labuan Lombok karena kerajaan hanya di sana saat itu. Sang Datupun mempersilah kan Sang pangeran untuk melukis putrinya bernama <b>Dewi RaraKemuning</b>, Acara melukispun berjalan sangat alot ya namanya saja melukis lebih-lebih yang dilukis itu adalah Putri Raja, konon hasil lukisan baginda Dewi sangat lah memuaskan sang pangeran pelukis,yang pada ahirnya Pangeran Juru lukisn tidak ingin memnyelesaikan lukisannya dengan segera,.Didalam kamar ,lukisan Sang dewi memenuhi dinding kamar namun sang pangeran masih saja ingin terus melukis wajah Baginda Dewi,Konon lukisan badan dewi dalam berbagai bentuk dan gaya memenuhi semua dinding istana Datu Labuan Lombok tapi anehnya Sang pelukis masih saja ingin melukis wajah Sang dewi kayangan ini.</div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Tibalah saatnya giliran Baginda datu Turgi untuk berkeliling menyaksikan wajah putri tersayangnya ,tiba-tiba wajah baginda datu pucat-pasi ,seakan aliran darah terhenti begitu melihat sebuah lukisan yang agak tertndih oleh lukisan lainya,kira-kira lukisan tersebut sulit untuk dilihat orang apabila tidak diperhatikan secara seksama,untungnya lagi belum ada orang lain yang sudah melihat lukisan itu selain baginda dan tukang lukis,dengan nafas sedikit tersengal baginda mendekati Sang pelukis, seraya berkata,Wahai Nandaku juru lukis,bagaimana dengan lukisanmu ini,kata baginda sambil menunjukkan kepada sang pelukis sebuah lukisan. Sambil sedikit ragu Sang pelukis menatap lukisan yang di ajukan Baginda datu, </div><div style="text-align: justify; text-indent: 45pt;"> O…Yang ini baginda, baru kali ini hamba perhatikan,mana mungkin jawab sang Datu tidak percaya……Betul baginda…. Saya tidak sengaja melukis seperti itu,…..Nanda Pangeran aku adalah ayah dari putri yang kamu lukis, jadi apa yang ada pada lukisan Pangeran itu bukan hal yang tidak disengaja dan hal ini tidak mungkin bisa dilukis jika kamu tidak melihatnya, oleh sebab itu menurut saya kamu sudah dengan sengaja melihat anakku sehingga kamu bisa melukisnya, sang pangeran pun tidak bisa mengelak pernyataan baginda datu,. </div><div style="text-align: justify; text-indent: 45pt;">Sambil kebingungan Sang pangeran menunduk dan berlutut kepda Baginda ,ampuni hamba baginda ….,hamba tidak berani menolak pernyataan baginda lalu apa hukuman bagi hamba ,hamba akan menerimanya.! Agar Pangeran tidak menganggap aku meng ada-ada kata baginda saya akan pertemukan kamu denganb putri saya, ..Sambil berharap sang pangeran Pelukis denyutan jantung nya semakin kencang dada bagaikan mau belah,sehingga tiba-tiba datanglah baginda dengan diiringi DEWI Rara, Baginda lansung mengambil lukisan yang sedang di pandang Pangeran pait sambil bertanya kepada putrinya benarkah ada yang seperti ini pada mu….? Sambil menunduk Malu Sang dewi mengangguk,membenarkan lukisan itu. </div><div style="text-align: justify; text-indent: 45pt;"><span> </span>Baginda datu pun melanjutkan bicaranya, jikan pangeran ada rasa jatuh hati pada anakku suntinglah dia ….sebenarnya adat lombok tidak membenarkan cara ini tapi karena ini terpaksa aku lakukan demi harga diri Kerajaan Lombok ini.Sang pangeran menghela napas di iringi rasa puas dalam batinnya, seraya menjawab; kalaau hamba terserah dinda rara.! Dewi pun semakin tertunduk malu tidak ada satu katapun yang mampu terucapkan .bagaimana anakku.? Tanya bainda kepada putrinya, Sang putri semakin pucat pasi ,wajah yang begitu anggun menaawan semakin manis dipandang semakin bertambah merah menunjukkan cinta yang terpendam kini tersalurkan pada sang dambaan hati,</div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Kalau semuanya sudah jelas sebaiknya Pangeran mengabarkan kejawa katakan pada orang tua disana, hati-hati jangan sampai pihak kerajaan tahu akan hal ini,kata Datu Turgi, menghimbau kepada pengeran.! baiklah Baginda ….kalau begitu hamba akan erangkat besok pagi ,sekarang sudah agak malam biarlah hamba istirahat semalam.</div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Ke esokan hari nya sang pangeran pait pun mohon diri kepada baginda datu walau dengan berat hati untuk meninggalkan sang kekasih namun pikir dalam hati ini hanya untuk beberapa saat saja.Dengan rasa risih dia pun meninggalkan sang pujaan hati berengkat ke jawa , satu hari kemudian adik kembar nya Raden mas pangeran <b>Komala Jati</b> datang ke datu labuan lombok sesampai di istanapangeran pun melihat pemandangan yang indah di dalam taman istana mata nya tertaut melihat seorang gadis sedang duduk termenung dengan pandangan kosong dan hampa seakansedang meraih mimpi di tengah hari keadan itupun di manfaat oleh sang pangeran dengan mendekati sang gadis pangeran pun langsung menegur dengan denyutan jantung yang seakan tak dapat di kuasai dengan ramah diapun menyapa bagaikan dayung bersambut katra berjawap.</div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Dengan hati gemetar bibirpun gemertak sang dewi menjawab manis dengan nada terkejut keheranan kata nya raden masakan pergi ke jawa kok secepat ini sudah balik lagi, sambil menggumam dalam hati sang pangeran pun sadar bahwa kesempatan tidak pernah datang dua kali bagaikan sudah lama kenal sang pangeran pun m,enjawab ya.. baginda dewi mau nya sih begitu tapi hati tak tahan dialah yang membawa aku kembali ke hadapan mu lagi ada perasaan lain dalam hati seakan aku tak mampu berpisah denganmu walau hanya sekejap</div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Demi mendengar pernyataan itu sang dewi pun langsung mengajak sang pangeran menmghadap ayah anda Datu Turgi, dengan penuh rasa pengertian baginda menyambut kembali nya sang pangeran . Dengan ramah baginda menyapa kenapa nanda pangeran kembali..? sang pangeran pun menjawab dengan penuh kesungguhan ya.. ayhanda….! Maunya sih begitu tapi pikir di tengah jalan rasanya lebih baikk kalau saya di nikahkan dulu baru ku bawa sekalian dewi Rara ke kerajaan maja pahit nbbiar perasaan hamba menjadi tenteram. Kalau begitu baik lah saya nikah kan kamu dengan anak ku. Tapi kamu harus berjanji untuk ttidak meninggalkan karajaan labuhan lombok karna artinya saya beranak laki-laki karna beginilah adat sasak jika kamu sanggupmaka pernikahan pun akan terlaksana sang pangeranpun menyanggupi pernikahan pun berlangsung. Singkat cerita waktupun sudah bejalan tujuh bulan sang pangeran pait pun kembali dari jawa tapi sayang untung tak dapat di raih malang pun tak dapat di tolak dengan hati penuh kecewa demi melihat kekasih nya sudah hamil tujuh bulan dan itupun oleh adik nya sendiri dan dengan sangat rahasia kedatangan nya kali ini pangeran pait pun secara diam –diam menemui adik nya dan berbicara kepada adik nya agar kejadian ini di rahasiakan cukuplah kita berdua yang tahu.</div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Karna sudah kedung terlanjur saya menyampaikan kepada ayahanda di jawa berarti saya tidak akan kembali ke pulau jawa untuk itu cintai lah dewi Rara dengan sepenuh hati mu saya tetap tinggal di lombok namun saya juga tidak mampu dekat dengan kekasih hatiku . disisi lain aku sangat me nyayangi mu karna kau adalah adik satu_ satunya yang aku sayangi sebagai mana aku maenyangi diriku sendiri biar lah sebelah hati ku kecewa namun sebelah hatiku bahagia melihat engkau bahagia. Sang pangeran pait pun meninggal kan kerajaan lombok menyelusuri pantai utara lombok hingga sampai di pelabuhan <b><span style="font-size: 13pt;">Carik </span></b>di sana pangeran pait meninggalkan pantai naik menelusuri tebing gunung <b><span style="font-size: 13pt;">Rinjani</span></b> sehingga sampai di kedatuan <b><span style="font-size: 13pt;">Bayan</span></b> di sana lah pangeran pait menemukan jodoh nya</div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Konon pangeran pait menyuting putri datu bayan <b><span style="font-size: 13pt;">Raden Mas Pangeran Gaus Abdul Razak</span></b> bernama <b><span style="font-size: 13pt;">Dewi Anjani</span></b><span style="font-size: 13pt;"> </span>dan kebetulan datu bayan pun tidak memiliki putra mahkota sebagai penerus nya dan hanya pangeran pait lah sebagai tumpuan harapan masa depan kerajaan bayan. Kita kembali ke kerajaan lombok ber selang satu bulansetelah bertemu nya kedua nsaudara kembar itu datang lah patih <b><span style="font-size: 13pt;">Gajah Mada</span></b><span style="font-size: 13pt;"> </span>meng obrak abrik kedatuan lombok datu turgi pun tewas sementara raden mas komala jati bersama istri nya menyelamat kan diri dengan berlari ke utara bersama beberapa pengiring dan membentuk sebuah kerajan di <b><span style="font-size: 13pt;">Selaparang</span></b> hingga kerajaan selaparaang menemui masa kejayaan nya sehingga pangeran jati raja selaprang I bergelar <b><span style="font-size: 13pt;">Datu Meraja Kusuma</span></b><span style="font-size: 13pt;"> </span>singkat cerita waktupun sudah berjalan 17 tahun putri datu meraja kusuma bernama <b><span style="font-size: 13pt;">Dewi Mong Mertha</span></b><span style="font-size: 13pt;"> </span>di sunting se orang pemuda pengembara bernama <b><span style="font-size: 13pt;">Jagat</span></b> kejadian inipun tidak di restui oleh baginda datu tapi untung tak dapat di tolak ke dua pasangan ini tidak dapat di pisahkan oleh apa dan siapa pun akhir nyakemarahan datu kusuma tidak bisa di tahan. Datupun menitahkan kepada patih <b><span style="font-size: 13pt;">Kuntala </span></b>agar ke dua pasang manusia yang memadu kasih ini di lenyapkan dengan bukti kedua pasang matanya di bawa ke hadapan datu kusuma. </div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Ketiga orng ini pun berjalan menelusuri pantai timur pulau lombok hiungga sampai pada sebuah tanjung di sana lah ketiga insan ini saling tangis. Selanjut nya tempat ini di abadikan denan nama <b><span style="font-size: 13pt;">Tanjung Menangis</span></b><span style="font-size: 13pt;"> </span>perjalanan pun di lanjutkan ke arah selatan hingga menemui muara kali maronggek di sana lah mereka meninggalkan pantai menyusuri ke hulu sungi tersebut sesampai di tibu rundun ketiga orang ini paun naik meninggalakan kali dan menemukan sebuah bangunan tua yang di huni sembilan orang dengan rumah berjejer di bawah bangunan tua tersebut di sana lah kedua iunsan yang saling mencintai itu di titip oleh patih kontala dan kedua orang tersebut di ganti oleh sanga pati dengan dua ekor kambing hitam .</div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Patih kontala pun mohon diri dengan membawa dua ekor kambing jantan dan betina setelah persoalan nya di haturkan kepada Ki sanga pati sampailah patih kontala di sebuah pancuran di sana sang patih menyembelih kedua ekor kambing ter sebut dan kedua pasang mata kabmbing tersebut di serah kan kepada datu kusuma sebagai bukti bahwa dia sudah menjalan kan titah raja . tiga tahun sudah berlalu raja pun mengajak sang patih untuk berburu ke selatansampailah perjalanan sang raja yang di iringi sang patih kontala di sebuah tempat di pinggir pantai di nsana sang raja ber istirahat melepas lelah sambil menunggu burung tekukur nya di datangi tekukur liar,tiba-tiba baginda datu mendendangkan sebuah tembang maka tempat ter sebut di abadikan dengan nama <b><span style="font-size: 13pt;">Rambang</span></b> tidak lama kemudian tiba-tiba datang rasa haus sementara bekal sudah habis, patih pun mengajak raja berjalan ke utara hingga sampai sebuah kolam yang sekarang terkenal denga sebutan <b><span style="font-size: 13pt;">Lingkuk Reka</span></b><span style="font-size: 13pt;"> </span>di sanalah baginda minum dan mandi perjalanan pun di lanjutkan tidak lama berjalan tiba-tiba datang rasa haus kembali demi melihat buah kelapa muda yang sampai ke tanah namun sayang tak satu pun di antara kelapa itu yang ber air selanjut nya tempat tersebut di abadikan dengan nama pengoros .dan masih banyak peristiwa yang dilewati yang tidak dapat di uraikan satu persatu.maka sampailah perburuan baginda datu meraja kusuma bersama patih kuntala kesebuah tempat yang namanya keluq disana Baginda beristirahat sambil mengajak patihnya bermain ciwa disebuah batu besar dimana tempat tersebut masih ada bekas rumah ciwanya Datu Kusuma,tidak lama setelah itu baginda merasa lapar yang amat sangat.</div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Paman patih , mengapa tiba-tiba saya merasa lapar sekaili? Cobalah cari mungkin disekitar sini ada desa yang bisa kita datangi buat minta bantu kata baginda. Baik lah hamba akan coba meneliti baginda, mohon baginda istirahat sebenta hamba akan melihat kearah utara, tidak lama kemudian ,patih Kuntala pun bergegas menghampiri baginda, benar tuan hamba disebelah utara sana melewati sungai terlihat ada rumah tinggi besar mari kita datangi,ajak patih kepada agida,tidak lama berjalan sampailah </div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">ditempat dimana Patih kuntala menitip Sang putri bersama suaminya, dengan rasa sedikit ragu sambil harap cemas mengajak Datu memasuki pekarangan rumah yang masih di ingat betul oleh patih kuntala.</div><div style="text-align: justify;"> Tunggu sebentar baginda ,hamba coba menemui tuan rumah, kata patih meninggalkan Datu dihalaman rumah Komala jagat, semetara patih kuntala menghampiri pasangan suami isteri muda itu,patihpun menyarankan agar tuan putri tidak menampakkan wajahnya dihadapan Datu ,karena yang bersamanya kali ini adalah datu Selaparang.datupun diajak masuk dan duduk diserambi depan,patih kuntala pun mohon ijin kepada Baginda untuk ikut menyiapkan hidangan agar lebih cepat, Ketika Baginda duduk sambil menahan menahan lapar tiba-tiba duduklah seorang anak laki-laki di pangkuan Baginda,Sambil mendongak sang Datu , anak tersebut tesenyum ramah bagaikan anak tidak asing dari Baginda.Demi mengalami kejadian ini Baginda Kusuma menggumam sambil menjawab senyum ramah balita laki laki yang berbadan kurus tersebut, At ….sini nak… jangan duduk di pangkuan Datu !! kata ibu anak tuan rumah tersebut ,bagaikan suara yang akrab di dengar Baginda,sambil radak bingung bagida menjawab biarkan saja kayaknya anak ini akrab sekali dengan saya sahut baginda sambil bertambah penasaran, dalam hati bertanya –tanya, siapa gerangan punya cucu seramah ini? , Tanpa sengaja Sang putri mengambil anaknya dipangkuan datu ,,semakin teringatlah baginda terhadap putrinya yang sudah terlanjur dibunuh atas titahnya. Hidangan pun siap ,serentak patih kuntala keluar membawa hidangan buat aginda datu bersama tuan rumah,Tanpa banyak basa basi datu kusuma menerima santapan yang dihidangkan karena memang baginda benar-benar lapar.</div><div style="text-align: justify;"> Sarapan sudah selesai Bagindapun menanyakan kepada patih siapa gerangan tuan rumah yang menerimanya dengan ramah tamah ini? Tuan rumah pun menjawab hamba adalah abdurrazak tas’at putra sanga pati asli saya bersama sembilan orang yang benama sanga pati, Coba panggilkan saya istrmu !! kata baginda</div><div style="text-align: justify;"> Ajak dia kesini, gemetar hati Patih Kuntala mendengar permintaan baginda, Sang ibupun keluar sambil menggendong anaknya yang di panggil Kurus itu,diapun duduk sambil memangku anaknya,tidak lama kemudian tanpa disadari anak tersebut sudah duduk kembali di pangkuan datu sambil tersenyum seakan mengejek dan mentertawakan Datu, Bagaimana paman patih dari tadi kulihat kamu diam saja seakan ragu-ragu kenapa paman patih ? patihpun menghela napas Sambil menyrahkan kerisnya kepada datu,seraya berkata ,hukumlah Hamba Baginda,Hamba selama ini mendustai dan mengingkari titah baginda, dengan keheranan datu menjawab titah yang mana? Begini Datu ..anak yang dipangkuan datu itu adlah cucu bagida dan abdul razak tas’at ituadalah raden MasPangeran Komala jagat Putra sulung dari Kanda MasPangeran pahit, itulah sebabnya hamba mengingkari titah baginda Datu, tapi walau apa dan siapapun, hamba tetaplah bersalah dan siap menerima hukum bunuh sekalipun, jawab sang Patih sambil menyerahkan sebilah keris yang sudah terhunus,bersamaan dengan itu seta merta hujan lebat turun Banjir di kali maronggekpun naik menggenangi desa sanga pati rajapun menjadi heran !!!.Tidak paman patih biarlah keadaan seperti ini kata baginda sambil terisak sedih campur heran terhadap nasib diri dan anak cucunya . mengingat teragedi ini maka desa Sanga pati ini di namakan desa Sebengak, sedangkan keris patih Kuntala itu diberi nama <b><span style="font-size: 13pt;">Belabur Mungguq</span></b>.</div><div style="text-align: justify;"> Dengan berat hati bagida datu meninggalka tempat itu hingga sampailah perjalana baginda di sebuah pancuran disana paman patih mencertrakan, bahwa di sinilah hamba menyembelih dua ekor kambing kemudian hamba katakan adalh mata anak dan menantu baginda. Dalam hal ini </div><div style="text-align: justify; text-indent: 45pt;">Ada dua pendapat, ada yang mengatakan datu selaparang tidak kembali kekerajaan , diam di pancor ada pula yang mengatakan datu langsung ke selaparang dan kembali lagi ke pancor dan menetap di Peseah. </div><div style="text-align: justify;"> Jadi jelaslah kiranya bahwa orang sebengak adalah orang Sela parang dari keturunan raja dari pihak ibunya dan bapaknya dari pihak kerjaan bayan . Waktu terus berputar konon Komala jagad ikut bergabung menganti salah seorang dari <b><span style="font-size: 13pt;">Wali sanga</span></b><span style="font-size: 13pt;"> </span>sedangkan sang ibu dipanggil mertua nya, untuk menetap digunung rinjani sebagai penguasa jin. Sebelum, berangkat diapun pamit kepada anak cucunya di sebengak dengan alasan dia akan pergi sementara, jika nanti dia tidak kembali tapi dia tetap akan melindungi anak cucu keturunannya sampai dunia berahir, Sang ibupun pergi dengan meninggalkan Wasiat jika saya tidak kembali ,tapi kalian ingin bewrtemu aku, datangilah saya ketempat saya menghilang melalui masjid Pusaka dengan membawa apa adanya jangan memaksakan diri atau dipaksa siapapun. Inilah yang melatar belakangi acara ngayu-aytu setiap senin dan kamis bagi yang berhajat pada setiap menemukan persoalan.</div><div style="text-align: justify;"> Demikianlah kisah adanya makam Sebengak yang sekarang di sebut Makam keramat Songak,jangan percaya jika disustu saat kelak ada yang membuat ceritra baru tentang siapa yang memiliki bahkan jika ada yang mengatakan.ada orang yang di kuburkan di sana, pada lingkungan makam tersebut tidak ada orang yang mampu menggali liang kubur ditempat itu sebab tempat itu terdiri atas batu cadas yang tidak dapat digali dengan sekedar linggis melainkan harus menggali dengan betel layaknya menggali sumur ,jadi tidak mungkin ada orang yang di kuburkan di tempat itu, Tahun 2008 ter ukirlah sejarah baru pada makam itu disana dikuburkan Amak DIRUN dia adalah seorang penjaga makam itu entah apa maksud yang terselip dihati keluarganya sehingga diku –burkan keluarganya di tempat itu,Namun harapan saya cukuplah kita mencoreng sejarah,membuatkan orang dosa, karena tempat itu dipergunakan masyarakat untuk mengadakan kegiatan beberapa ritual adat,jika demikian berarti tempat ini tidak bisa lagi dipergunakan buat acara tersebut. sebab agama melarang kita mengadakan kegiatan di atas kuburan.wallohu a’lam.</div><div style="text-align: justify;"> Sebagai tempat yang dipergunakan Masyarakat ,tempat ini jugamengalami perubahan sebagimana telah kami jelaskan diatas,Namun itulah manusia tidak pernah mmampu melestarikan walau sekilas kita lihat sepertinya dipelihara namun hakekatnya dirubah bahkan dinodai makam ini sering di pugar baik luar maupun dalamnya dari tahun ketahun sesuai perkembangan zaman. Pada awalnya dulu kita jumpai tempat ini hanya sekedar tumpukan tanah yang tersusun layaknya sebuah kuburan ,bentuknya itu kemudian di taruhkan nisan dari kayu biasa kayu itu kemudian di kasi kain putih setiap terlihat lusuh, sedangkan luarnya dikelilingi pagar kayu hidup berupa pohon jarak demikian juga halamanya dulu di kelilingi pohon campuran seprti jarak, patah tulang, belatung dll. Baru setelah di kukuh kan oleh Hajji Abdul Majid Pancor sekitar tahun 1929 bersama Guru Dana Anjani dan Jero kertsih Kepala Desa songak , disertai Raden Sujono Selong.Mulailah ditembok dengan bata mentah menggantikan pohon jaraknya yang selanjutnya oleh penjaganya Amaq Dirun ditata dengan lebih baik lagi.dan dlanjutkan oleh anak-anaknya menjadi seperti ini walau tidak lepas dari turun tangan Masyarakat sebagai penyandang dana.</div><div style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 16pt;">MAKAM PUSEAH</span></b></div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"> Makam Puseah adalah sebuah makam yang dianggap memiliki kelebihan oleh beberapa Masya -rakat songak,tempatnya persis diperbatasan wilayah songak dengan wilayah Pancor danDasan Lekong memang ditempat itu terdapat sebuah makam seseorang yang dulunya bernama Sayyid abu Syi’ah salah seorang dari sembilan wali ,dari Sanga pati yang posisinya diganti oleh abdurrazaq tas’at alias <b><i><span style="font-size: 13pt;">Raden</span> </i></b><b><i><span style="font-size: 13pt;">Mas Pangeran Komala Jagat </span></i></b>sebagaimana yang telah di kisahkan di atas. <b><i><span style="font-size: 13pt;">Sayyid Abu Syi’ah</span></i></b><span style="font-size: 13pt;"> </span>dalam kehidupan sehari-harinya oleh Masyarakat songak di sebut <b><i><span style="font-size: 13pt;">Papuq Seah</span></i></b>, beliau adalah sosok yang diyaqini Masyarakat Songak masih setia melindungiu anak cucunya dari berbagai ancaman yang akan menjerumuskan nya dari ancaman mara bahaya.itulah sebabnya ditempatkan disana agar gampang mengawasi anak cucunya yang di Songak dan di pancor.</div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"> Konon orang yang satu ini sering menampakkan diri sampai saat ini terutama ketika sese-orang sudah mulai menampak kan rasa takabbur yang berlebih lebihan di dalam arena perisean, beliau sering nampak sebagai pepadu yang sangat di remehkan ditengah kalangan,tetapi ketika sudah mulai berperisian sering kali membuat pepadu sombong itu tidak bisa berkutik di tengah kalangan, terkadang dia nampak sebagi pemburu burung tekukur, berjalan dengan memikul kurungan burung.sam- </div><div style="text-align: justify;">Pai saat ini . Sering dalam kegawatan diluar wilayah beliau mendatangi dan membantu anak cucunya yang dari Songak ketika menemukan kegawatan bersama orang lain.Terkadang dia menampakkan diri sebagai orang yang dipercaya untuk mengangkat kebangsawanan orang-orang yang ingin menjadi bangsawan,menghargai orang yang gila hormat seperti yang dialami oleh bangsawan <b>Betok Tunjuk</b> ,padahal bangsawan ini bersal dari orang yang kerjanya mencari betok, namun pada suatu hari setelah banyak mendapat betok,mereka membakar betoknya setelah masak maka betok itu di ataur rapi layaknya akan dihidangkan pada seorang bangsawan,begitu hidangan itu siap disantap orang tersebut layaknya orang gila mempersilahkan diri nya seperti mempersilahkan seorang bangsawan , ketika itu muncullah papuq seah meresmikan kebangsawnan orang itu menjadi Bangsawan betok Tunjuk,. </div><div style="text-align: justify;"> Sementara itu ada juga orang yang beranggapan bahwa Sayyid Abu Syi’ah itu adalah salah seorang dari Sanga pati, menjelma menjadi Datu Selaparang, Abdurrazak Tas’at alias Komala Jagat bahkan menjelma menjadi <b>Guru Dana</b>, <b>Baloq Tui</b> sampai kepada <b>Buling Magas</b> sampai saat ini dia menjelma entah jadi siapa, karena dia bertugas melindungi anak keturunannya sampai ahir dunia.dan sampai kini beliau ada dimana saja dan jadi siapapun, namun beliau tetap diyaqini ada dipeseah..</div><div style="text-align: justify; text-indent: 45pt;"> Jika pernyataan diatas kita ikuti ,bagaikan kita di ajak kealam tidak sadar tapi ini adalah sekedar ceritra tentang kekaguman terhadap Ki Sayyid Abu Syi’ah yang sampai saat ini masih menjadi Papuq Seah ,Panggilan akrab bagi Orang songak terhadap kanjeng sayyid. . Kekaguman dan keyaqinan ini bukan nya tidak beralasan kata orang tua dulu. Tapi ini adalah kenyataan, ambilah contoh ketika dia menjadi juru penyelamat terhgadap <b>Baluq Dungki</b>(tukang tembak setan) konon suatu ketika kandung kencing nya (telor bahasa songak) tersangkut duri liar (ruin gait bahasa songak) ketika baluq dungki meloncat mengejar setan buruannya.. Oleh karena itu ketika petir menyambar dengan dahsyat nya orang mengatakan,, <b><i>jauq langan balok dungki saya dari songak</i></b>,,Insay Alloh akan selamat dari petir, Mantera (kata yang memiliki kekuatan gaib) ini masih tetap di yaqini sampai saat ini.</div><div style="text-align: justify; text-indent: 45pt;">Belum lagi ketika sayyid abu syi’ah menjadi guru mintar yang pada zaman <b>Anak Agung</b> sampai setelah indonesia merdeka di atas tahun 1945 masih di tanyakan di mana raden muntar berada sementara waktu itu <b>Raden Muntar</b> sedang menjadi <b>Guru Mintar</b>. Guru mintar sendiri hobinya main layang –layang, pada suwatu saat Guru mintar sedang asik main layang –layang di padania entah dari mana dia tahu kalo dia sedang di buru, begitu sang pencari hampir menangkap nya layang –layang nya sengaja di putus kan lalu dia sengaja mengejar layangan nya untuk menghindari kejaran sang pencarinya begitu sampai di peseah dia pun sirna sang pemburu kehilangan arah merekapun menjadi bingung mencari guru mintar. Akhiranya sang penburu pun kembali dengan kecewa kejadian seperti ini terjadi berulang kali .</div><div style="text-align: justify; text-indent: 45pt;">Dalam hal ini konon ada saja orang sebagai penunjuk gelap yang memberi tahu kan tentang guru mintar itu adalah Raden Muntar yang di cari-cari . Bagi kita anak cucu guru mintar di larang telalu akrap bersama keluarga sang penunjuk gelap itu karna dia tidak bisa di percaya karna orang tersebut tidak senang melihat ketentraman keluarga . Orang semacam ini biasa di sebut <b>Roang Ruyung</b> (tidak punya pendirian,suka berpitnah ) keturunan siapa kah itu penulis tidak akan cantum kan dalam tulisan ini biar lah penulis saja yang tahu . yang jelas ciri orang tersebut halus di hadapan kita namun di belakang kita dia menjelek-jelek kan .</div><div style="text-align: justify;"><b>SIAPAKAH SYAYYID ABU SY’AH?</b></div><div style="text-align: justify; text-indent: 45pt;">Beliau adalah salah seorang kerabat sekaligus Murid kesayangan Baginda Ali bin Abi talib Karromallohu wajhah, Abu Syi’ah adalah seseorang yang sangat di percaya oleh baginda Ali untuk Menyebar kan Islam keseluruh Dunia,sehingga Abu Syi’ah mengislam kan orang sesuai dengan keadaan dan kondisi dimana dia berada.Abu Syi’ah juga terkenal Dekat denganm Nabi Haidir a.s. Jadi tidaklah aneh apa saja yang diceritrakan diatas mengenai Abu Syi’ah,Baik mengenai perubahan nama dari seseorang menjadi sosok orang lain ,atau mau berada dimana dalm waktu apa saja, itu semua tidak ada kesuilitan bagi orang yang takarrub kepada Alloh swt,kisah ini tidak ada sumber yang pasti,karena ini adalah cerira orang tua yang ada disongak yaitu dari guru Kodal yang juga diyaqini penjelmaan dari Abu Syi’ah .Guru Kodal ber ceritra langsung kepada Iling Cucu Sulung kesayangannya Putri dari <b>Guru Iling</b>.Walau demikian Bagi penulis ceritra ini sangat di yaqini kebenaran nya karena cerira ini dilarang untuk di ceritrakan kepada orang yang keyaqinannya terhadap kekuasaan Alloh masih di anggap kurang,Inilah juga yang merupakan keyaqinan Masyarakat Songak sehingga mereka dengan begitu teguh mempertahankan keyaqinannya,dan orang tua dulu di Desa ini tidak berani diketahui sebagaai orang beriman bahkan sampai orang sudah secara menyeluruh di lombok sebagai orang Islam Wallohu A’lam</div><div style="text-align: justify; text-indent: 45pt;">Demikian lah sekilas kisah makam puseah yang sebenarnya adalah makam sayyid abu syi’ah yang harus di pelihara agar keberadaan nya tetap lestari karna ini adalah makam orang keramat tetapi nampak nya jarang di antara kita yang mengetahui keberadaan makam tersebut padahal jika kita perhatikan kisah nya tidaklah berbeda dengan makam sebengak ataupun masjid pusaka .</div><div style="text-align: justify;"><b>MAKAM SUNGKIQ</b></div><div style="text-align: justify;"> Makam sungkiq juga salah satu aset yang dimiliki oleh desa ini walaupun tempatnya diwilayah pada mara yaitu perbatasan antara keselet dengan pada mara tepatnya di pinggir sungai pada bangunan dam perairan subak keselet dan subak rumbuk termasuk sebagian subak pada mara. Tempat inilah yang di namakan <b><i>Dam Sungkiq</i></b>,Keberadaan makam ini jarang diketahui orang ,walau demikian ada saja orang yang memperbaiki tempat ini,entah dari mana mereka tahu,dan apa yang mendorong orang untuk memperbaiki keadaan makam ini.bukankah ini satu keanehan? </div><div style="text-align: justify;"> Posisi makam ini juga sangatlah terisolir jauh dari jalan besar .sehingga orang yang akan ziarah harus jalan kaki dari lumayan jauh,namun dari mana orang tau tempat ini siapa yang ceritra tentang keberadaan makam ini? Yang mengherankan kita juga kenapa ini dikatakan milik orang songak bahkan Makam ini disebut makam maling songak,sementara tempatnya di sebelah utara Desa Keselet hampir berdekatan dengan Wialayah Pada mara . dari beberapa sumber mwenceriterakan, ternyata keberadaannya di tempat ini dilatar belakangi kisah sebagai berikut: </div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"> Konon pada suatu ketika guru Iling sedang aktif menjalan kan tugasnya sebagai kiyai setiap hari menghadiri undangan secara bergilir keseluruh wilayah pulau Lombok bagian selatan ,karena yang bertugas diwilayah utara adalah guru dana,wilayah tugas <b>Guru Iling</b> mulai dari labuan Lombok keselatan sampai wilayah Kuripan,karena luasnya wilayah kerjanya maka guru iling hanya ada dirumah pada bulan suwung saja, pada bulan sung yang ketiga beliau berangkat lagi meninggalkan anak cucunya dirumah .agar bekal anak cucunya selama ditinggalkan dapat mencukupi, sang gurupun berpesan kepada anak cucunya,Sekarang musim panen,agar bekalmu tidak cepat habis,kalian jangan dulu makan bekalmu yang ada,cobalah kalian pergi mencari mumpung masih ada tempat kamu mnencari,barulah nanti sesudah musim tidak ada tempat untuk mencari kalian mengambil hasil panen kalian untuk makan. . </div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Nasehat guru Iling inilah yang salah diartikan oleh anak cucunya, sehingga orang songak senantiasa mengambil padinya orang pada setiap musim panen untuk dimakan sehingga sampai saat ini masih terkenal maling songak.karena lama kelamaan mencuri ini berubah menjadi ajang untuk mencoba keampuhan ilmu kebalnya,Terdengarlah ceritera bahwa diwilayah Pada mara ada seorang pepadu yang terkenal sombong dan angkuh,yang senan tiasa mengatakan ,kalau ada orang yang berani melawannya,pasti orang itu sudah mencari ajalnya,karena orang yang berani mencoba saya kata sang pepadu siat ,selama ini belum pernah ada yang hidup pasti dia mati ditangan saya.</div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"> Sesumbar ini terdengar oleh <b>Suraga</b> .Demi mendengar ini suraga menanyakan dimana biasanya orang itu,ternyata orang tersebut punya sawah di orong sungkiq dan saat itu sang pepadu padamara sedang menunggu kapas,suragapun memetik kapas orang tersebut sehingga orang tersebut menjadi marah dan langsung sesumbar,selama ini belum pernah ada orang yang berani mengambil milik saya karena pasti dia akan mati ditangan saya,tanpa banyak komentar kedua orang ini saling memperlihatkan kekebalannya sepanjang malam pada malam kedua sang pepadu sudah merasa kalau lawannya kali ini cukup tangguh pada pagi harinya secara diam-diam mengundang para pepadu dari beberapa desa, namun suraga belum dapat ditaklukkan , pada ahir malam ketiga sang pepadu padamara tertiak sekuat tenaga memnggil orang sekitarnya, maka semua masyarakat yang mendengar teriakan maling dari sang pepadu keluar mengejar dan menangkap suraga, karena yang datang kali ini adalah masyarakat yang tidak ada salahnya suraga pun memilih lari tidak melawan .Ahirnya Suraga menjadi bulan-bulanan masyarakat banyak. Karena memang tugas dari papuseah untuk melindungi anak cucunya maka sang pencuripun dibawa kabur dan hilang di tempat itu. Keesokan harinya dilihat lagi oleh sang pepadu padamara seseorang yang digendong dalam keadaan babak belur, pepadu pun kembali berteriak keras sehingga semua orang melihat nya,orang banyakpun mengejarnya sampai di tempat itu sang pencuripun hilang.kejadian dan penyaksian semacam ini bukan hanya satu dua kali tetapi berulang kali orang padamara jantuk maupun keselet menyaksikannya dikejar-kejar tetapi selalu lenyap dimakam sungkiq sekarang ini.</div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"> Disisi lain suraga sehat dan terasa tidak pernah apa-apa dengan pukulan dan keroyokan orang banyak,dia ceritera di rumah tentang kejadian itu,Dengan maksud agar anak cucunya jangan suka sombong seperti pepadu padamara yang sok ceritra membunuh orang, sok berani,sok mengaku mumpuni, kita harus ingat bahwa:diatas langit ada langit,pada dasarnya tidak ada manusia yang kebal hanya yang kuasa saja mengabulkan mantera andalannya,jika yang kuasa tidak mengabulkan manteranya,dia pasti luluh terkena senjata tajam ,Sambung Suraga ,yang pada ahir keberadaannya disongak terkenal dengan sebutan papuq buwuk.yang setelah kita selidiki siapa punya keluarga ? trernyata orang-orang tua disongak tidak ada yang mengakui, katanya tiba –tiba saja dia datang, kemana saja dia mau, dan makan jika ada orang yang kebetulan mau memberinya,jika tidak ada dia tetap berdiang siang ataupun malam,jarang ditemui tidur oleh orang.selalu di temui duduk dekat perapian alias berdiang.sesekali orang tua dulu yang sudah tau kekebalan papuk buwuk,bermain-mai begitu melihat papuk buwuk tertidur duduk di dekat api ,iseng menghantam papuq ini dengan pedang atau membacoknya dari belakang ternyata ‘’PAPUQ BUWUK ‘’juga iseng berpura pura mengatakan “banyak juga nyamuk iseng disini” sambil menggaruk bekas bacokan atau hantaman itu.konon juga sering orang minta tolong untuk dikupaskan kelapa diapaun menjadikan lututnya sebagai landasan.</div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"> Lama-kelamaan tanpa ada orang yang memperhatikan tiba-tiba papuq buwuk ini hilang baru setelah lama hilangnya orang tua dulu baru sadar bahwa papuq buwuk di tanya-tanyakan kemana perginya, setelah itu terdengar lah buling magas dari sempong tetapi persis seperti papuq Buwuk,buling magas wafat,muncul lagi di aik gering juga sama dengan papuq buwuk,yang hilang dan terahir sekitar tahun 2007 meninggal lagi baluq atih kelongkong juga persis baluq buwuk.sebelum meninggal banyaklah orang-orang songak dan orang desa lain yang mendatangi baluq kelongkong ini dengan harapan apa entah penulispun tidak bisa menjelaskan maksud orang mendatanginya.beliaulah yang memerintahkan kepada orang songak yang sering mendatanginya,agar makam sungkiq ini di pelihara oleh orang songak,karena makam sungkiq itu bukan orang lain melainkan orang songak yang punya” jelas baluq atih kelongkong.” </div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span> </span>Ketika makam ini dibangunkan sebuah rumah dan tempatnya sudah di jadikan sebuah bangunan layaknya sebuah rumah sederhana dan sebagai isinya adalah makam itu sendiri rampung di bangunkan hadirlah baluq gonda alias baluq atih meresmikan keberadaannya dan sampai saat ini makam tersebut masih tetap dirawat oleh keluarga AMAQ RUHI Almarhum yang sekarang berada di dusun Gerantung Desa Padamara kecamatan sukamulia, perbatasan dengan desa rumbuk Kecamatan Sakra. </div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"> Demikian sekilas kisah makam sungkiq yang bersumber dari: </div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">- Baluq Gonda Kelongkong di ceritakan Amaq Samidi (pengagum baluq Gonda.</div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span> </span>- Amaq Maryam Sekdes Keselet dkk.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><b>KELUTUQ DAMIRU</b></div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Kelutuq adalah sebuah tempat yang dianggap keramat oleh Masyarakat songak dan sekitarnya, sekali gus merupakan salah satu aset desa Songak walau tempat ini berada diwilayah Rumbuk berbatasan dengan wilayah lenting. Kelutuq ini diyaqini masarakat desa songak sebagai tempat peristirahatan baginda datu selaparang ketika berburu kewilayah selatan dan damiru tempat mandinya,karena di tempat ini masih terdapat tempat bermain ciwa di atas sebuah batu besar yang tedapat dilingkungan itu. Walau baginda Datu selaparang sudah lama tiada namun menurut beberapa orang yang teriman (dapat menembus dunia gaib) konon sering bertemu beliau di tempat ini. </div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Sumber lain mengatakan bahwa Kelutuq damiru ini adalah tempat berhaluatnya baginda wali sembilan dan damiru tempat mandi dan wuduknya para Sanga pati ketika hendak melaksanakan haluat di kelutuq,dikatakan demikian konon tempat ini sampai sekarang orang sering minta tolong dari kesusahan kepada kanjeng Sanga pati dengan cara bertapa di tempat yang satu ini. Menurut hemat penulis inilah ceritra yang lebih mendekati,jika kita hubungkan dengan keberadaan kisah sanga pati,atau ceritra orang tua dulu tentang keberadaan Kanjeng Sayyid abu Syi’ah yang diyaqini sebagai guru dari Sanga pati atau wali songo .</div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Sementara ada juga yang mngatakan bahwa tempat ini merupakan tempat yang dipergunakan datu selaparang sebagai tempat persembunyian ketika di kejar oleh pasukan karang asem Bali.sehingga semua pengikutnya tinggal disana atas petunjuk Abdurrazak tas’at.Orang tua diSongak</div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Yang selanjut terkenal dengan sebutan Komla jagat Suami dari Dewi singa mong mertha tilar negari putri Datu Selaparang sendiri.Karena ini adalah petunjuk dari Komala jagat sehingga tidak ada seorang pun yang dapat mendeteksi tempat ini maka para pemuka selaparang , amanlah dari kejaran musuh yang hedak membabat habis keturunan datu selaparang.yang selanjutnya para kerabat dan pemuka selaparang menjadi masyarakat Gereneng lenting montong tangi sampai rumbukkabar moyot ,sampai peneda gandor sura baya lepakdan pijot.Sedang kadtu selaparang di rahasiakan keberadaannya, ada yang mengatakan dia musnah entah kemana tapi ada juga yang mengatakan bahwa dialah yang menjadi Guru baok,guru bangkol dan lain –lain.</div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Ada juga yang mengatakan bahwa datu selaparang tidak pernah meninggalkan selaparang mengikuti kerabat dan pumuka selaparang, yang di kejar anak agung itu hanyalah para pengiring datu atau rakyat selaparang sedangkan datu selaparang ketika itu sudah ada di songak bersama keluarganya .Dilindungi Komalajagat.Selanjutnya ada juga yang mengatakan datu Selaparang serng di cari oleh rakyat nya untuk membentuk sebuah kerajaan di desa in namun Baginda tidak bersedia karena memang ini lah perjalanan sejarah, seandainya tidak demikian apa si susahnya menghadapi Karang asem bali, yang tidak meyaqini kekuasaan dan Keagungan Alloh? Semoga kalian memahami apa yang saya katakan jelasd baginda .</div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Jadi biarkan lah kami hidup menjalankan garis ketentuian yang maha menentukan,dan kalian jangan hawatir kami akan tetap menjaga kalian,Saat itulah baginda menunjukan para pencinta dan pengagumnya tempat tinggal, biarlah selaparang ,mari kita hidup damai di tempat mana saya tunjukan , sejak saat itu ada yang di pengadangan ,ada yang di jurit , Masbagik sampai mamben, Sementara baginda Datu merubah nama nya,menjadi rakyat biasa tanpa ada embel-embel kebangsawanan nya,cukup dengan nama yang di berikan sejak lahir, itulah rupanya sehingga desa ini belum pernah ada bangsawan apapun juga yang bertempat tinggal di dalamnya.</div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Agar baginda memiliki perbedaan dengan masyarakat biasa tetapi oleh orang beliau di berikan gelar guru, karena beliau tetap jadi panutan hidup.masyarakat songak, karena beliau memeliohara jenggotnya amaka aorang songak memanggilnya guru baok,kemudian keturunannya yang disongak bergelar guru bagi yang memiliki kemampuan di bidang adat gama,walaupun demikian tidaklah semua keturuinannya yang berhak menyadang gelar guru namun terbatas pada keturunannya yang wajar, maka seteusnya terdengarlah nama guru mintar guru kodal guru iling dan seterusnya.gelar guru itu hilang dan berubah tempat kini tidak adalagi yang diserbut guru di desa ini. </div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Untuk melindungi anak cucunya maka baginda datu bersama komala jagat membuat batas wilayah yang membatasi langkah orang yang ingin mencelakai orang songak karena dari dulu terkenal suka membuat keonaran sehingga orang menjadi marah,Sering desa ini ingin dihancurkan masyarakat luar,tapi belum pernah ada yang bisa memasuki batas yang suda di tentukan baginda Datu yaitu sebelah utara pesweah yang jaika kita tarik garis lurus kebarat sejajar dengan makam sungkiq. Dari makam sungkiq keselatan sejajar dengan kelutuk damiru dari kelutuq keutara sejajar dengan puseah,.jika keempat tempat ini kita hubungkan dengan garis maka akan tergambar wilayah perlidungan desa ini sebuah gamabar empat persegi panjang. Konon orang-orang yang ingin mengempur desa ini di hambat oleh orang yang kadang di beri pengertian agar mereka menyadari bahwa pekerjaannya ini hanya mengikuti hawa nafsu balaka, terkadang juga di hadapi pasukan yang sudah siap tepur melawannya sehingga merasa takut. Dll.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div>masjidsongakhttp://www.blogger.com/profile/12717190540968208177noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4752965668518319462.post-49120475831538788812011-04-20T03:15:00.000-07:002011-04-20T03:15:27.045-07:00SEJARAH DESA SONGAK KECAMATAN SAKRA KABUPATEN LOMBOK TIMUR NTB<!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="http://img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" /> <style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style> <![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style> <![endif]--> <br />
<div align="center" style="text-align: center;"><span style="font-size: 15pt;">Oleh: Papuq Bangak</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15pt;">PENDAHULUAN</span></div><div style="text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span style="font-size: 15pt;">P</span>ada dasarnya semua desa memiliki babat, karena babat merupakan saudara kembar dari lahirnya desa itu sendiri. tapi itu sekedar keharusan yang mutlak,namun kenyataannya jauh berbeda kini jarang sekali desa-desa yang memiliki babat. Padahal babat adalah perjalanan kegiatan yang terjadi diatas permukaan bumi dimana wilayah desa itu berada, atau dengan kata lain catatan peristiwa dari zaman kezaman yang sudah berlangsung diwilayah desa itu sendiri Ketiadaan ini disebabkan karena :</div><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Ketiadaan pemerhati sejarah. Pemerhati sejarah menjadi enggan memunculkan diri karena :</li>
</ol><div style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span>a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span>tidak ada penghargaan dari penguasa.</div><div style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span>b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span>dihawatirkan akan membeberkan kekurangan suatu situasi .</div><div style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span>c.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span>terkadang di isukan mengangkat keturunan dirinya alias bedatuan.</div><div style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span>d.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span>dan masih banyak segudang alasan sehingga pemerhati sejarah enggan kelihatan.</div><ol start="2" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Karena memang tidak ada yang ingat untuk memperhatikan peristiwa secara teliti padahal sangat perlu untuk di ingat dan dikenang tapi peristiwa berjalan begitu saja kelak orang –orang mulai mengerutkan kening untuk mengetahui kapan dan dimana peristiwa itu terjadi ……<a name='more'></a></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="text-indent: 18pt;">Itulah kiranya yang melatar belakangi sehingga tulisan ini mulai dikonsep mungkin bisa dijadikan sebagai dasar untuk mengingat kembali kapan terjadinya sesuatu peristiwa didesa ini. <b>salah satu contoh</b> adanya <b>Masjid Al-falah</b> tak ada satupun orang yang mengetahui kapan dan siapa yang membuatnya, bagi saya sendiri hal ini sangat aneh, bagaimana tidak, sepengetahuan kami mesalah masjid itu adalah masalah yang sangat sensitive yang seharusnya tidak ada seorangpun yang tidak tahu terlebih lagi orang yang bertempat tinggal di pinggirnya. tapi kernyataan berkata lain, tidak ada seorangpun yang mengetahui,demikian juga tentang adanya makam kreamat Songak,belum ada kepastian yang dapat dipertanggung jawabkan mengenai siapa dan mengapa sehingga dianggap Keramat oleh semua Masyarakat Songak pada khususnya dan Masyarakat luar pada umumnya. Yang pasti pertentangan pendapat tentang Tokoh yang disemayamkan sekali gus tentang ritualisasi pelaksanaan acara termasuk siapa saja yang berwenang untuk menentukan segalanya, dalam acara pelaksanaan ritual ngayu-ayu yang sudah menjadi kebiasaan bahkan kebutuhan masyarakat Songak dan sekitarnya,.. mengenai ngayu–ayu sudah banyak terjadi perbedaan peresepsi, jika ini dibiarkan saja atau dianggap sepele,saya yaqin , suatu saat akan terjadi pertentangan antar sesama saudara tentang siapa yang paling berhak untuk menetukan bahkan sudah ada yang radak berhak terhadap makam itu sendiri termasuk apa saja yang ada didalamnya.padahal tempat itu sudah jelas dari dulu tempat bersejarah ini belum pernah ada yang berani mengakui sebagai miliknya..Inilah yang penulis sangat hawatirkan dalam lingkup desa Songak yang sangat dikagumi oleh penulis.Keaguman penulis bukannya tidak beralasan,namuun menurut pengetahuan banyak persoalan misteri yang jarang mampu di kethui oleh orang kebanyakan,….. </div><div style="text-align: justify; text-indent: 18pt;">Menurut hemat kami bukan hanya terbatas sampai disini tetapi masih banyak hal yang lebih parah bagi kehidupan masyarakat songak pada khususnya masarakat Lombok pada umumnya.bagaimana tidak jika sejarah <b>Lombok </b>kita perhatikan akan anda temuai berbagai macam persi dimana semua persi menganggap Persinya yang paling benar,.Kita ambil contoh Babat Sakra .Oleh Masyarakat sakra sendiri terdapat perbedaan persepsi tentang ;</div><div style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span>1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span>Dimana desa SAKRA yang dahulu kala konon menjadi Kerajaan. </div><div style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span>2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span>Siapa yang memberikan gelar kebanggaan,mamiq,lalu,baiq dll</div><div style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span>3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span>Siapa yang benar keturunan datu sakra yang konon gagah tampan bergelar raden Panji</div><div style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span>4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span>Mana dan siapa yang memegang pusaka berupa senjata kebanggaan kerajaan sakra. Dan masih banyak sederetan persoalan yang jadi pertentangan Bangsawan Sakra.</div><div style="text-align: justify;"> Belum lagi persoalan Datu pejanggik yang konon kalah perang melawan Anak Agung Karang asem bali yang menurut perkiraan berlangsung sekitar tahun <b>1713. M .</b>Kemana perginya,Benarkah beliau dimakamkan di serewa siapa yang memakamkan,jika itu benar bagaimana dengan kehadiran Yang Mulia Guru Sinarah yang terkenal dengan sebutan tuan guru pepau ,dan seterusnya…..</div><div style="text-align: justify;"> Begitu juga dengan Banjar getas yang cerdik Mumpuni Sakti tanpa pilih tanding siapa gerangan orang tuanya,benarkah beliau korban kebolehan seorang raja atau keswenang-wenagan Baginda Datu selaparang yang begitu tersohor arif bijaksana ,dan bahkan ada yang menganggapnya raja yang takarrub kepada Alloh S.W.T. Jika itu benar sampai hatikah seorang Banjar getas akan membiarkan tanah airnya di kuasai Orang yang tidak berhak sama sekali terhadap tanah asalnya Gumi sasak tercinta ini. . Yang aneh lagi menurut tutur sejarah semua sejarah lombok berlatar belakang SELAPARANG,baik sejarah sakra ,sejarah pejanggik bahkan sampai sejarah kerajaan Kuripan. Jika hal ini tidak segera di benahi oleh para senior pemerhati sajarh sasak ‘saya .<b>Sebengak </b>hawtir,cemas terhadap masa depan masyarakat, Demi mempertahan kan keyakinanan terhadap sejarah yang belum mutlak kebenarannya akan terjadi perebutan pengekuan yang tidak beralasan dan sebagainya. <b><span> </span></b></div><div style="text-align: justify;"> <span> </span>Penulisan <b><i>BABAT DESA SONGAK</i></b> ini bermaksud sekedar mencatat beberapa hal penting bagi kehidupan dan keberadaan <b><i>Desa Songak</i></b> sebagai desa induk di lombok timur, selain Desa <b><i>Selaparang</i></b> , sekaligus sebagai catatan yang mungkin di anggap penting oleh anak cucu dikemudian hari ,agar ter arah cara mengagumi desanya,sehingga terhindar dari sikap sok tahu tanpa ada landasan sebagai bahan acuannya ,paling tidak lebih bisa saling mengatur diri antar sesama tidak seperti kehidupan yang sedang kita alami saat ini , jika ada yang bisa berbuat seperti ini, ada lagi oknum yang lebih bisa menggagalkan kebaiakan yang sedang di perbuat,dengan sederetan alasan kebenaran untuk menutupi iri dengki dalam hatinya, semoga Alloh yang maha <b>wenang </b>menjauhkan kita beserta anak cucu keturunan kita dari sifat seperti ini Amin ya Robbal alamin….. </div><div style="text-align: justify;"><b><i><span style="font-size: 16pt;">BABAT DESA SONGAK</span></i></b></div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><b><i>BABAT</i> <i>yaitu</i></b><i> </i>;catatan peristiwa yang dianggap penting untuk diabadikan dengan maksu kejadian itu bisa dijadikan bahan acuan untuk dilakukan bila menguntungkan dan atau diajauhkan jika merugikan atau bahkan bisa dijadikan kebanggaan tersendiri terhadap sesuatu peristiwa tersebut.</div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><b><i>DESA yaitu</i></b><i>; </i> sebuah kata yang menunjukan tempat berkumpulnya beberapa penduduk sebagai satu masyarakat yang memiliki satu tatanan hidup dengan di pimpin oleh seorang kepala desa inilah pemahaman kita tentang desa,sementara dalam babat yang di maksud dengan desa adalah tempat yang depergunakan sebagai pusat pemerintahan ysng dipimpin oleh seorang datu.jadi kata desa zaman dahulu lebih tepat disebut kerajaan zaman sekarang. </div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Dari perbedaan makna desa dahulu dengan desa sekarang dapatlah kiranya kita katakan bahwa desa yang sudah di sebut sejak dahulu kala itu adalah sebuah kerajaan walau sementara ada orang berpedapat bahwa ada kerajaan kecil , walau sekecil apapun tapi tetaplah kerajaan yang mesti memiliki kebesaran. </div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><b><i><span style="font-size: 13pt;">SONGAK</span></i></b><b><span style="font-size: 13pt;"> </span><i>adalah</i> </b>nama desa yang konon dulunya bernama desa <b>leaq</b>, yang selajutnya terkenal pada zaman dahulu kala dengan sebutan desa leak, sementara <b>leaq </b> bermaksud sangat awal atau mula yang artinya lebih dahulu adanya ,semetara <b>leak</b> adalah kata yang berasal dari bahasa Bali yang artinya secara bahasa Sasak adalah; <b>Selaq </b>artinya manusia yang memiliki ilmu jahat sehingga dengan ilmunya tersebut orang bisa membuat orang lain menjadi sakit sesuai dengan kehendak <b>Sang Tuselaq</b> singkatan dari <b>Tau Selaq</b> tersebut, </div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Itulah yang kemudian menjadi penyebab sehingga desa ini tidak berpenghuni lagi konon orang-orang yang sebagai penghuninya sangat malu dikatakan orang leak karena selalu ditakuti kawan –kawan yang berada di desa lain.Barulah kemudian datang sembilan orang laki-laki yang berusia sama dan berwajah mirip bagaikan orang kembar sembilan membuat sebuah bangunan sembilan kali sembilan,sebagai tempat berkumpul beribadah sekaligus tempat gundem dalam membahas pelajaran agama.Dan orang-orang ini di kenal orang dengan nama <b>Kisanga Pati</b> yang artinya sembilan penduduk inti dari desa ini, inilah ysng kemudian sebagai sebutan kental desa ini yaitu <b>Desa Sanga Pati.</b> </div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Menurut tutur orang tua, desa ini sudah berubah nama sebanyak kurang lebih enam kali perubahan sehingga Desa tua ini jarang dapat di ungkapkan para ahli sejarah baik sejarah sakra maupun sejarah lombok lainnya,. Adapun perubahan yang dimaksud adalah;</div><div style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span>1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span>Nama asalnya ditemukan bernama desa LEAQ.[ceritra Iling almh] </div><div style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span>2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span>berubah menjadi desa SANGA PATI</div><div style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span>3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span>Karena suatu tragedi yang dialami <b><i>Datu Selaparang</i></b> didesa ini ,maka desa ini beliu namakan DESA SEBENGAK (<b>latar belakang makam sebengak</b>) </div><div style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span>4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span>Karena desa ini merupakan tempat tinggal nya <b><i>Raden. Muntar</i></b> kakak sulung nya datu Sakra, maka desa ini disebut DESA SENGAKA artnya lebih besar atau sulung.</div><div style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span>5.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span>Untuk terhindar nya desa ini dari catatan sejarah, sekaligus menggabung kan dua bahasa yaitu bahasa jawa timur dan bahasa jawa barat dalam menyebut angka sembilan,sebagaimana kita ketahui bahwa sembilan menurut bahasa jawa timur dan jawa tengah adalah SONGO, sedangkan bahasa Sundanya atau jawa barat adalah Sangak, oleh karena itu bahasa jawa timur dan tengah di ambila awal nya saja yaitu (SO) ,sedangkan bahasa jawa barat Mengambil ujungnya yaitu (NGAK) maka jadilah desa s<b>ongak </b>dan tentunya arti yang dimaksud adalah desa sang <b>Ki Sanga Pati</b> </div><div style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span>6.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span>Demi kepentingan administrasi pemerintahan Kecamatan sakra kabupaten Lombok Timur desa songak di tiadakan ,berubah menjadi DESA KESELET,yang ada hanya lah wilayah dusun Songak,.</div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><b><i>Aneh kan</i></b>…..demi kepentingan desa, nama desa yang telah begitu permanen dan resmi sejak dahulu kala bisa di tutup dan di tiadakan begitu saja. siapa yang salah mengapa, tidaklah mesti di ungkap, namun itulah kenyataan sejarah tentang nama desa yang banyak menimbulkan teka teki ini, bagaikan ada unsur kesengajaan untuk menghilangkan nama desa tersebut.</div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Sehubungan dengan penyembunyian nama <b>SONGAK </b>tersebut menurut hemat penulis ada beberapa penyebab para ahli sejarah atau orang tertentu sehingga nama desa ini mesti dan harus di sembunyikan bahkan di hilang kan sekaligus, di antara nya ;</div><div style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Wingdings;"><span>§<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span>karena memang maunya keadaan</div><div style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Wingdings;"><span>§<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span>karena ada unsur kesengajaan orang –orang tertentu yang mungkin disebab kan karena takut kehilangan pamor sebagai orang penting dalam sejarah bahkan dalam posisi ditengah masyarakat sehingga timbul beberapa isu negatif tentang desa ini yang mengakibatkan desa ini makin di benci dan dijauhi oleh kebanyakan orang bahkan dipandang sebelah mata.Adapun isu tersebut adalah;</div><div style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Wingdings;"><span>§<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span>Nama <b>Leaq</b> menjadi desa <b>Leak</b></div><div style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Wingdings;"><span>§<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span>Matinya semua binatang yang minum dihilir tibu Sundin pada Sungai Maronggek sampai muara di labuan haji. Peristiwa ini terjadi beberapa saat setelah musnahNya yang mulia <b><i>Ilang Sabil</i></b> batu bangka, yang disebabkan oleh jatuhnya senjata sakti <b>Beruang Songak</b> ditibu tersebut.</div><div style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Wingdings;"><span>§<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span>Marahnya <b><i>Tuaq Gedah</i></b> songak ,yang saat itu beliau sedang mengabdi menjadi patih nya datu <b>Marong</b> ,akibat rakyat terlalu tunduk dan hormat pada sang patih melebihi hotrmat nya kepada datu . ahirnya datu marong menjdi murka sehingga mengutus prajuritnya untuk membunuh Sang patih. namun <b><i>Tuak Gedah</i></b> songak bukanlah orang sembarangan yang bisa di anggap enteng. hanya dengan mengakat telunjuk kiri sambil menyebut beruang songak, perajurit yang akan membunuhnya ,, mati di tempat,,.</div><div style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Wingdings;"><span>§<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span>Meninggalnya Camat sakra I di songak sedangkan jenazahnya di usung ke Sakra yang kemudian persoalanm ini dijadikan bukti sejarah tentang orang songak adalah orang –orang yang tidak patut di pergauli dan sebagainya.</div><div style="text-align: justify; text-indent: 18pt;">Inilah yang penulis maksudkan menjadi penybab sehingga orang songak sendiri terkadang enggan dan malu disebut orang Songak dan itupun hanya beberapa keturunan orang songak bahkan sampai saat ini masih ada yang malu menjadi orang songak.</div><div style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 16pt;">LUAS WILAYAH DESA SONGAK </span></b></div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Wilayah desa songak saat ini menurut sensus terahir adalah sekitar kurang lebih 200 hektar terdidri dari sawah dan ladang kering setelah diambil oleh wilayah Desa Denggen dari sebelah timur selatan sedangkan dari arah barat selatan diambil lagi menjadi wilayah rumbuk sampai kali maronggek. Begitu juga dari arah barat utara diagum oleh desa keselet dan jantuk sampai pekuburan songak barat. Yang masih agak luas kearah timur utara sampai perbatasan desa Dasan lekong dan Pancor. </div><div style="text-align: justify;"> Jika luas wilayah saat ini kita perhatikan,sepertinya masyarakat desa ini terlalu gampang menyerahkan haknya kepada Desa yang berdekatan dengan nya. Jika begini terus saya khawatir anak cucu kelak akan tinggal dimana, padahal jika kita kembali kemasa yang lalu, lebih-lebih jika kita lihat sejarah sebelum hadirnya masyarakat tempit yang saat ini berkedudukan di Desa Denggen dan Keselet, konon wilayah Desa songak ini di sebelah utara hanya di batasi dengan wilayah Rarang dan Masbagik Pancor sampai Peneda Gandor, lalu kesebelah selatan se silak –siluk telabah saring semuanya adalah wilayah Desa Songak sampai sekaroh Batu nampar. Rupanya se iring perkembamgan zaman yang diwarnai ketidak layakan sumber daya manusianya maka inilah kenyataan yang harus diterima oleh anak cucu selaku generasi penerus sang pemula menduduki wilayah desa songak ini. Kini Masyarakat songak bagaikan katak dalam tempurung jika ingin melangkah kakinya tak dapat di angkat dengan leluasa baru melangkah sedikit kakinya sudah menginjak wilayah orang. Tidaklah terlalu mengherankan jika pada masa kehidupan hanya bertumpu pada hasil pertanian, terdapat banyak Masyarakat songak yang terpaksa menyandang gelar Maling songak yang sampai saat ini nama tersebut masih melekat pada diri orang songak.</div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Apa yang terungkap diatas adalah sekedar gambaran keberadaan wilayah desa songak pada zaman dahulu kala, jangan lah menjadi alasan untuk berputus asa dalam mengarungi kehidupan masa depan karena kenyataan menunjukkan kebnaran perinsip para pendahulu Masyarkat Songak yang mengatakan bahwa; hidup ini bukan terletak pada banyak sedikitnya harta yang katanya milik diri tetapi gaya hidup setiap orang sudah ditentukan oleh yang maha mengatur yaitu <b>Alloh</b> yang maha wenang dan berhak. Dari perinsip kebenaran hakiki diataslah sehingga orang-orang tua dulu tidak terlalu peduli terhadap apa yang konon jadi hak miliknya, walau pada mulanya terkadang ber- api-api untuk merebut haknya, tetapi setelah miliknya itu berhasil di genggam mereke serta-merta kembali kepada perinsip diatas. Hal tersebut diatas pernah terbukti sekitar awal tahun <b>1915 M</b> ketika jero Kertasih sebagai Kepala desa songak . </div><div style="text-align: justify;"><b><i><span style="font-size: 16pt;">Al kisah</span></i></b></div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><b><span style="font-size: 16pt;">K</span></b>etika <b><i>Jero Kertsih</i></b> menjadi Kepala Desa,beliau berjanji akan mengambil hak miliknya berupa tanah garapan wilayah Telabah saring dan konon beliau berangkat kebali mengurusnya dan berhasil dengan bukti hak milik dibawa dari bali , namun begitu sampai di pelabuhan ampenan sang pejuang ditemui teman karibnya dari Desa Rumbuk bernma Jero Kali,dengan kesepakatan yang didasari pertimbangan keamanan dengan keluarga luar menyerahkan bukti milik nya kepada sang kawan ahirnya sang jero hanya membawa tangan hampa kerumah disertai uang sekedar ganti lelah sebanyak lima belas pikul uang bolong.</div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Ahirnya tetaplah keadaan wilayah seperti saat ini padahal hak sudah di genggaman akibatnya masyrakat yang tahu persis keadaan ini menjadi jengkel,salah seorang keluarga memberaki pusara nya setiap hari selama sang pendendam masih hidup. dialah yang menceritrakan kisahnya setelah di kecam oleh keluarga almarhum <b><i>jero Kertsih</i></b> sang pendendam itu adalah <b><i>Amaq raham</i></b> wafat sekitar tahun <b>1978 M</b></div><div style="text-align: justify;"><b><i><span style="font-size: 16pt;">KEKEYAAN ALAM</span></i></b></div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><b><span style="font-size: 13pt;">D</span></b>esa ini termasuk desa yang tidak memimli keayaan apa-apa jika dilihat secara mata telanjang,sehingga sering kali orang bingung memikirkan kehidupan masyarakat penduduk desa miskin ini, orang luar tidak banyak yang berani mencoba hidup di desa ini bagaiman tidak,penghuninya saat ini tidak kurang dari tiga ribu jiwa, sementara tanah sawah sebagai tumpuan hidup kurang dari seratus lima puluh hektar,namun secara kenyataan tidak jarang orang orang terpaksa tinggal di songak enggan kembali kedesa asalnya</div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Disisi lain desa ini menyimpan banyak kekayaan jika kita mampu melihat secara cermat dan teliti,mungkin banyak orang tidak akan percaya jika di sini saya katakan ada sekian banyak harta yang konon semua harta Baginda Datu Selaparang yang <b>I </b>tersimpan di Desa ini. Jika ini benar adanya berarti kata-kata <b><i>i-kaya</i></b> yang kita ucapkan setiap hari suatu saat akan menjadi kenyataan ,ada lagi bentuk kekayaan lain yang tersimpan di desa ini yaitu sebuah <b><i>kempul emas</i></b> yang jika ini di bunyikan uang , harta dalam bentuk permata dan lain-lain akan terwujud dengan seketika ,cuman anda perlu bersabar menunggu datang nya siapa orang nya yang mampu menemukan benda tersebut ,karena dialah yang mampu mengambil uang dan harta tersebut untuk kita semua Penduduk Desa Songak.</div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Masih banyak lagi bentuk kekayaan lain berupa ksenian keahlian dan situasi desa termasuk letak geograpisnya,bukankah kekayaan namanya ,namun janganlah hendaknya semua kekayaan yang konon ada ini ditaruh dalam hati biarkan berada pada tempatnya agar kita tidak menjadi penghayal kelas kakap,ingin memilki sesuatu yang masih semu berharap beras dari langit, biarlah ada pada tempatnya tiada salahnya kita meyakini adanya agar kita tetap merasa kaya dikala sedang berusaha mencari harta buat menghidupi anak dan keluarga.</div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Selanjutnya kita akan coba mencermati kekayan kita yang nyata dan ini ada beberapa diantaranya <b>Masjid Pusaka</b>; <b>Makam Sebengak</b>, <b>Makam Maling Songak</b>, <b>Makam</b> <b>Puseah</b> ,<b>Segeleng</b>, <b>Kelutuq</b>, <b>Damiru,Lingkuq Sanga</b> dan lain-lain.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal"><br />
</div>masjidsongakhttp://www.blogger.com/profile/12717190540968208177noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-4752965668518319462.post-28341200571026247342011-04-19T03:32:00.000-07:002011-04-20T05:01:13.251-07:00MASJID SONGAK DALAM LABIRIN SEJARAH<div align="center" style="text-align: center;"><i><span style="font-size: 16pt;">Oleh: Papuq Bangak</span></i></div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Masjid Pusaka ini adalah termasuk salah satu aset Desa Songak yang sekaligus merupakan kekayaan yang tiada ternilai harganya bagi Masyarakat desa Songak ,bahkan bagi semua umnat Islam di pulau lombok tercinta ini. mengapa demikian…..sebab Masjid adalah rohmatalli’alamin, namun kenyataannya tidak lah demikian Masjid pusaka ini hanyalah rohmatallissonga’I itupun hanya untuk sebagian kecil masyarakat songak.. Hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahuan dan kesadaran akan keutamaan Masjid. .Kita bagaikan tak tahu diuntung ,banyak menyia-nyiakan kesempatan untuk mendatangi masjid padahal tidak ada diantara kita semua yang tidak tahu bahwa masjid itu baitulloh (Rumah Alloh) yang semestinya kita senang mendatanginya. namun kita dalam keadaan terbalik, malah kita semua lebih senang mendatangi rumah para pejabat agar mendapat sekedar sapaan dari sang pejabat sebagai pemilik rumah. sedangkan safaan ramah dari Alloh yang maha mulia tidak prnah kita harafkan, ini adalah keadaan masjid secara umum,terlebih lagi Masjid Pusaka ini adalah peninggalan para kiyayi yang mumpuni dibidang ilmu agama bahkan ada yang mengatakan bahwa Ki Sanga Pati itu adalah sekelompok jamaah para Waliyulloh yang cukup takarrub kepada alloh azzawa jalla.<br />
<a name='more'></a></div><div style="text-align: justify;"><b><i><span style="font-size: 16pt;">Alkisah</span></i></b><span style="font-size: 16pt;">.</span></div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><b><span style="font-size: 14pt;">S</span></b>etelah sekian lama desa ini sepi tanpa berpenghuni akibat dari tidak betah menjadi masyarakat yang di cap sebagai masyarakat <b>leak</b>,. Pada ahir abad ketiga belasan sekitar tahun <b>1299 M</b> datang lah sembilan orang seperti orang kembar sembilan yang menamakan dirinya <b>Kisanga Pati</b> merekalah yang kemudian menjadi penghuni baru desa sepi ini.,rupanya para wali memang sengaja mencari tempat yang jauh dari keramaian, wajarlah kiranya jika bekas desa ini menjadi pilihan mereka sebab desa ini sudah dijauhi penduduknya dan apalagi orang lain,pada waktu itu konon tidak ada manusia yang berani melintasi desa kosong penghuni ini,walau sudah bertahun tahun sanga pati tinggal ditempat ini barulah diketahui orang setelah tiba-tiba Masjid ini di bangun.oleh para wali. </div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Masjid ini dibangun sebagai tempat ibadah sekiligus sebagai tempat bersemedi dan orang yang membangun Masjid ini sembilan orang yang kemudian terkenal dengan sebutan;<b>Sanga Pati</b>,tepatnya kira-kira sekitar tahun <b>1309 M</b>.Konon Masjid ini dibungun tidak seperti layaknya membangun biasa, Para wali bekerja tidak sepert tukang rumah dengan menggunakan alat seperti palu pahat dan lain-lain,namun pembamgunan ini merupakan hasil semedi dari kesembilan wali ini,yang secara kebetulan sedang membuktikan sebuah ilmu <b>Laduni</b> yang diperoleh bersama ,selama dalam persemediannya.Dengan kekuatan Batin <b>SangaPati</b> konon ada tujuh Masjid di Pulau Lombok yang dibangun dalam waktu yang bersamaan ditempat yang berbeda bahakan nyebar di seluruh pulau Lombok.</div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Demikianlah sedikit kisah Pembangunan Masjid Pusaka yang sudah lama menjadi teka-teki tentang keberadaanya,diDesa Songak , Kini Desa Songak tidak lagi desa yang di takuti orang karena tidak lagi desa leak melainkan Desa Sanga pati,Desa tempat berdirinya Masjid sebagai tempat ibadahnya semua umat Islam yang ada di lombok timur dan sekitarnya. Selanjut nya Masjid ini diyaqini oleh Masyarakat Songak sebagai tempat penyimpanan semua kekayaan Datu selaparang I ,sebagai mana sudah di singgung diatas.Juga Masjid ini oleh Masyarakat Songak dahulu,dijadikan sebagai ajang pertahanan dari serangan musuh baik secara per orangan maupun secara berkelompok..</div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Sebagai bukti sejarah mengenai penggunaannya sebagai tempat berlindung dari gangguan musuh , penulis mengulas sebuah kisah kegiatan yang oleh orang tua dulu di sebut <b>Mangkat</b>, Mangkat adalah sebuah ritual yang dilaksanakan ketika orang tua dulu akan berangkat berperang ketika diperitah datu sakra. Ketika akan berangkat perang para orang tua dulu senantiasa melaksanakan ritual in, deangan cara ;Semua yang akan berangkat sebagai Syuhada’ berkumpul dulu diMasjid pusaka ini, setelah kumpul barulah pemimpin membakar kemenyan ,Sang pemimpin duduk bersimpuh menghadap kearah mimbar dengan berdoa (doanya tidak bisa di share) </div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Sehabis ber do’a barulah mengambil pelapah enau kecil kemudian di kalungkan keleher ,para hadirin mengikuti apa yang dilakukan sang Imam setelah siap berkalung ujung pelapah eneu sang pemimpin di ikuti berkeliling masjid sebanyak tujuh kali putaran layaknya orang tawaf di baitulloh Sambil berjalan berputar dengan membawa kemenyan yang mengepul sambil terus sang pemimpin mengumandangkan do’a diatas, selesai ritual barulah boleh berangkat kemana tempat yang ditunjukkan bagida datu. Bagi pasukan yang tidak mengikuti ritual tidak di perbolehkan ikut pergi berperang, jika dia tetap bersikeras dia harus bertarung dulu melawan pemimpin pasukan, jika diperbolehkan barulah bisa bergabung tetapi jika tidak diperbolehkan namun nekad , berarti dia akan terbunuh oleh musuh di medan perang, Selain dipergunakan sebagai tempat ritual <b>Mangkat</b>, Masjid pusaka ini juga di pergunakan sebagai tempat pengesahan minyak <b>Ki Sanga pati</b> yang sekarang terkenal dengan <b>minyak songak</b> setiap tanggal 12 Rabi’ul awwal setiap tahun dengan ritual mulut adat yang wajib dilaksanakan setiap tanggal kelahiran Nabi Muhammad s.a.w itu,.Mengenai bagaimana rituialnya akan dijelaskan pada judul tersendiri insya’alloh</div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Masjid pusaka ini sejak dahulu kala ,jika kita perhatikan dengan seksama se akan tidak pernah sunyi dari berbagai kegiatan masyarakat, baik yang sifatnya peribadi maupun yang bersipat kemasyarakatan,kita maswih jumpai kegiatan masyarakat setiap bulan Muharam Masyarakat secara bersama mengadakan ritual Bubur putiq setiap tanggal lima kadang tanggal sepuluh atau paling lambat tanggal lima belas Muharam ..Selanjutnya pada bulan safar juga diadakan rituyal Bubur beaq bulan berikutnya adalah bulan Mulut alias Bulan Rabi’ul awwal tentunya diadakan perayaan maulid adat sebagaimana telah di sampaikan diatas.Hanya ada tiga bulan berturut-turut Masjid ini sunyi dari kegiatan Kemasyrakatan,yang oleh orang tua dulu menyebutnya bulan suwung.pada tiga bulan ini hanya ada kegitan biasa sebagaimana layaknya masjid pada umumnya .yaitu kegiatan setiap waktu setiap jumat dan setiap hari besar Islam lainya. </div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Demikianlah sekilas mengenai kegiatan Masyarakat Desa Songak dalam memfaatkan peneinggalan dari sang Sanga pati yang namanya ter ukir indah pada sebutan nama de itu sendiri yaitu desa Songak.</div><div style="text-align: justify;"><b>PERKEMBANGAN MASJID PUSAKA</b></div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Sebagai mana layaknya Masjid pada umumnya ,Masjid ini juga mendapat perhatian dari masyarakat Songak dahulu,sesuai dengan kemampuan dan tingkat daya fikir masarakat dalam setiap kurun waktu,Pada awalnya konon masjid ini pernah selama kurun waktu 190 tahun sejak dibangun tahun 1309M. baru pada tahun 1499M untuk pertama kali atap alang-alangnya di ganti , yang kedua berjarak lima puluh tahunan sekitar 1449M untuk yang keduanya setelah itu penggantian alang alang berjarak dua pluh lima tahun ,untuk penggantian selanjutnya.hingga tahun 1719 M. datang lah Anak agung ke Kerajaan Parwa dadi masjid ini seakan tidak berani diadakan kegiatan apapun secara terang terangan ,Masyarakat tidak berani mengatan bahwa ini adalah Masjid melainkan tempat suci ini disebut Langgar ,bahkan pada kali lain anak Agung lewat dan menanyakan bangunan tua ini Masyarakat Songak menyebutnya bale Bleq tempat pertemuan Banjar,Setelah lama anak agung karangasem tidak banyak lagi menanyakan masalah agama bahkan kerukunan hidup antar umat Islam dan penganut agama hindu budha mulai bisa berjalan hingga menjelang ahir abad ke 18 sekitar tahun1897-1899 masjid ini mulai dibangunkan Kolam di halaman masjid tua ini,jalan menuju induk Masjd ditengah tengah.Sebelah kiri, kolam buat jamaah perempuan sebelah kanan ,kolam buat orang laki-laki kegiatan ini adalah ahir dari acara pembuatan Jembatan yang menghubungi Desa Songak dan rumbuk. Inilah awal dari perubahan bentuk dari Bangunan kuno ini menjadi bangunan moderen sesuai perkembangan peradaban manusia pada zaman itu,Msjid kuno ini mulai di semen serambinya sedang kan pondasi bangunan tetap dari tanah. Tempat berdirinya keempat tiang induknya Mulai daganti Mulanya menggunakan batu sebagai cendi’ kini diganti dengan bok yang di buat dari tanah liat yang dibakar dan dilapis semen, persis kaya bok yang dijadikan jarak setiap kilo meter di jalan raya zaman belanda.Walau serambi ,cendi’sudah dlapisii semen namun keasliannya masih terlestariakan,baik ukuran besarnya jumlah tiang pada pinggirnya maupun pagar ansak sajinya bahkan ketinggian pondasinya.</div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Baru pada tahun 1920 datanglah tuan guru lopan dari Darmaji Lombok tengah mengajak orang songak mulai menegakkan ajaran syareat ,mulailah Masyarakat songak sembahyang berjamaah dimasjid,ketika berjamaah terkadang ada yang memanggil dari luar sehingga serig kali mengganggu kehusukan solat berjamaah, atas dasar itulah masjid ini di tembok dengan cetakan bata mentah yang berukuran besar terkadang ada yang berukuran 60cmx80 cm, tembok itu mengelilingi majid dengan membiarkan tiangnya di dalam sedangkan temboknya dari luar pengerjaan tembok kali ini di motori olh <b>Jero Kertasih</b> (Kepala desa Songak),<b>Papuq Candra</b> (Penghulu desa) ,<b>Papuq Delah</b> (Sesepuh Masyarakat) bersama Tuan guru dari <b>Lopan</b>.</div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Sejak saat itu tidak ada lagi berita yang dapat kita amabil mengenai keberadaan Masjid pusaka sang Sanga pati ini mungkin karena terhambat oleh rasa tidak aman hidup dicekam berbagai macam peristwa bersamaan dengan hadirnya penjajahan jepang yang terkenal dengan nipponnya ditambah lagi dengan gegap gempitanya gerakan kemerdekaan R I, sehingga apa saja yang pernah dilaksanakan hingga tahun enam puluhan tidak lagi ada yang terdengar,Pengurusan Masjid ini seakan diserahkan sepenuhnya kepada penghulu desa yaitu <b>Papuq Candra</b> Yang kemudian lebih di kenal dengan sebutan <b>Papuq Pengulu</b>.Wafat sekitar tahun 1980 dalam usia n160 tahun.</div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Pada tahun 1962 keadan Negara sudah dikatakan aman, Masyrakat sebagian sudah mulai tidak mau peduli terhadap Masjid Pusaka ini,Mereka ingin mencoba untuk menghilangkan jejak sejarah ,timbullah berbagai macam alasan,dari keadaan seperti ini nampaklah perpecahan Masyarakat Songak menjadi Dua golongan yaitu golongan yang cinta kepada masjid Pusaka dan golongan yang menentang keberadaan nya,Katakan saja pertentangan antara Hajji athar Muhtar dan Papuq Pengulu.Dari pertentengen inilah sehingga H.athar membangun masjid yang kemudian di namakan Masjid al-mujahidin, dengan bergelarkan keluarga pejabat desa dan keluarga kaya merekapun berhasil mengumpulkan Masyarakat dan membuat mereka menjadi pendukung mereka sehingga dari perjuangan ini mereka berhasil mengajak semua masyarakat untuk ikut berpartisipasi.dalam upaya membangun saingan masjid tua tercinta. Tak ayal lagi masyarakat retak kedalam, walau berhasil di sambung namun sambungan itu tetap berbekas sampai ahir Dunia ini.Berdirilah Masjid almujahidin dengan megahnya, Masjd pusaka semakin sia-sia , bagaikan hidupn segan matipun tak mau hingga pada ahir tahun 1977,barulah pada tahun selanjut Masjid Bengan merndapat perhatian dari Hajji masrah Kepala desa Keselet saat itu.<b> </b>Sudah pasti banyak peristiwa masjid ini yang terlewati oleh keterbatasan pengalaman sebagai pencinta benda tua ini, mulai tahun 1975 penulis mulai aktip mengambil bagian dalam memperbaiki merawat dan memelihara bangunan tua ini ,mulailah di tambah bangunan disbelah timur bagian pintu timur setelah sebelumnya dari sebelah selatan sudah terlebih dahulu dibuat sebuah bangunan memanjang menutupi semua permukaan bangunan kuno ,bagian bawahnya ditimbun dengan tanah sampai setengah pondasinya tertutup tanah,sebagai serambi teras dan juga ditambah dengan bangunan gudang yang membentang dari selatan keutara hingga memenuhi semua bangunan dari sebelah timur,jika kita lihat dari arah timur, yang namapak hanya tumpangnya saja ,sedang bangunan aslinya tidak pernah diapa-apakan hanya saja tiang kayu yang mengelilingi bagian pinggir sudah diganti dengan tiang dari filar ditambah lagi dengan pagar dari triplex sebagai penutup antara bangunan lama dan bangunan tambahan. Hal ini berlangsuing sampai ahir tahun 1979 sampai tahun 1986 kembali dibuat bangunan sebelah utara bangunan hingga mmenuhi sem ua halaman utara,danbangunan induk disamakan tinggi serambinya dengan bangunan tambahan sehingga mnampak luas dan lapang kareena sudah tidak adalagi dinding pemisah antara bangunan induk dan bangunan tambahan.Hilang lah semua bentuk bangunan kuno yang terdapat pada bangunan masjid pusaka tidak ubahnya bagaikan himpunan bangunan gudang yang sangaja di satukan sebagai tempat yang dibutuhkan namun kemampuan berbuat belum ada,tetapi bagaimanapun bentuknya dan hanya itu adanya maka jamaah senan tiasa menggunakan nya paling tidak sebagai tempat belajar ngaji bagi anak-anak,disamping dipergunakan sebagai tempat ibadah setiap waktu bahkan diprgunakan untuk hari besar islam secara bergilir demikian juga setiap jumatnya sejak di sepakati sekitar atahun 1972 sampai sekarang.Adapun kegiatan yang berupa ritual adat seperti mulut bejariq, bubur putiq bubur beaq hilang entah kemana sampai awal tahun 1999 M.<b> </b>Tibalah saatnya tahun kebangkitan Masjid Pusaka yang sejak lama terkenal dengan sebutan Masjid Al-Falah yaitu pada permulaan tahun 1999 atas kehendak yang maha kuasa masjid ini di kembalikan seperti bangunan semula ,Dengan susah payah semua Masyarakat mengangkat kembali tanah yang pada ahir tahun 1987 mereka ambil dari jauh, hal itu bukanlah masalah bagi masyarakat dengan penuh semangat mereka bergotong royong untuk menggali timbunan tanah yang mengelilingi pondasi bangunan tua tersebut, barulah masjid tua ini kembali kelihatan kokoh berdiri seprti yang kita saksikan sekarang ini.dari hasil galian kelihatan pondasi yang sudah sekian lama tertutup itu agak rapuh masyarakatpun melanjutkan penggalian pondasi semula akan diganti dengan batu ,penggalian pondasi semula mulai berlangsung . masyarakat bagaikan kaget menyaksikan deretan bata kepal dari tanah liat yang sudah tertimbun sekian lama namun tidak beubah sedikitpun dan ahirnya masyarakat m menaikkan bata kepal ketengah serambi masjid,tepatnya disusun diantara empat tiang masjid tersebut,Pemasangan pondasi batu berlangsung sampai kepada penembokan setelah selesai ditembok,keesokan harinya disepakati untuk di pasang disekeliling tembok seperti terlihat saat ini , tehnis ini diharapkan abadi tidak ada lagi perubahan tembok bangunan asal Masjid ini.</div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Biarlah keadaan yang menetukan jika ada yang berkehendak untuk merubah dengan alasan apapun,lewat tulisan in penulis berpesan ,jangan,…. sekali lagi jangan,temboknya di ganggu gugat,jika ingin membangun carilah cara lain agar tembok ini tidak di ganggu.lebih baik menambah luas kebawah dari pada menutupi kembali induk bangunan lama yang berukuran 9x9m tersebut,mengapa harus begitu,adapun alasannya adalah ;</div><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;">yang menentukan ukuran besarnya masjid adalah bukan orang biasa </li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Ukuran 9x9M pas dengan tahun berdinya tahun 1309</li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Ukuran tersebut sesuai dengan tahun tempat dan nama pendirinya.</li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Ukuran ini ada maksud yang belum bisa dipecahkan</li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Masjid ini sudah termasuk milik negara dan oleh sebab itu jika ingin diri harus ada izin dari pihak pemerintah.</li>
</ol><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Selanjutnya baru pada tahun 2005 halaman Masjid ini dapat diperluas atas upaya dari Kepala desa Saifullah Aman sekaligus membuka tabir pendinding Masjid pusaka ini dari ketertutupan di tengah masyarakat lombok timur,bersamaan dengan diadakan nya peresmian keberadaan Makam sebengak yang diberi nama Makam keramat songak oleh Bupati Lombok timur pada Saat itu di pegang oleh Hajji <b><i>Ali Bin Dahlan</i></b> .Yang terkenal dengan sebutan <b>Ali Bd</b>., ahinya perluasan halaman di sebelah selatan Masjid di laksanakan pada ahir tahun 2007, dan di lanjutkan di bagian utara pada pertengahan tahun 2009.</div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Demikian sekilas tentang perkembangan Masjid Pusaka yang kemudian terkenal dengan sebutan Masjid <b>Al-Falah</b> ini dari tahun ketahun,kiranya belum rampung jika cita-cita Sang penghayal dari kemajuan Masjid ini. jika belum semua rumah yang ada disebelah selatan bangunan tua ini belum bisa habis menjadi halaman Masjid Pusaka, dengan demikian barulah orang akan tahu betul keberadaan Pusaka <b>Ki.Sanga Pati</b> yang ada di Desa Songak</div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Semoga apa yang jadi harapan sang penghayal ini bisa terlaksana dengan hikmah warohmah ,agar tidak ada diantara kita yang merasa tepaksa dan di rugikan oleh siapapun,sebab menurut piling Sang penghayal ,jika sudah sampai tahun 2015 selambat-lambatnya tahun 2019 pemilik rumah tidak mau dibebaskan dengan baik maka mereka akan rugi besar, secara keduniaan hak mereka akan dirampas oleh keadaan, entah bagaimana nasib mereka lebih-lebih lagi kelak di akhirat <b><i>wallohu a’lam.</i></b></div>masjidsongakhttp://www.blogger.com/profile/12717190540968208177noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4752965668518319462.post-31365126607737008432011-04-18T05:47:00.000-07:002011-04-18T05:47:40.613-07:00Masjid Tua Songakmasjid ini meupakan bukti sejarah yang menunjukkan bahwa desa songak adalah desa pertama di lombok timur bahkan dilombok secara keseluruhan yang paling pertama memeluk agama Islam.karena:Sampai saat ini belum ada sejarah yang pernah mengungkap kapan dan siapa yang membuat atau mmembangun masjid ini. dan konon dari sinilah beberapa masjid tua di lombok di rencanakan untuk di bangun.masjidsongakhttp://www.blogger.com/profile/12717190540968208177noreply@blogger.com1