Rabu, 20 April 2011

SEJARAH DESA SONGAK KECAMATAN SAKRA KABUPATEN LOMBOK TIMUR NTB


Oleh: Papuq Bangak
PENDAHULUAN
Pada dasarnya semua desa memiliki babat, karena babat merupakan saudara kembar dari lahirnya desa itu sendiri. tapi itu sekedar keharusan yang mutlak,namun kenyataannya jauh berbeda  kini jarang sekali desa-desa yang memiliki babat. Padahal babat adalah perjalanan kegiatan yang terjadi diatas permukaan bumi dimana wilayah desa itu berada, atau dengan kata lain catatan peristiwa  dari zaman kezaman yang sudah berlangsung  diwilayah desa itu sendiri  Ketiadaan ini disebabkan karena :
  1. Ketiadaan pemerhati sejarah. Pemerhati sejarah menjadi enggan memunculkan diri karena :
a.       tidak ada penghargaan  dari  penguasa.
b.      dihawatirkan akan membeberkan kekurangan suatu situasi .
c.       terkadang di isukan mengangkat keturunan dirinya alias bedatuan.
d.      dan masih banyak segudang alasan  sehingga  pemerhati sejarah enggan kelihatan.
  1. Karena memang tidak ada  yang  ingat untuk memperhatikan peristiwa secara teliti  padahal  sangat perlu untuk di ingat dan dikenang tapi peristiwa berjalan begitu saja kelak orang –orang mulai mengerutkan kening untuk mengetahui kapan dan dimana peristiwa itu terjadi ……
Itulah kiranya yang melatar belakangi sehingga tulisan ini mulai dikonsep mungkin bisa dijadikan sebagai dasar untuk mengingat kembali kapan terjadinya sesuatu peristiwa didesa ini. salah satu contoh  adanya Masjid Al-falah tak ada satupun orang yang mengetahui kapan dan siapa yang  membuatnya, bagi saya sendiri hal ini sangat aneh, bagaimana tidak, sepengetahuan kami  mesalah masjid itu adalah masalah yang sangat sensitive yang seharusnya tidak ada seorangpun yang tidak tahu terlebih lagi orang yang bertempat tinggal di pinggirnya. tapi kernyataan berkata lain, tidak ada seorangpun yang mengetahui,demikian juga tentang adanya makam kreamat Songak,belum ada kepastian yang dapat dipertanggung jawabkan mengenai siapa dan mengapa sehingga dianggap Keramat oleh semua Masyarakat  Songak pada khususnya  dan  Masyarakat luar pada umumnya. Yang pasti pertentangan pendapat tentang Tokoh yang disemayamkan sekali gus tentang ritualisasi  pelaksanaan  acara  termasuk siapa saja yang berwenang untuk menentukan  segalanya, dalam acara pelaksanaan ritual ngayu-ayu yang  sudah menjadi kebiasaan bahkan kebutuhan masyarakat Songak dan sekitarnya,..  mengenai ngayu–ayu sudah banyak terjadi perbedaan peresepsi, jika ini dibiarkan saja atau dianggap sepele,saya yaqin , suatu saat akan terjadi pertentangan antar sesama saudara tentang siapa yang paling berhak untuk menetukan bahkan  sudah ada yang radak berhak terhadap makam itu sendiri termasuk apa saja yang ada didalamnya.padahal tempat itu sudah jelas dari dulu  tempat bersejarah ini  belum pernah ada yang berani mengakui sebagai miliknya..Inilah yang penulis sangat hawatirkan dalam lingkup desa Songak yang sangat dikagumi oleh penulis.Keaguman penulis bukannya tidak beralasan,namuun menurut pengetahuan banyak persoalan misteri yang jarang mampu di kethui oleh orang kebanyakan,…..
Menurut hemat kami bukan hanya terbatas sampai disini tetapi masih banyak hal yang lebih parah bagi kehidupan masyarakat songak pada khususnya masarakat  Lombok pada umumnya.bagaimana tidak jika sejarah Lombok kita perhatikan  akan anda temuai berbagai macam persi dimana semua persi menganggap Persinya yang paling benar,.Kita  ambil contoh Babat Sakra .Oleh Masyarakat sakra sendiri terdapat perbedaan  persepsi tentang ;
1.      Dimana  desa SAKRA yang dahulu kala konon menjadi Kerajaan.       
2.      Siapa yang  memberikan gelar kebanggaan,mamiq,lalu,baiq dll
3.      Siapa yang benar keturunan datu sakra yang konon gagah tampan bergelar raden Panji
4.      Mana dan siapa yang memegang pusaka berupa senjata kebanggaan kerajaan sakra. Dan masih banyak sederetan  persoalan yang jadi pertentangan  Bangsawan Sakra.
      Belum lagi persoalan Datu pejanggik yang konon kalah perang melawan Anak Agung  Karang asem bali yang menurut perkiraan  berlangsung sekitar tahun 1713. M .Kemana perginya,Benarkah beliau dimakamkan di serewa siapa yang memakamkan,jika itu benar bagaimana dengan kehadiran Yang Mulia Guru Sinarah yang terkenal dengan sebutan tuan guru pepau ,dan seterusnya…..
      Begitu juga dengan Banjar getas yang cerdik Mumpuni Sakti tanpa pilih tanding siapa gerangan orang tuanya,benarkah beliau korban kebolehan seorang  raja atau keswenang-wenagan Baginda Datu selaparang yang begitu tersohor arif bijaksana ,dan bahkan ada yang menganggapnya  raja yang  takarrub kepada Alloh S.W.T. Jika itu benar sampai hatikah seorang  Banjar getas akan membiarkan tanah airnya di kuasai Orang yang tidak berhak  sama sekali terhadap tanah asalnya Gumi sasak tercinta ini. . Yang aneh lagi menurut tutur sejarah semua sejarah lombok berlatar belakang SELAPARANG,baik sejarah sakra ,sejarah pejanggik bahkan sampai sejarah kerajaan Kuripan. Jika hal ini tidak segera di benahi oleh  para senior pemerhati sajarh sasak ‘saya .Sebengak hawtir,cemas  terhadap masa depan  masyarakat, Demi mempertahan kan  keyakinanan terhadap sejarah yang  belum mutlak kebenarannya akan terjadi perebutan pengekuan yang tidak beralasan dan sebagainya.            
            Penulisan  BABAT DESA SONGAK  ini bermaksud sekedar mencatat beberapa hal penting bagi  kehidupan dan keberadaan  Desa Songak sebagai desa induk di lombok timur, selain Desa Selaparang , sekaligus  sebagai catatan yang  mungkin di anggap  penting  oleh anak cucu  dikemudian hari ,agar ter arah cara mengagumi desanya,sehingga terhindar dari sikap sok tahu tanpa ada landasan  sebagai bahan acuannya ,paling tidak  lebih bisa saling mengatur diri antar sesama tidak seperti kehidupan yang sedang kita alami saat ini , jika ada yang bisa berbuat seperti ini, ada lagi oknum yang lebih bisa menggagalkan kebaiakan yang sedang di perbuat,dengan sederetan alasan  kebenaran untuk menutupi  iri dengki dalam hatinya, semoga Alloh yang maha wenang menjauhkan kita beserta anak cucu  keturunan kita dari sifat seperti ini Amin ya Robbal alamin…..
BABAT DESA  SONGAK
BABAT yaitu ;catatan peristiwa yang dianggap penting untuk diabadikan  dengan maksu kejadian itu bisa dijadikan  bahan acuan untuk dilakukan bila menguntungkan dan atau diajauhkan jika merugikan atau bahkan bisa dijadikan kebanggaan tersendiri terhadap sesuatu peristiwa tersebut.
DESA yaitu;  sebuah kata yang menunjukan tempat berkumpulnya beberapa penduduk  sebagai satu masyarakat yang memiliki satu tatanan  hidup dengan di pimpin oleh seorang kepala desa  inilah pemahaman kita tentang  desa,sementara dalam babat yang di maksud dengan desa adalah  tempat yang depergunakan sebagai pusat pemerintahan ysng dipimpin oleh seorang datu.jadi kata desa zaman dahulu lebih tepat disebut kerajaan zaman sekarang.
Dari perbedaan makna desa dahulu dengan desa sekarang dapatlah kiranya kita katakan bahwa desa yang sudah di sebut sejak dahulu kala itu adalah sebuah kerajaan walau sementara ada orang berpedapat bahwa  ada kerajaan kecil , walau sekecil apapun tapi tetaplah kerajaan yang mesti memiliki kebesaran.    
SONGAK adalah nama desa yang konon  dulunya bernama desa leaq, yang selajutnya terkenal pada zaman dahulu kala dengan sebutan desa leak, sementara  leaq  bermaksud sangat awal atau mula yang artinya lebih dahulu adanya ,semetara  leak adalah kata yang berasal dari bahasa Bali yang artinya secara bahasa Sasak adalah; Selaq artinya manusia yang memiliki ilmu jahat sehingga dengan ilmunya tersebut orang bisa membuat orang lain  menjadi sakit sesuai dengan kehendak Sang Tuselaq singkatan dari Tau  Selaq  tersebut,
Itulah yang kemudian menjadi penyebab sehingga desa ini tidak berpenghuni lagi konon orang-orang  yang sebagai penghuninya sangat malu dikatakan orang leak karena selalu ditakuti kawan –kawan yang berada di desa lain.Barulah kemudian datang sembilan orang laki-laki yang berusia sama dan berwajah mirip bagaikan  orang kembar sembilan membuat sebuah bangunan sembilan kali sembilan,sebagai tempat berkumpul beribadah sekaligus tempat gundem dalam membahas pelajaran agama.Dan orang-orang ini  di kenal orang dengan nama Kisanga Pati yang artinya sembilan penduduk inti dari desa ini, inilah ysng kemudian sebagai sebutan kental desa ini yaitu Desa Sanga Pati.  
Menurut tutur orang tua, desa ini sudah berubah nama sebanyak kurang lebih enam kali perubahan sehingga Desa tua ini jarang dapat di ungkapkan  para ahli sejarah baik sejarah sakra maupun sejarah lombok lainnya,. Adapun perubahan yang dimaksud adalah;
1.      Nama asalnya ditemukan bernama desa LEAQ.[ceritra Iling almh]
2.      berubah menjadi desa SANGA PATI
3.      Karena suatu tragedi yang dialami Datu Selaparang didesa ini ,maka desa ini beliu namakan DESA SEBENGAK (latar belakang makam sebengak)
4.      Karena desa ini merupakan tempat tinggal nya Raden. Muntar kakak sulung nya datu Sakra, maka desa ini  disebut DESA SENGAKA artnya lebih besar  atau sulung.
5.      Untuk terhindar nya desa ini dari catatan sejarah, sekaligus menggabung kan dua bahasa yaitu bahasa jawa timur dan bahasa jawa barat dalam menyebut angka sembilan,sebagaimana kita ketahui bahwa sembilan menurut  bahasa jawa timur  dan jawa tengah adalah SONGO, sedangkan bahasa Sundanya atau jawa barat adalah Sangak, oleh karena itu  bahasa  jawa timur dan tengah di ambila awal nya saja yaitu (SO) ,sedangkan bahasa jawa barat Mengambil ujungnya     yaitu (NGAK) maka jadilah desa songak dan tentunya arti yang dimaksud adalah desa sang Ki Sanga Pati
6.      Demi kepentingan administrasi pemerintahan Kecamatan sakra kabupaten Lombok Timur desa songak di tiadakan ,berubah menjadi  DESA KESELET,yang ada hanya lah wilayah dusun Songak,.
Aneh kan…..demi kepentingan desa,  nama desa yang telah begitu permanen dan resmi sejak dahulu kala bisa di tutup dan di  tiadakan begitu saja. siapa yang salah  mengapa, tidaklah mesti di ungkap, namun itulah kenyataan sejarah  tentang nama desa yang banyak menimbulkan teka teki ini, bagaikan ada unsur kesengajaan untuk menghilangkan nama desa tersebut.
Sehubungan dengan penyembunyian nama  SONGAK tersebut menurut hemat penulis ada  beberapa penyebab para ahli sejarah atau orang tertentu sehingga nama desa ini mesti dan harus di sembunyikan bahkan di hilang kan sekaligus, di antara nya ;
§         karena memang maunya keadaan
§         karena ada unsur kesengajaan orang –orang tertentu yang mungkin disebab kan karena takut kehilangan pamor sebagai orang penting dalam sejarah bahkan dalam posisi ditengah masyarakat sehingga timbul  beberapa isu negatif tentang desa ini yang mengakibatkan desa ini makin di benci dan dijauhi oleh kebanyakan orang bahkan dipandang sebelah mata.Adapun  isu tersebut adalah;
§         Nama Leaq menjadi desa Leak
§         Matinya semua binatang yang minum dihilir tibu Sundin pada Sungai Maronggek sampai muara  di labuan haji. Peristiwa ini terjadi beberapa saat setelah musnahNya yang mulia Ilang Sabil batu bangka, yang disebabkan oleh jatuhnya senjata sakti Beruang Songak ditibu tersebut.
§         Marahnya Tuaq Gedah songak ,yang saat itu beliau sedang mengabdi menjadi patih nya datu Marong ,akibat rakyat terlalu tunduk dan hormat pada sang patih melebihi hotrmat nya kepada datu . ahirnya datu marong menjdi murka sehingga mengutus prajuritnya untuk membunuh Sang patih. namun Tuak Gedah songak bukanlah orang sembarangan yang bisa di anggap enteng. hanya dengan mengakat telunjuk kiri sambil menyebut beruang songak, perajurit yang akan membunuhnya  ,, mati di tempat,,.
§         Meninggalnya Camat sakra I di songak sedangkan jenazahnya di usung ke Sakra yang kemudian persoalanm ini  dijadikan bukti sejarah tentang  orang songak adalah orang –orang yang tidak patut di pergauli dan sebagainya.
Inilah yang penulis maksudkan menjadi penybab sehingga orang songak sendiri terkadang enggan dan malu disebut orang Songak dan itupun hanya beberapa keturunan orang songak bahkan sampai saat ini masih ada yang malu menjadi orang songak.
LUAS WILAYAH DESA SONGAK     
Wilayah desa songak saat ini menurut sensus terahir adalah sekitar kurang lebih 200 hektar terdidri dari sawah dan ladang kering setelah diambil oleh wilayah  Desa Denggen  dari sebelah timur selatan sedangkan dari arah barat selatan diambil lagi menjadi wilayah rumbuk  sampai  kali   maronggek. Begitu juga dari arah  barat utara  diagum oleh desa keselet dan jantuk sampai pekuburan songak barat. Yang masih agak luas  kearah timur utara sampai perbatasan desa Dasan lekong dan Pancor.
               Jika luas wilayah saat ini kita perhatikan,sepertinya masyarakat desa ini terlalu gampang menyerahkan haknya kepada Desa yang berdekatan dengan nya. Jika begini terus saya khawatir anak cucu kelak akan tinggal dimana, padahal jika kita kembali kemasa yang lalu, lebih-lebih jika kita lihat sejarah sebelum hadirnya masyarakat tempit yang saat ini berkedudukan di Desa Denggen dan Keselet, konon wilayah Desa songak ini di sebelah utara hanya di batasi dengan wilayah Rarang dan Masbagik Pancor sampai Peneda Gandor, lalu kesebelah selatan  se silak –siluk telabah saring semuanya adalah wilayah Desa Songak  sampai sekaroh Batu nampar. Rupanya se iring perkembamgan zaman yang diwarnai ketidak layakan sumber daya manusianya maka inilah kenyataan yang harus diterima oleh anak cucu selaku generasi penerus sang pemula menduduki wilayah desa songak ini. Kini Masyarakat songak bagaikan katak dalam tempurung jika ingin melangkah kakinya tak dapat di angkat dengan leluasa baru melangkah sedikit kakinya sudah menginjak wilayah orang. Tidaklah terlalu mengherankan jika pada masa kehidupan hanya bertumpu pada hasil pertanian, terdapat banyak Masyarakat songak yang terpaksa  menyandang gelar Maling songak yang sampai saat ini nama tersebut masih melekat pada diri orang songak.
Apa yang terungkap diatas adalah sekedar gambaran keberadaan wilayah desa songak pada zaman dahulu kala, jangan lah menjadi alasan untuk berputus asa dalam mengarungi kehidupan masa depan karena kenyataan menunjukkan kebnaran perinsip para pendahulu Masyarkat Songak yang mengatakan  bahwa; hidup ini bukan terletak pada banyak sedikitnya harta yang katanya milik diri tetapi gaya hidup setiap orang sudah ditentukan oleh yang maha mengatur yaitu Alloh yang maha wenang dan berhak. Dari perinsip kebenaran hakiki diataslah sehingga orang-orang tua dulu tidak terlalu peduli terhadap apa yang konon jadi hak miliknya, walau pada mulanya terkadang ber- api-api untuk merebut haknya, tetapi setelah miliknya itu berhasil di genggam mereke serta-merta kembali kepada perinsip  diatas. Hal tersebut diatas pernah terbukti sekitar awal tahun 1915 M  ketika jero Kertasih sebagai Kepala desa songak .
Al kisah
Ketika Jero Kertsih menjadi Kepala Desa,beliau berjanji akan mengambil  hak miliknya berupa  tanah  garapan wilayah Telabah saring dan konon beliau berangkat kebali mengurusnya dan berhasil dengan bukti hak milik dibawa dari bali , namun  begitu sampai di pelabuhan ampenan  sang pejuang ditemui teman karibnya dari Desa Rumbuk bernma Jero Kali,dengan kesepakatan yang didasari pertimbangan keamanan dengan keluarga luar menyerahkan  bukti milik nya kepada sang  kawan  ahirnya sang jero hanya membawa tangan hampa kerumah disertai uang  sekedar ganti lelah sebanyak lima belas pikul uang bolong.
Ahirnya tetaplah keadaan wilayah seperti  saat ini padahal hak sudah di genggaman akibatnya masyrakat yang tahu persis keadaan ini menjadi jengkel,salah seorang keluarga memberaki pusara nya setiap hari selama sang pendendam masih hidup. dialah yang menceritrakan  kisahnya setelah di kecam oleh keluarga  almarhum jero Kertsih sang pendendam itu adalah Amaq raham wafat sekitar tahun 1978 M
KEKEYAAN ALAM
Desa ini termasuk desa yang  tidak memimli keayaan apa-apa jika dilihat secara mata telanjang,sehingga sering kali orang bingung memikirkan kehidupan masyarakat penduduk desa miskin ini,  orang luar tidak banyak yang berani mencoba hidup di desa ini bagaiman tidak,penghuninya saat ini tidak  kurang dari tiga ribu jiwa, sementara tanah sawah sebagai tumpuan hidup kurang dari seratus lima puluh hektar,namun secara kenyataan  tidak jarang orang orang  terpaksa tinggal di songak enggan kembali kedesa  asalnya
Disisi lain desa ini menyimpan  banyak kekayaan jika  kita mampu melihat secara cermat  dan teliti,mungkin  banyak orang tidak  akan percaya jika di sini saya katakan  ada sekian banyak harta yang konon semua harta Baginda Datu Selaparang yang I tersimpan di Desa ini. Jika ini benar adanya berarti  kata-kata i-kaya yang kita ucapkan setiap hari suatu saat akan menjadi kenyataan ,ada lagi bentuk kekayaan lain yang tersimpan di desa ini yaitu sebuah kempul emas  yang jika ini di bunyikan uang , harta dalam bentuk permata dan lain-lain akan terwujud dengan seketika ,cuman anda perlu bersabar menunggu datang nya siapa orang nya yang mampu menemukan benda tersebut ,karena dialah yang mampu mengambil uang dan harta tersebut untuk kita semua Penduduk Desa Songak.
Masih banyak lagi  bentuk kekayaan lain berupa ksenian keahlian dan situasi desa termasuk letak geograpisnya,bukankah kekayaan namanya ,namun janganlah hendaknya semua kekayaan yang konon ada ini ditaruh dalam hati biarkan berada pada tempatnya agar kita tidak menjadi penghayal kelas kakap,ingin memilki sesuatu yang masih semu berharap beras dari langit, biarlah ada pada tempatnya  tiada salahnya kita meyakini adanya agar kita tetap merasa kaya dikala sedang berusaha mencari harta buat menghidupi anak dan keluarga.
Selanjutnya kita akan coba mencermati kekayan kita yang nyata dan ini ada beberapa diantaranya Masjid Pusaka; Makam Sebengak, Makam Maling Songak, Makam Puseah ,Segeleng, Kelutuq, Damiru,Lingkuq Sanga dan lain-lain.
                                                      

7 komentar:

  1. SAYA SANGAT KAGUM DAN BANGGA DENGAN KEGAGAH BERANIAN,KEARIFAN DAN KELUHUHURAN PARA PENDAHULU KITA SEMOGA KITA SEBAGAI GENERASI PENERUS SENANTIASA BELAJAR MENTELADANI JIWA PATRIOTISME PARA PENDAHULU KITA, SEJARAH DAN BUDAYA INI MARI KITA LESTARIKAN SEBAGAI ASET KITA TURUN TEMURUN SEBAGAI WARISAN KEPADA ANAK CUCU KITA...

    BalasHapus
  2. Sejarah desa Songak ini menarik sekali.

    BalasHapus
  3. LALU KALAU KITA BEDAKAN DENGAN MASJID KUNO YANG ADA DI BAYAN BELEQ, KIRA KIRA SIAPA YANG DULUAN. DAN ADAKAH PERBEDAAN YANG BISA DI PAPARKAN APA YANG MENJADI PERBEDAAN MASJID KUNO INI...,?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau Masjid Bayan bleq dibangun pada abad ke 16 dan masjid songak dibangun pada abad ke 12 teptnya tahun 1227 ini dikuatkan oleh Dr. FAJRI Dosen UNRAM.sedangkan menurut Imam pituduh Wakasekjen PB NU masjid ini dibangun pada abad ke 7 M. Balai arkeologi memperikan sebelum mashi dilihat dari fostur tanah bata yang jadi tembok masjid ini.
      Kedua perbedaan mendsar dari masjid ini dengan masjid bayan, masjid yang ada di Songak masih digunakan selayaknya masjid secara umum atau fungsi kemsjidannya masih tetap dipertahankan disamping itu juga fungsi sosial dan budayanya masih dipertahankan. Namun masjid bayan hanya digunakan pada waktu-waktu tertentu.

      Hapus
    2. Terimakasih atas komentar pembaca semoga dapat memberikan masukan buat melengkapi sejarah....

      Hapus
  4. Menarik sejarah nya desa songak

    BalasHapus
  5. Menggunakan bahasa dan dialek atau logat apa orang Songak berbicara?? Apa ngeto ngete, meno mene, atau mriak mriku

    BalasHapus