Oleh: Mastur Sonsaka
PENGANTAR
Masyarakat Sasak di pulau Lombok Nusa
Tenggara Barat (NTB) memiliki warisan
budaya yang disebut Peresean. Seni
peresean ini merupakan warisan budaya Sasak yang menunjukkan ketangkasan dan
kedigdadayaan seorang pepadu
(petarung). Drs. H. Lalu Ratmadji, ketua Majelis Krama Adat Sasak, mengatakan
bahwa:
“aktualisasi kejantanan lelaki Sasak
disalurkan melalui permainan rakyat yang
mengandalkan ketangkasan dan kekuatan fisik. Permainan-permainan
tersebut memiliki tingkatan sesuai dengan kualitas ketangkasan yang dibutuhkan.
Tingkat pertama disebut berampes
(gulat) yaitu sejenis permainan gulat, tingkat kedua belanjakan, yang mengandalkan permainan kaki, berikutnya mesepok (menyatu), permainan tangan kosong dengan sasaran kepala. Tingkatan keempat
disebut peresean, sejenis permainan
perang tanding menggunakan senjata rotan dan perisai. Untuk tingkat ini, di
samping kekuatan dan daya tahan tubuh serta stamina, juga sering dijadikan
ajang adu ilmu kekebalan. Pada tingkat tertentu, permainan ini menjadi lebih
serius dan lebih berat dengan mempergunakan senjata tajam yang dinamakan begelepukan (berkelahi) dan mempergunakan
tombak, yang disebut dengan pelengkungan.
Pola penyaluran aktualisasi kejantanan ini dimaksudkan untuk menghindari
penyaluran-penyaluran yang bersifat negatif, seperti mencuri (maling), membuat
keributan, dan mencari gara-gara.”